backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Pahami Breath-Holding Spells yang Bisa Terjadi Saat Anak Menangis

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 22/08/2023

Pahami Breath-Holding Spells yang Bisa Terjadi Saat Anak Menangis

Breath-holding spells (BHS) merupakan istilah yang menggambarkan kondisi serangan menahan napas pada anak. Kondisi ini memang menakutkan bagi orangtua karena tubuh anak akan tampak membiru. Lantas, apa gejala dan penyebab dari BHS ini? Berikut penjelasannya.

Apa itu breath-holding spells?

Breath holding spells adalah kondisi ketika anak mengalami serangan menahan napas setelah mengalami situasi yang membuat anak emosi.

Kondisi ini biasanya terjadi pada anak berusia 6 bulan hingga 6 tahun. 

Perlu diingat bahwa situasi ini bukan dilakukan dengan sengaja, melainkan tubuh anak merespons suatu kondisi yang terjadi tiba-tiba.

Akibatnya, anak kesulitan untuk mengontrol napas mereka sendiri. 

Breath-holding spells dibagi menjadi dua jenis, seperti berikut ini.

1. Cyanotic spells

Cyanotic spells merupakan jenis BHS yang paling umum terjadi. Kondisi ini sering kali merupakan respons terhadap frustrasi kemarahan, ketakutan, atau rasa sakit.

Selain bisa menyebabkan kehilangan kesadaran, kulit anak mungkin berubah menjadi kebiruan atau sianosis selama serangan terjadi, terutama di sekitar bibir. 

2. Pallid spells

Mirip dengan jenis satunya, pallid spells juga bisa menyebabkan anak kehilangan kesadaran. Namun, hal ini juga disertai dengan wajah anak yang menjadi sangat pucat serta berkeringat.

Biasanya, jenis ini sering kali dipicu oleh rasa sakit atau ketakutan yang tiba-tiba.

Apa gejala breath-holding spells pada anak?

cara mengatasi anak tantrum

Breath-holding spells paling sering terjadi ketika anak tiba-tiba kesal atau terkejut. Anak Anda mungkin akan terkejut, menghembuskan napas, dan tiba-tiba menahan napas. 

Meski bisa terjadi setelah marah, melansir MedlinePlus, kondisi ini tidak dianggap sebagai hal yang disengaja oleh anak.

Berikut adalah beberapa gejala breath holding spells yang perlu orangtua pahami. 

  • Kulit biru atau pucat.
  • Menangis lalu tidak bernapas.
  • Pingsan atau kehilangan kesadaran.
  • Gerakan tersentak-sentak, seperti gerakan kejang.

Nantinya, sistem pernapasan anak akan kembali normal setelah beberapa saat tidak sadarkan diri.

Selain itu, warna kulit anak akan membaik seiring dengan kembalinya sistem pernapasan mereka. Hal ini bisa terjadi beberapa kali sehari atau sesekali dalam hidupnya.

Kapan harus ke dokter?

Bila anak mengalami serangan breath-holding spells dengan kondisi di bawah ini, segera konsultasikan dengan dokter. 
  • Pernapasan berhenti selama lebih dari 1 menit dan tidak kembali. 
  • Anda mengira anak mengalami kondisi darurat yang mengancam jiwa. 
  • Terjadi pada usia kurang dari 6 bulan. 
  • Pingsan lebih dari 2 menit per jam. 
  • Anak terlihat sakit. 

Apa penyebab breath-holding spells pada anak?

Pada dasarnya, penyebab breath holding spells belum diketahui. Terlebih lagi, anak juga menahan napas mereka secara tidak sengaja dan ia pun tidak bisa mengontrolnya.

Pada kondisi ini, gejala yang timbul disebabkan oleh detak jantung yang melambat atau pola pernapasan yang berubah dalam waktu singkat.

Adapun hal tersebut sering kali dipicu oleh beberapa hal berikut.

  • Ketakutan.
  • Rasa sakit.
  • Peristiwa traumatis.
  • Terkejut atau merasa dikonfrontasi. 

Apa yang meningkatkan risiko breath-holding spells?

Umumnya, breath holding spells adalah kondisi yang lebih sering terjadi pada anak-anak dengan kondisi berikut ini.

  • Faktor genetik, misalnya sindrom Riley-Day atau sindrom Rett.
  • Anemia defisiensi besi.
  • Riwayat keluarga dengan breath-holding spells.  

Bagaimana dokter mendiagnosis breath-holding spells?

cara menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak

Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan seputar riwayat dan gejala medis anak.

Selain itu, mereka akan merekomendasikan beberapa pemeriksaan sebagai pendukung, seperti berikut ini.

  • Tes darah untuk memeriksa kekurangan zat besi.
  • Elektrokardiografi (EKG) untuk memeriksa jantung.
  • Elektroensefalografi (EEG) untuk memeriksa kejang. 

Bagaimana cara mengatasi breath-holding spells?

Jika anak baru pertama kali mengalami BHS, sebaiknya hubungi dokter.

Pasalnya, ada kemungkinan breath holding spells yang dialami berhubungan dengan anemia defisiensi zat besi. Jadi, dokter mungkin akan merekomendasikan tes darah. 

Bila sudah beberapa kali terjadi dan Anda mulai terbiasa, berikut ada beberapa hal yang perlu dilakukan. 

1. Tetap tenang

Penting bagi orangtua untuk tetap tenang saat anak mengalami breath-holding spells. Jaga ketenangan Anda dan pastikan lingkungan sekitarnya aman.

2. Lindungi anak dari cedera

Jika anak jatuh selama serangan, pastikan mereka tidak mengalami cedera. Baringkan mereka di tempat yang aman dan permukaannya lembut.

3. Taruh kain yang basah dan dingin di wajah anak

Perlu diingat, ketika anak mengalami breath holding spells,  jangan memasukkan apa pun ke dalam mulutnya, termasuk jari Anda. 

Alih-alih begitu, Anda bisa mengompres wajah anak dengan kain dingin yang lembap.

Namun, tetap lakukan cara ini dengan hati-hati agar tidak menyumbat jalur masuk pernapasan anak. Cara ini ternyata terkadang bisa mempersingkat serangan sesak napas anak.

Cara mencegah atau mengurangi serangan breath-holding spells

Anda bisa bekerja sama dengan dokter untuk mengurangi serangan breath holding spells. Jika anak biasanya menahan napas setelah menangis, cobalah menghindari pemicu yang bisa membuat anak kesal. 

Anda tentu akan kesulitan melihat anak mengalami momen-momen BHS. Namun, cobalah untuk tidak menyerah pada amukan atau perilaku yang tidak masuk akal untuk mencegahnya. 

Bila perlu, konsultasikan dengan dokter jika membutuhkan bantuan untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi breath-holding spells

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 22/08/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan