Apa saja perlengkapan bayi baru lahir yang sudah Ibu persiapkan? Selain mainan si kecil, pakaian, alat mandi, dan gendongan, kasur bayi umumnya menjadi salah satu barang yang tak luput dari perhatian. Memilih berbagai kebutuhan bayi memang menyenangkan. Namun, orangtua perlu bijak saat memilih kasur bayi karena ada beberapa hal yang perlu dipahami. Berikut penjelasan lengkap seputar pemilihan baby crib atau ranjang bayi.
Baiknya, bayi tidur di kasur sendiri atau bersama orangtua?
Mengutip dari Healthy Children, bayi sebaiknya tidur terpisah dengan orangtuanya untuk menghindari sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).
Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) adalah kondisi bayi meninggal mendadak karena mengalami kesulitan bernapas.
Bayi baru lahir lebih berisiko mengalami SIDS karena ia belum sepenuhnya bisa merespon jika ada gangguan saat sedang tidur.
Berbeda dengan bayi yang lebih besar, ia bisa lebih cepat merespon jika terganggu saat tidur untuk melindungi dirinya.
SIDS bisa dipicu oleh:
- Posisi tidur yang membuat bayi kesulitan bernapas.
- Terlalu banyak barang di kasur (boneka, bantal, guling, selimut).
Posisi tidur orangtua bisa memicu bayi kesulitan bernapas karena secara tidak sadar, tubuh Anda dan pasangan bisa menimpa bayi.
Namun, jika bayi tidur jauh dari orangtua, tentu hal ini menyulitkan Anda dalam mengawasinya saat terlelap.
Untuk itu, Anda bisa memakai ranjang bayi dan menempatkannya di sebelah kasur agar mudah mengawasi dan memantau si kecil saat terlelap.
Namun, perlu diingat, hindari terlalu banyak menaruh benda-benda dalam tempat tidur, termasuk selimut dan bantal yang berbahaya bagi bayi.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum membeli kasur bayi
Memilih tempat tidur bayi tidak bisa sembarangan karena berhubungan dengan keselamatan si kecil.
Beberapa hal di bawah ini bisa menjadi pertimbangan sebelum membeli tempat tidur bayi, yaitu:
1. Hindari tempat tidur bayi yang usianya lebih dari 10 tahun
Terkadang menggunakan barang warisan dari saudara atau kakak akan lebih baik, tetapi tidak dengan tempat tidur bayi.
Mengutip dari Kids Health, tidak disarankan menggunakan kasur yang usianya sudah lebih dari 10 tahun.
Hal ini dikarenakan kondisi kasur bayi yang sudah banyak perubahan dan bisa membahayakan si kecil.
Sebagai contoh, kasur yang sudah terlalu empuk sehingga cekung di bagian tengahnya atau bingkai ranjang yang mulai lapuk.
2. Perhatikan jarak antartiang dan bingkai kasur bayi
Ukuran tempat tidur bayi harus sesuai dengan kasur yang mengisinya. Pastikan tidak ada ruang antara bingkai tempat tidur dan kasur.
Mengutip dari Healthy Children, ruang antara kasur, bingkai tempat tidur, dan antartiang bingkai sebaiknya tidak lebih dari 5 cm.
Hal itu untuk mengurangi kemungkinan tubuh atau kepala bayi terjepit di antara sela-sela ruang tersebut saat sedang tidur atau berdiri.
Selain jarak, hal yang perlu dperhatikan adalah tinggi bingkai kasur yang dapat disesuaikan.
Ini perlu dilakukan agar saat bayi bertambah besar, tinggi kasur bisa dikurangi agar ia tidak bisa memanjat keluar atau jatuh dari tempat tidur.
3.Perhatikan ketebalan dan kepadatan kasur
Pilihlah kasur bayi dengan tingkat ketebalan sekitar 7-15 cm agar bayi tidur dengan nyaman.
Untuk kasur busa, sebaiknya perhatikan juga kepadatan kasur. Kasur busa yang lebih berat mungkin lebih padat dan ini menjadi pilihan yang baik.
Hindari memilih kasur yang terlalu empuk karena bayi bisa ‘tenggelam’ di dalamnya dan berisiko mengalami sindrom kematian mendadak (SIDS).
4. Pilih kasur yang multifungsi
Multifungsi ini maksudnya kasur bayi bisa diubah menjadi tempat tidur tanpa bingkai. Ini mungkin bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih tempat tidur bayi.
Tempat tidur bayi yang serbaguna bisa dimanfaatkan lebih lama ketika si kecil sudah semakin besar.
Bila tinggi badan anak sudah lebih dari 90 cm, sebaiknya ia sudah tidak tidur di baby crib ranjang bayi.
Ini karena anak sudah bisa memanjat baby crib atau ranjang bayi dan posisi kasur yang terlalu tinggi sehingga berisiko jatuh saat tidur.
Disarankan untuk menggunakan kasur di lantai tanpa ranjang untuk mengurangi risiko terjatuh saat istirahat.
Jenis kasur bayi yang bisa dipilih
Ada tiga jenis kasur bayi yang bisa orangtua pilih, di antaranya:
1. Kasur springbed
Kasur springbed ini punya struktur yang terbuat dari gulungan baja sehingga tangguh dan kokoh.
Di atas gulungan baja, terdapat lapisan bahan bantalan yang berbeda. Ada yang terbuat dari poliester, kapas, atau busa.
Semakin banyak steel coils atau gulungan baja pada kasur, semakin empuk kasurnya.
Kasur jenis ini juga cenderung mahal dan lebih berat. Berat kasur akan terasa terutama saat mengangkat kasur untuk mengganti sprei.
2. Kasur busa
Kasur bayi jenis ini biasanya terbuat dari bahan poliuretan dan resin busa.
Jenis kasur busa bisa menjadi pilihan yang bagus karena kasurnya ringan, tahan lama, dan murah. Saat memilih kasur bayi busa, pastikan kasurnya kuat.
Cara menentukan kuat atau tidaknya kasur busa, tekan kasur busa dengan telapak tangan.
Setelah itu, lihat seberapa lama kasur yang masuk ke dalam untuk naik kembali ke permukaan atau ke bentuk semula.
Semakin cepat kasur kembali ke bentuk semula, semakin baik.
3. Kasur bayi jenis organik
Kasur ini dibuat dengan bahan alami atau organik termasuk kapas, wol, serat kelapa, busa nabati, dan lateks alami.
Alas tidur organik dapat terdiri dari lapisan dalam bahan alami, busa, atau bahkan terbuat serat sabut kelapa.
Namun, harganya cenderung mahal meski lebih nyaman bagi penderita alergi.
Kasur ini tidak akan menimbulkan masalah seperti alergi lateks atau gatal dan gampang terbakar seperti saat pakai kasur busa.
Hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan tempat tidur bayi
Orangtua perlu berhati-hati dalam menyimpan kasur bayi. Hindari menempatkan tempat tidur bayi di sebelah jendela atau pintu.
Hal tersebut bisa membahayakan si kecil, terutama saat ia sudah bisa berdiri dan memanjat.
Selain itu, bayi juga rentan terlilit dan terikat kain tirai atau gorden yang menutup jendela.
Tempatkan kasur di posisi menempel tembok jauh dari tirai, jendela, dan pintu.
[embed-health-tool-vaccination-tool]