backup og meta

Vaksin DT dan DPT, Apa Perbedaan Keduanya?

Vaksin DT dan DPT, Apa Perbedaan Keduanya?

Vaksin DT dan DPT memang sekilas terlihat sama, tetapi ayah dan ibu perlu lebih cermat karena kedua jenis imunisasi ini berbeda. Meski hanya beda satu huruf, orangtua tetap perlu memperhatikan lebih dalam memberikan vaksin ini pada anak. 

Apa itu vaksin DT dan DPT?

Bolehkah bayi dimandikan setelah imunisasi

DT adalah singkatan dari difteri dan tetanus, sedangkan dalam imunisasi DPT, P-nya adalah pertusis atau batuk rejan.

Mengutip dari situs resmi BPOM, vaksin DT adalah imunisasi untuk bayi usia 2 bulan sampai anak usia 7 tahun. 

Sebenarnya, vaksin DT dan DPT sama-sama mencegah penyakit difteri untuk anak berusia kurang dari 7 tahun.

Namun, hal yang menjadi perbedaan antara vaksin DT dan DPT adalah vaksin DT tidak menyertakan imunitas terhadap infeksi pertusis.

Vaksin DT (tanpa imunisasi pertusis) tersedia karena beberapa anak ada yang alergi terhadap bahan dalam vaksin pertusis.

Pada intinya, pemberian vaksin DT adalah untuk anak yang memiliki reaksi alergi terhadap vaksin pertusis. 

Sementara untuk anak usia lebih dari 7 tahun, bisa mendapatkan vaksin Td sebagai imunisasi lanjutan.

Difteri adalah penyakit yang sangat menular dari bakteri Corynebacterium diphtheriae.

Penyakit ini bisa menyerang orang yang tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap bakteri. Oleh karena itu, bayi, anak-anak, dan lansia perlu menerima vaksin DT dan DPT. 

Bila anak mengalami gejala difteri dan belum menerima vaksin, segera konsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Apa perbedaan vaksin DT dan DPT?

Meski kedua jenis vaksin ini sama-sama mencegah penyakit difteri, orangtua perlu hati-hati karena keduanya berbeda.

Imunisasi DPT adalah vaksin untuk mencegah beberapa penyakit infeksi difteri, tetanus, dan batuk rejan (pertusis). 

Kedua vaksin ini memiliki fungsi yang sama, mencegah penyakit infeksi difteri, tetanus, dan batuk rejan (pertusis), namun komposisi dosisnya berbeda.

Imunisasi DT tidak mengandung pembentukan imunitas terhadap penyakit pertusis atau batuk rejan. 

Biasanya, anak yang memiliki alergi terhadap bahan vaksin pertusis yang menerima imunisasi DT.

Berdasarkan situs resmi dari BPOM, vaksin DPT berisi sel bakteri pertusis utuh dengan komposisi banyak antigen dalamnya.

Kandungan antigen yang mencapai ribuan membuat vaksin DT dan DPT menimbulkan reaksi demam tinggi pada anak.

Penentuan keberhasilan pencegahan penyakit difteri dengan menggunakan imunisasi yaitu cakupan vaksinasi yang minimal 95%. 

Berdasarkan keterangan dari Kemenkes, munculnya kejadian luar biasa (KLB) difteri karena adanya kesenjangan kekebalan tubuh suatu daerah.

Kesenjangan atau kekosongan kekebalan ini terjadi karena kelompok rentan difteri tidak mendapatkan atau melengkapi imunisasi.

Padahal, anak yang tidak menerima imunisasi sangat rentan mengalami penyakit parah yang bisa mengancam nyawa.

Bolehkah menerima vaksin DT ketika sudah mendapatkan DPT?

vaksin mr

Bila anak tidak memiliki alergi terhadap vaksin pertusis, orangtua bisa memberikan vaksin DPT karena cakupannya lebih luas.

