backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Cara Menghadapi Masalah Keluarga agar Konflik Cepat Berakhir

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 25/08/2022

    Cara Menghadapi Masalah Keluarga agar Konflik Cepat Berakhir

    Masalah dalam keluarga merupakan situasi yang harus dihadapi, bukan dihindari. Jika dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin masalah tersebut nantinya dapat berujung pada keretakan rumah tangga. Lantas, bagaimana cara menghadapi masalah keluarga dengan tepat?

    Cara menghadapi masalah keluarga

    cara menghadapi masalah dalam keluarga

    Dalam menghadapi masalah keluarga, upaya penanganan tidak boleh dilakukan sembarangan dan harus penuh pertimbangan.

    Ketika tindakan yang Anda lakukan kurang tepat, hal tersebut malah berpotensi membuat masalah menjadi semakin besar dan runyam.

    Berikut beberapa cara menghadapi masalah keluarga dengan benar.

    1. Melatih empati

    Melatih empati merupakan salah satu solusi terbaik untuk anggota rumah tangga yang sering bertengkar.

    Sikap ini membantu melatih Anda dalam memaafkan serta memahami alasan di balik tindakan pasangan atau anggota keluarga yang lain.

    Sebagai contoh, mungkin pasangan Anda sering marah di rumah akibat besarnya tekanan yang diterima di tempat kerja.

    Dengan empati, Anda akan lebih bisa memahami apa yang dirasakan pasangan sehingga tidak balik membalasnya dengan amarah.

    2. Ajak pihak yang terlibat konflik untuk berdiskusi

    Dalam studi yang dirilis Iowa State University pada 2017, berdiskusi secara terbuka antara pihak yang terlibat masalah merupakan salah satu cara menghadapi masalah keluarga dengan tepat.

    Anda bisa memulai sesi diskusi dengan meminta masing-masing orang menyampaikan apa yang dirasakannya secara jujur.

    Ketika berdiskusi, jaga pembicaraan agar tetap fokus pada masalah dan tidak merembet ke topik lain. Selain itu, pastikan setiap orang mendapatkan hak mereka untuk menyampaikan pendapat.

    3. Dengarkan pendapat tiap anggota keluarga

    Konflik sering kali bertambah besar ketika pendapat Anda disepelekan. Maka dari itu, cobalah untuk mendengarkan pendapat anggota keluarga dengan baik ketika mereka mencoba untuk menyampaikan keluh kesahnya.

    Beri kesempatan mereka untuk menyampaikan pendapatnya hingga selesai tanpa disela agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

    Ketika sedang berdiskusi untuk menghadapi masalah keluarga, Anda sebaiknya melakukan hal-hal berikut.

    • Menjaga diri tetap tenang.
    • Mengendalikan emosi dengan baik.
    • Mendengarkan tiap poin yang disampaikan dengan baik.
    • Menghargai perbedaan pendapat dalam keluarga.
    • Menyampaikan pertanyaan di akhir apabila ada poin yang belum jelas.
    • Apabila ingin memberi tanggapan, utarakan cerita dari sudut pandang Anda secara jujur dan jelas.
    • Menahan keinginan untuk mengungkit masalah lain yang belum terselesaikan, terlebih jika tidak berkaitan.

    4. Mengakui kesalahan dan meminta maaf

    Beberapa orang sering kali enggan mengakui kesalahan mereka dalam keluarga untuk menjaga gengsi atau harga diri, terlebih jika dilakukan oleh orangtua kepada anak.

    Beberapa orangtua bahkan melakukan manipulasi dengan menyalahkan balik anak mereka.

    Sikap tersebut dapat membuat masalah dalam keluarga terus berkepanjangan. Selain itu, risiko renggangnya hubungan antara orangtua dan anak tentu akan semakin besar.

    Cobalah untuk memahami seberapa besar tindakan Anda membuat orang lain sakit hati, marah, dan kecewa. Dengan begitu, Anda akan lebih mudah untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf.

    5. Sampaikan niat untuk memperbaiki situasi

    Bagi beberapa orang, permintaan maaf mungkin tidak cukup untuk memperbaiki situasi.

    Jika Anda berbuat salah, jangan lupa untuk menyampaikan niat Anda untuk memperbaiki situasi dan mencegah kejadian serupa terulang kembali.

    Dengan menyampaikan niat tulus untuk memperbaiki situasi, keseriusan Anda dalam menyelesaikan masalah akan terlihat.

    Hindari memberikan janji-janji yang tidak konkret karena ini dapat menjadi masalah baru ketika janji-janji tersebut tak terwujud di kemudian hari.

    6. Buat kesepakatan satu sama lain

    Kesepakatan dapat membantu mencegah masalah keluarga yang sama kembali terulang di masa depan. Rundingkan konsekuensi apa saja yang akan diambil ketika masalah yang sama terjadi lagi.

    Pastikan agar setiap pihak dalam keluarga yang terlibat masalah menyetujui kesepakatan tersebut.

    Jika ada hal yang masih belum disetujui, minta kembali usulan hingga akhirnya ditemukan jalan tengah terbaik untuk semua pihak.

    7. Ikuti konseling

    Konseling pernikahan atau keluaga merupakan solusi terakhir yang bisa dijadikan pilihan ketika Anda benar-benar merasa sudah tidak mampu menyelesaikan masalah.

    Tenaga ahli seperti psikolog dan psikiater dapat menjadi pihak yang netral untuk mencari jalan tengah.

    Dalam konseling, terapis umumnya akan mengajak Anda mempelajari sejumlah kemampuan, seperti penyelesaian masalah, komunikasi dengan pasangan, hingga perbedaan antaranggota keluarga.

    Namun, keberhasilan konseling tetap bergantung pada keinginan masing-masing individu untuk menyelesaikan masalah.

    Perlu diingat, keberhasilan dari cara menghadapi masalah di atas mungkin akan berbeda pada masing-masing keluarga.

    Semua bergantung pada penyebab konflik, watak masing-masing individu, dan niat untuk menyelesaikan konflik.

    Jika Anda mulai kewalahan untuk menyelesaikan konflik dalam keluarga, jangan sungkan meminta bantuan psikolog atau psikiater untuk mencari jalan tengah. Penyelesaian masalah sedini mungkin dapat mencegah masalah Anda semakin besar.

    Kesimpulan

    Konflik dalam keluarga harus diselesaikan dengan cepat dan tepat agar tidak memicu keretakan dalam rumah tangga. Cara menghadapi masalah dalam keluarga yang benar, mulai dari melatih empati, membuka diskusi, mengakui kesalahan dan meminta maaf, hingga mengikuti konseling.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 25/08/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan