Selain stunting, underweight, maupun overweight, pernahkah Anda mendengar mengenai wasting? Wasting adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan permasalahan gizi serta nutrisi pada anak karena tidak terpenuhi dengan cukup. Supaya lebih paham mengenai kondisi ini, mari kupas tuntas melalui ulasan berikut.
Apa itu wasting pada anak?
Wasting adalah kondisi ketika berat badan anak menurun, sangat kurang, atau bahkan berada di bawah rentang normal.
Anak yang mengalami kondisi ini umumnya memiliki proporsi tubuh yang kurang ideal.
Pasalnya, kondisi ini membuat berat badan tidak sepadan (kurus) dengan tinggi badan untuk anak di usia tertentu.
WHO selaku badan kesehatan dunia menyatakan bahwa wasting adalah salah satu masalah kesehatan utama. Sebab kondisi ini berhubungan langsung dengan angka kejadian suatu penyakit (morbiditas).
Itulah mengapa wasting pada anak adalah hal yang tidak boleh disepelekan sehingga membutuhkan perhatian dan penanganan sesegera mungkin.
Perlu diingat jika kondisi ini biasanya terjadi karena penurunan berat badan drastis akibat tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi harian anak.
Tidak hanya itu, memiliki satu atau beberapa penyakit bisa berujung pada turunnya berat badan. Sebagai contoh, gangguan pencernaan seperti diare juga bisa mengakibatkan kondisi ini.
Kejadian berat badan yang menurun pada anak juga dapat berdampak besar terhadap kondisi kesehatannya sekarang atau pada kemudian hari.
Umumnya, ia jadi lebih mudah terserang penyakit, bahkan berisiko sampai berakibat fatal.
Selain dari segi kesehatan, kondisi ini juga turut memengaruhi kemampuan intelektual anak pada masa pertumbuhannya.
Kapan anak dikatakan mengalami wasting?
- Menurut WHO, indikator untuk menilai kemungkinan kondisi ini pada anak yakni berat badan menurun dengan cepat sedangkan tinggi badan (BB/TB) tetap bertambah.
- Anak dikatakan mengalami kondisi ini ketika hasil pengukuran indikator BB/TB berada di -3 sampai dengan di bawah -2 standar deviasi (SD).
- Anak juga bisa mengalami wasting akut (severe acute malnutrition) ketika indikator BB/TB menunjukkan angka di bawah -3 SD. Bisa dikatakan, wasting akut adalah kondisi penurunan berat badan yang sudah lebih parah ketimbang kondisi yang biasa.
Apa saja gejala wasting pada anak?
Secara umum, kondisi ini ditandai dengan penurunan berat badan drastis sehingga membuat bobot tubuh anak tidak sebanding dengan tinggi badannya.
Itulah mengapa kondisi ini biasanya membuat tubuh anak tampak sangat kurus. Bahkan tak jarang, sampai membuat tulang-tulang di tubuh menonjol seperti hanya dibalut langsung oleh kulit.
Anak yang mengalami kondisi ini juga kerap merasa sangat lemas, yang membuatnya sulit untuk beraktivitas normal seperti anak seusianya.
Namun, ketika kondisi berat badan kurang pada anak ini tidak segera diobati, otomatis bisa berkembang lebih parah hingga mengakibatkan wasting akut.
Jika tingkat keparahan wasting anak sudah mencapai akut, akan timbul beberapa gejala seperti berikut.
- Indikator BB/TB menunjukkan angka kurang dari -3 SD.
- Memiliki pembengkakan karena cairan (edema) di beberapa bagian tubuh.
- Lingkar lengan atas (LILA) cenderung kecil, biasanya kurang dari 12,5 cm.
Apabila tidak mendapatkan perawatan secepatnya, kondisi berat badan menurun pada tingkat yang parah ini bisa berkembang semakin buruk.
Tidak menutup kemungkinan, nantinya akan mengakibatkan terjadi gizi buruk pada anak.
Apa penyebab wasting pada anak?
Seperti yang sempat disinggung sebelumnya, wasting adalah kondisi yang terjadi ketika berat badan anak menurun dengan cepat.
Hal ini umumnya disebabkan oleh kombinasi dari dua faktor, yakni asupan gizi dan nutrisi yang kurang atau terjadinya penyakit infeksi.
Berikut berbagai penyebab wasting pada anak.
- Kurang terjangkau atau sulitnya akses ke pelayanan kesehatan, sehingga orangtua enggan memeriksakan kondisi kesehatan anaknya.
- Pemberian asupan makanan harian yang tidak memenuhi kebutuhan gizi anak.
Sebagai contoh, pemberian ASI eksklusif, MPASI, maupun makanan padat tapi dengan jumlah dan kualitas yang kurang memadai.
- Kebersihan lingkungan sekitar yang buruk, termasuk sulitnya mendapatkan akses air bersih dan pelayanan kebersihan.
- Pengetahuan kurang mengenai nutrisi dan kesehatan anak.
- Pilihan sumber makanan yang sangat terbatas dan kurang beragam.