backup og meta

Anak Tengah Rentan Kena Middle Child Syndrome, Ini Dampaknya

Anak Tengah Rentan Kena Middle Child Syndrome, Ini Dampaknya

Pernahkah Anda mendengar istilah middle child syndrome? Istilah tersebut cukup ramai diperbincangkan di media sosial pada beberapa waktu belakangan. Lantas, apa sih arti dari istilah tersebut? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!

Apa itu middle child syndrome?

Ahli menjelaskan banyak orang percaya bahwa urutan kelahiran anak dalam keluarga memberikan dampak pada tumbuh perkembangnya.

Dari kepercayaan ini, lahirlah istilah middle child syndrome atau second child syndrome.

Middle child syndrome adalah keyakinan bahwa anak kedua atau tengah kurang mendapat perhatian, cenderung dikucilkan, atau diabaikan dibandingkan kakak dan adiknya.

Menurut studi pada jurnal Zhytomyr Ivan Franko State University Journal Рedagogical Sciences, istilah sindrom anak kedua atau tengah pertama kali dicetuskan oleh Alfred Adler, seorang dokter dan psikoterapis yang mengembangkan teori urutan kelahiran.

Teori urutan kelahiran sendiri mengemukakan bahwa posisi kelahiran seorang anak dapat memengaruhi kepribadian dan hasil kehidupannya.

Jadi, anak tertua cenderung lebih cerdas, bersikap otoriter atau merasa berkuasa karena ekspektasi tinggi yang sering diberikan oleh orangtuanya.

Kemudian, anak bungsu cenderung menjadi anak manja karena dianggap seperti bayi dalam keluarga.

Sementara anak-anak yang lahir di tengah biasanya mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda dengan anak sulung dan anak terakhir.

Anak kedua cenderung sulit menyesuaikan diri karena tersisih dari kedua saudaranya.

Mengapa middle child syndrome bisa terjadi?

anak ketiga

Sindrom anak tengah bisa terjadi karena anak terjebak di antara kakak dan adiknya.

Anak tengah kerap kali tidak mendapat pujian dan lebih banyak perhatian seperti anak pertama atau kakaknya.

Namun, ia pun tidak dimanja dan mendapat perlindungan lebih seperti yang adiknya dapatkan.

Anak kedua dianggap cenderung sulit bersaing dengan saudara kandungnya, sehingga muncul perasaan tidak mampu dan tersisihkan.

Frank Spinath, seorang psikolog Saarland University di Jerman berpendapat, urutan kelahiran mungkin bisa membentuk kepribadian seseorang. 

Menurutnya, meski ada pengaruhnya, hal ini tidak bersifat pasti. Ada faktor lainnya yang berpengaruh, seperti gen, lingkungan tempat anak tumbuh, pola asuh, dan lingkungan pertemanan. 

Di samping itu, teori Adler dikembangkan lebih dari satu abad yang lalu dan penelitiannya mendapat banyak kritik. Misalnya, penelitiannya tidak memperhatikan usia, ras, jenis kelamin, jarak usia, dan status ekonomi.

Seperti apa karakteristik anak yang mengalami middle child syndrome?

Menurut teori urutan kelahiran, berikut beberapa karakteristik yang ditunjukkan oleh anak tengah yang mengalami second child syndrome.

1. Mudah stres

Anak tengah berada pada posisi bukan yang tertua atau termuda sehingga mereka lebih cenderung merasa stres dan merasa tidak penting.

Pasalnya, anak tengah sering kali merasa orangtua lebih mudah mengabaikan kebutuhannya dibandingkan saudaranya.

Mereka menganggap jika kakaknya memperoleh semua pengalaman pertama dan adiknya sangat amat disayang dalam keluarga.

2. Iri dan pemberontak

Middle child syndrome menimbulkan rasa iri dan terabaikan pada anak tengah karena orangtuanya memberikan perhatian lebih kepada saudaranya. 

Hal ini bisa menyebabkan anak tengah jadi lebih nakal dan sering mencari masalah.

Mereka mungkin bertindak demikian sebagai cara untuk mendapatkan persetujuan atau perhatian dari orangtua dan teman-temannya. 

3. Bertindak sebagai mediator

Kedudukannya dalam keluarga juga dapat menyebabkan anak tengah menjadi penjaga perdamaian. 

Contohnya, mereka ingin semua orang rukun. Anak tengah berani menengahi konflik antarpribadi, dan melibatkan diri dalam masalah keluarga walaupun tidak melibatkan mereka. 

Mereka tidak suka memihak dalam keluarga dan akan berusaha memenuhi kebutuhannya untuk mencapai keharmonisan. 

Dampak middle child syndrome pada kehidupan anak

anak tengah

Menjadi anak tengah mungkin membuat mereka merasa lebih negatif terhadap diri sendiri. 

Sebuah penelitian menjelaskan bahwa anak-anak remaja yang tidak menerima perhatian yang sama dari orangtuanya merasa tidak disayang, diperlakukan tidak setara, dan tidak dianggap serius. 

Hal ini menimbulkan perasaan diabaikan yang menyebabkan meningkatnya kepekaan terhadap penolakan dengan keyakinan bahwa mereka tidak cukup baik.

Mereka mungkin merasa hidup adalah persaingan terus-menerus dengan saudaranya yang lebih berbakat dan sukses daripada dirinya.

Nah, hal ini dapat menyebabkan mental anak tengah mudah stres. Anak juga merasa kurang percaya diri dan pesimis atau memandang sesuatu secara negatif.