Namun, bila anak memiliki alergi terhadap vaksin pertusis, sebaiknya memilih vaksin DT daripada DPT demi kesehatan si Kecil.

Untuk menentukan alergi atau tidak, ibu bisa konsultasi ke dokter dan bertanya tentang kemungkinan anak memiliki alergi terhadap bahan vaksin tersebut.

Dokter mungkin akan melakukan serangkaian tes untuk menentukan apakah si kecil memiliki reaksi alergi terhadap bahan vaksin pertusis yang mencegah penyakit batuk rejan.

Kapan waktu yang tepat untuk menerima vaksin DT dan DPT?

Anak setidaknya perlu mendapatkan lima kali imunisasi DT atau DPT dengan jadwal imunisasi setiap usia 2, 4, 6 bulan.

Kemudian, dosis lanjutan pada usia 15—18 bulan dan satu dosis berikutnya saat anak berusia 4—6 tahun. 

Sementara imunisasi Td anak dapatkan setelah berusia lebih dari 7 tahun. Biasanya, pemberian imunisasi ini pada anak yang berusia 11 tahun. 

Kemudian, imunisasi lanjutan diberikan lagi ketika dewasa yaitu pada usia 19—64 tahun.

Hal yang perlu orangtua perhatikan sebelum imunisasi DT

Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan bahwa anak yang sedang sakit ketika jadwal imunisasi tiba untuk menunggu dulu hingga sembuh. 

Namun, bila anak hanya mengalami pilek, flu, atau demam biasa, tidak masalah untuk mendapatkan imunisasi saat itu juga.

Selain itu, mungkin ada anak yang akan mengalami alergi terhadap bahan dari vaksin DT dan DPT, sebaiknya konsultasikan hal tersebut dengan dokter anak. 

Bila memang anak baik-baik saja, tetap berikan vaksin karena tak hanya melindungi anak dari ancaman infeksi, tetapi juga orang-orang sekitarnya.

Ayah dan ibu bisa konsultasi ke dokter bila merasa ragu dengan keamanan dan kecocokan vaksin DT dan DPT terhadap tubuh anak.

Kondisi masing-masing anak berbeda, sehingga mungkin tidak semua anak cocok dengan vaksin DPT yang memiliki kandungan vaksin pertusis untuk cegah penyakit batuk rejan.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Vaccine Information Statement | Tdap | Tetanus-Diphtheria-Pertussis | VIS | CDC. (2022). Retrieved 24 April 2023, from https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/vis/vis-statements/tdap.html

Safety Information for Diphtheria, Tetanus, and Pertussis Vaccines | Vaccine Safety | CDC. (2022). Retrieved 24 April 2023, from https://www.cdc.gov/vaccinesafety/vaccines/dtap-tdap-vaccine.html

Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Baru 58,4%, Kemenkes Dorong Pemda Kejar Target. (2021). Retrieved 24 April 2023, from https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211130/3038902/cakupan-imunisasi-dasar-lengkap-baru-584-kemenkes-dorong-pemda-kejar-target/

Imunisasi Efektif Cegah Difteri – P2P Kemenkes RI. (2022). Retrieved 24 April 2023, from http://p2p.kemkes.go.id/imunisasi-efektif-cegah-difteri/

DTaP/Tdap/DTP/Td Are You Confused About What Vaccine You or Your Child Needs? (2022). Retrieved 24 April 2023, from https://www.reedschools.org/cms/lib/CA01001640/Centricity/Domain/205/DTap%20Info.pdf

Versi Terbaru

24/04/2023

Ditulis oleh Riska Herliafifah

Ditinjau secara medis oleh dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A

Diperbarui oleh: Karinta Ariani Setiaputri


Artikel Terkait

Ketahui Akibat yang Terjadi bila Bayi Tidak Mendapat Imunisasi

Seputar Vaksin Polio, dari Manfaat, Jenis, hingga Efek Samping


Ditinjau secara medis oleh

dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A

Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 24/04/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan