Autisme merupakan gangguan perkembangan yang membuat seseorang sulit berinteraksi, berkomunikasi, dan berperilaku secara normal. Gejala autisme umumnya didiagnosis pertama kali pada tahun pertama masa kanak-kanak atau mungkin lebih awal saat masih bayi. Lantas, apa penyebab anak autis? Yuk, cari tahu penyebab autisme pada ulasan berikut ini.
Apakah keturunan penyebab anak autis?
Autisme cenderung terjadi dalam keluarga dan mungkin merupakan suatu kondisi keturunan yang diwariskan dari orangtua ke anaknya.
Misalnya, jika salah satu orangtua atau keluarga memiliki autisme, maka ini bisa menjadi penyebab autis yang diturunkan kepada anak.
Sementara itu, bila seorang anak didiagnosis dengan autisme, adiknya punya peluang lebih besar mengidap hal yang sama. Jadi, ada kemungkinan anak kembar akan sama-sama mengidap autisme.
Para ahli yakin bahwa gen yang diwariskan orangtua adalah salah satu faktor utama yang membuat seseorang lebih berisiko mengalami gangguan ini.
Namun, ada juga beberapa gen dalam tubuh yang dipercaya bisa menyebabkan autisme.
Maka dari itu, para ilmuwan masih bekerja keras untuk menemukan dengan pasti gen apa yang menjadi penyebab autis pada anak.
Dalam beberapa kasus, autisme bisa berkaitan dengan gangguan genetik, seperti sindrom fragile X atau sklerosis tuberous.
Hal yang bisa dilakukan orangtua
- Bila Anda curiga anak mengidap autisme, sebaiknya segera periksa ke dokter. Ini terutama jika si Kecil menunjukkan gejala autisme, seperti kesulitan dalam berkomunikasi, lebih suka menyendiri, dan melakukan perilaku berulang.
- Dokter bisa memeriksa gejala tersebut lebih jauh untuk menentukan penyebab autis pada anak dan mencari tahu perawatan yang tepat. Melakukan pengobatan lebih cepat membantu mengurangi keparahan gejala sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak.
Penyebab dan faktor risiko autis pada anak lainnya
Bukti sejauh ini menemukan bahwa hasil tes pencitraan otak dari anak pengidap autisme sedikit berbeda dari anak-anak lain yang tidak memiliki gangguan tersebut.
Gambar pencitraan otak anak autis menunjukkan kelainan pada beberapa area otak. Kelainan otak diduga terjadi selama masa perkembangan awal dalam kandungan.
Beberapa ahli menyimpulkan bahwa kelainan tersebut dapat terjadi akibat adanya cacat gen (mutasi). Kondisi ini akhirnya memengaruhi perkembangan otak sekaligus bagaimana sel-sel otak saling berhubungan satu sama lain.
Melansir dari Centers for Disease Control & Prevention, hingga kini belum ada penyebab pasti anak mengalami autis atau autisme.
Namun selain keturunan, para ahli berpendapat bahwa ada beberapa faktor lainnya yang bisa meningkatkan risiko anak mengalami autisme. Berikut di antaranya.
1. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan telah diketahui berkontribusi terhadap perkembangan autisme.
Salah satu yang diduga bisa menjadi penyebab autis pada anak adalah obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan.
Obat yang disebut bisa menjadi penyebab autis, yakni obat thalidomide dan asam valproat.
Obat ini umumnya digunakan untuk mencegah pembengkakan dan peradangan karena penyakit Hanses dan mencegah perkembangan jenis kanker tertentu.
Sementara itu, asam valproat atau dikenal dengan valproic acid adalah obat yang digunakan untuk mengatasi kejang, gangguan mental, dan migrain.
Obat ini bekerja dengan menyeimbangkan substansi alami di dalam otak, tetapi kemungkinan juga bisa mengganggu perkembangan otak janin.
Selain penggunaan obat, polutan di udara juga bisa memicu terjadinya autisme. Kemungkinan besar ini meliputi bahan kimia di udara yang dihirup selama masa kehamilan.
2. Penyakit atau kondisi kesehatan tertentu
Menurut penelitian, kondisi kesehatan tertentu juga bisa berkaitan dengan penyebab autis, di antaranya sebagai berikut.
- Masalah dengan koneksi otak.
- Gangguan pertumbuhan atau pertumbuhan berlebih di area otak tertentu.
- Gangguan pada metabolisme.
- Masalah pada sistem imun yang melindungi tubuh dari infeksi.
3. Bayi lahir prematur
Meski penyebab autis pada anak belum diketahui secara pasti, bayi yang lahir prematur sangat rentan mengalami kelainan ini.
Autisme kemungkinan besar terjadi pada bayi yang lahir sebelum memasuki usia 26 minggu kehamilan.
4. Bayi lahir dari kehamilan saat usia tua
Studi melaporkan bahwa kehamilan di usia tua berdampak pada peningkatan risiko autisme.
Ibu yang hamil di atas usia 40 tahun berisiko 51% memiliki anak dengan autisme. Risiko ini dua kali lebih besar dibandingkan ibu yang hamil di usia sekitar 25 tahun.
Kemungkinan besar usia sang ibu berpengaruh pada gen yang diwariskan maupun perkembangan otak bayi selama di kandungan.
5. Kekurangan dan kelebihan asupan asam folat
Asam folat merupakan salah satu gizi yang dibutuhkan ibu hamil untuk perkembangan janin dan perkembangan otak.
Sebaiknya, pastikan bahwa Anda mengonsumsinya dengan dosis yang cukup. Hal ini karena kekurangan atau kelebihan asam folat dapat menjadi penyebab autis pada anak.
Penelitian dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health menunjukkan bahwa kelebihan kadar folat (empat kali dari jumlah yang direkomendasikan) akan meningkatkan risiko anak mengalami ASD hingga dua kali lipat.
Namun, kekurangan asupan folat pada awal kehamilan juga dapat menjadi faktor risiko autisme pada anak.
Tahukah Anda?
Penyebab autisme yang ternyata cuma mitos
Meningkatkan pengetahuan seputar autisme dapat membantu orangtua dalam merawat dan mengasuh si Kecil dengan kelainan ini.
Dengan begitu, mitos-mitos yang beredar tidak akan Anda telan mentah-mentah yang bisa berdampak buruk bagi kesehatannya.
Berikut ini adalah beberapa mitos penyebab autis pada anak yang tidak terbukti kebenarannya.
1. Imunisasi
Tidak ada kaitan antara pemberian vaksin (imunisasi) dan autisme. Ini terutama vaksin MMR yang digunakan untuk mencegah gondok, campak, dan rubella.
Justru, melakukan imunisasi adalah cara yang sangat penting dan efektif untuk melindungi anak dari berbagai penyakit yang mengancam jiwa.
Pasalnya, bayi dan balita memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna sehingga mudah terinfeksi virus, bakteri, maupun parasit.