Semua efeknya ini dapat menyebabkan masalah pada kondisi psikologis mereka kelak.

Apa yang harus orangtua lakukan untuk mengatasi dan mencegah middle child syndrome?

Bila Anda memiliki anak tengah, bukan berarti ia akan tumbuh dengan sindrom punya adik atau second child syndrome. Pasalnya, hal ini tidak selalu terjadi dalam keluarga.

Bila memang Anda mendapatinya, ada banyak cara untuk membantu mereka menjalani kehidupan yang sehat, bahagia, dan percaya diri.

Berikut adalah cara mengatasi dan mencegah middle child syndrome yang bisa orangtua lakukan.

1. Pahami bahwa setiap anak itu berbeda

Setiap anak memiliki karakteristik, kesukaan, dan ketidaksukaan yang berbeda-beda. Kenali anak Anda secara individu dan tunjukkan minat pada hobi dan aktivitasnya. 

Biarkan mereka dengan bebas berbagi pemikiran, perasaan, dan pengalaman mereka kepada Anda. Jadi, jangan menganggap minat atau kesukaan anak itu sama, ya.

2. Luangkan waktu lebih untuk anak

Meluangkan 1 atau 2 hari di hari libur untuk anak membantu Anda menghindari middle child syndrome. Ini karena Anda dapat memberikan perhatian penuh kepada anak. 

Sekaligus, menjadi waktu tepat untuk mendalami karakter masing-masing anak. Di samping itu, mereka juga merasa Anda tidak melupakan kebutuhan dan keinginan mereka.

Tidak harus keluar rumah, Anda dan anak boleh bermain seharian di rumah. Bisa juga ajak anak mengunjungi tempat yang anak-anak suka.

3. Hindari membandingkan anak

Jangan menggunakan saudara atau anak lain untuk membandingkan perilaku anak Anda. Hal ini bisa menimbulkan kecemburuan, menjauhkan hubungan orangtua dan anak, serta membuat anak stres.

Cobalah untuk menghargai apa pun yang dilakukan anak. Jika salah, berikan mereka solusi untuk memperbaiki kesalahannya. Bila yang diperbuat sudah benar, beri mereka pujian atau hadiah. 

4. Hindari melabeli anak

Meskipun si Kecil mungkin bertingkah seperti anak tengah pada umumnya, cobalah untuk tidak mengungkapkan pikiran Anda secara verbal. 

Hal ini menempatkan mereka dalam sebuah kotak, memperkuat keyakinan mereka bahwa mereka adalah anak bermasalah yang diabaikan.

5. Konsultasi ke psikolog

Bila Anda masih belum yakin dengan tips mencegah dan mengatasi sindrom punya adik atau second child syndrome di atas, jangan ragu untuk minta bantuan psikolog anak

Konseling bisa membantu Anda mendapatkan cara menyelesaikan konflik, memperbaiki pola asuh yang salah, meningkatkan kepercayaan diri anak, dan mengajari anak untuk menerima siapa diri mereka.

Penting bagi orangtua untuk mengenali sindrom anak tengah dan dampaknya pada kehidupan anak.

Anda pun bisa belajar mengenali karakter dan kelebihan anak yang unik. Dengan begitu, Anda bisa mendukungnya tumbuh optimal dan mereka bisa hidup bahagia.

Kesimpulan

  • Middle child syndrome atau sindrom anak tengah adalah keyakinan bahwa anak kedua atau tengah kurang mendapat perhatian, cenderung dikucilkan, atau diabaikan karena terjebak di antara kakak dan adiknya.
  • Kondisi ini tidak melulu terjadi pada anak. Jika terjadi, anak bisa merasa mudah stres dan pesimis memandang dirinya.
  • Oleh karena itu, orangtua perlu menyadari potensi masalah ini dan memastikan bahwa setiap anak menerima perhatian dan kasih sayang yang sama yang mereka butuhkan.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Vertel, A. (2023). The order of childbirth in the family and its influence on personality development (using the psychoanalytic pedagogy of Alfred Adler as an example). Zhytomyr Ivan Franko State University Journal. Рedagogical Sciences, (2(113)), 28–37. https://doi.org/10.35433/pedagogy.2(113).2023.28-37 

Apa Dictionary of Psychology. American Psychological Association. Retrieved 13 February 2024, from https://dictionary.apa.org/middle-child-syndrome

DOGRU CABUKER, N., EPLI, H., BALCI CELIK, S., & VURAL, M. (2020). Does psychological birth order predict identity perceptions of individuals in emerging adulthood? International Online Journal of Educational Sciences, 12(5). https://doi.org/10.15345/iojes.2020.05.012 

Scientific American. (2019) Does Birth Order Affect Personality? Retrieved 13 February 2024, from https://www.scientificamerican.com/article/does-birth-order-affect-personality/

Louis, P. T., & Kumar, N. (2016). Does Birth Order and Academic Proficiency Influence Perfectionistic Self-presentation Among Undergraduate Engineering Students? A Descriptive Analysis. Indian journal of psychological medicine, 38(5), 424–430. https://doi.org/10.4103/0253-7176.191388

Caught in the Middle: Understanding Middle-Child Syndrome. (2023). Retrieved 13 February 2024, from https://www.lotusmedicalcentre.com.au/caught-in-the-middle-understanding-middle-child-syndrome/

Versi Terbaru

21/02/2024

Ditulis oleh Aprinda Puji

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

11 Fakta Anak Bungsu yang Perlu Orangtua Tahu

10 Fakta tentang Sifat Anak Ketiga, Benarkah Selalu Manja?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 21/02/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan