Kulit memerah dan melepuh seperti luka bakar pada bayi tak selalu menjadi tanda cacar air, tetapi bisa juga karena penyakit kulit lain. Ada satu infeksi kulit lainnya yang memiliki gejala mirip, yaitu impetigo. Kondisi ini dapat terjadi pada bayi dan anak-anak. Seperti apa ciri impetigo pada bayi dan bagaimana cara mengobatinya? Simak selengkapnya di artikel ini.
Apa saja gejala impetigo pada bayi?
Impetigo adalah jenis penyakit kulit menular yang ditandai dengan luka merah pada bagian wajah.
Lepuhan paling umum ditemukan di sekitar hidung dan mulut, tangan, lengan bawah, dan juga area popok.
Dikutip dari Mayo Clinic, berikut beberapa gejala impetigo pada bayi.
- Luka merah pada kulit.
- Gatal.
- Melepuh.
- Borok (gejala yang lebih parah).
Ada dua jenis impetigo yang dibedakan berdasarkan gejala yang ditimbulkan, berikut penjelasannya.
1. Impetigo krustosa
Impetigo krustosa merupakan jenis impetigo yang paling sering dialami oleh anak-anak dan lebih mudah menular. Gejala impetigo krustosa meliputi berikut ini.
- Bercak kemerahan pada kulit bayi yang terasa gatal di sekitar mulut dan hidung, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
- Luka pada bercak akibat digaruk.
- Iritasi pada kulit di sekitar luka.
- Koreng berwarna kuning kecokelatan di sekitar luka.
- Bekas kemerahan di kulit akibat koreng yang dapat hilang dalam jangka waktu beberapa hari atau minggu.
2. Impetigo bulosa
Impetigo bulosa merupakan jenis impetigo yang lebih serius. Beberapa gejala yang dapat timbul di antaranya berikut ini.
- Lepuhan berisi cairan bening atau bentol berair di bagian tubuh antara leher dan pinggang serta lengan dan tungkai.
- Nyeri di area lepuhan dan gatal pada kulit di sekitarnya.
- Lepuhan pecah, menyebar, dan menimbulkan koreng berwarna kekuningan, tetapi akan menghilang setelah beberapa hari.
Selain itu, bentol berair pada kulit bayi akibat impetigo bulosa dapat disertai demam dan kemunculan benjolan di sekitar leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening.
Apa penyebab impetigo pada bayi?
Impetigo adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes.
Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh anak melalui luka di kulit, meski infeksi juga mungkin saja terjadi pada anak yang kulitnya sehat.
Penyakit ini termasuk dalam jenis penyakit kulit menular yang ditandai dengan luka merah pada bagian wajah, terutama sekitar hidung ataupun mulut.
Pada umumnya, impetigo dapat sembuh sendiri seiring waktu. Namun, tetap penting bagi orangtua untuk mengurangi risiko penularan bakteri ke bayi lainnya.
Oleh karena itu, sebagai penyakit kulit pada bayi, impetigo tetap perlu ditangani secepat mungkin.
Faktor risiko impetigo pada bayi
Ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seorang bayi terkena impetigo, berikut penjelasannya.
1. Usia
Semua orang bisa terkena impetigo, tapi kelompok usia bayi atau anak usia 2—5 tahun paling rentan mengalami kondisi ini karena kulitnya masih sangat sensitif.
Infeksi ini diawali dengan luka kecil seperti digigit serangga atau gatal karena eksim. Setiap bagian kulit yang rusak berisiko menjadi tempat tinggal bakteri penyebab impetigo pada bayi.
2. Keramaian
Mengapa keramaian menjadi salah satu faktor risiko impetigo? Pada dasarnya, impetigo bisa menyebar dengan cepat di taman bermain anak karena banyak bakteri bersarang di sana.
Ini yang menyebabkan penyebarannya begitu cepat bila di keramaian.
3. Udara yang lembap
Udara hangat sangat disukai oleh bakteri. Inilah yang membuat impetigo paling berisiko terkena di udara lembap dan panas, terutama ketika musim kemarau.
4. Kontak fisik
Aktivitas yang melibatkan kontak kulit langsung dengan orang lain juga berisiko menularkan impetigo pada bayi. Misalnya, belajar berjalan bersama, berpelukan, dan bersalaman.
Tidak hanya dengan teman sesama bayi, impetigo juga bisa ditularkan melewati keluarga yang memiliki riwayat impetigo.
5. Kulit yang luka
Bakteri yang menyebabkan impetigo sering masuk ke kulit si Kecil melalui luka pada kulit bayi. Misalnya gigitan serangga, ruam popok, atau gesekan karena pakaian yang terlalu ketat.
Komplikasi impetigo pada bayi
Kondisi ini sebenarnya tidak berbahaya dan bentuk lukanya ringan. Penyakit kulit ini pun bisa sembuh dengan sendirinya tanpa membekas.
Meski sangat jarang terjadi, berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat impetigo pada bayi.
- Selulit. Infeksi yang serius melibatkan jaringan bawah kulit dan bisa menyebabkan bayi mengalami selulit.
- Masalah ginjal. Salah satu jenis bakteri yang menyebabkan impetigo bisa merusak ginjal bayi dan orang dewasa. Namun, ini sebuah kasus yang sangat jarang terjadi.
- Bekas luka. Luka impetigo yang sangat dalam bisa meninggalkan bekas luka, terutama bila kulit si Kecil termasuk sensitif.
Bagaimana cara mengobati impetigo pada bayi?
Beberapa kasus impetigo bisa sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu 2 sampai 3 minggu tanpa diobati.
Namun, resep antibiotik dari dokter dapat mempercepat penyembuhan menjadi 7—10 hari.
Ini juga dapat mempersempit risiko penularan pada bayi dan anak-anak lain di sekitarnya. Impetigo bisa diobati dengan menggunakan antibiotik oles maupun antibiotik minum.
Antibiotik oles digunakan jika infeksi yang terjadi masih ringan, berada pada satu area, dan belum menyebar ke mana-mana.
Antibiotik minum digunakan jika gejala impetigo tidak bisa ditangani dengan antibiotik oles, kondisinya semakin parah, dan menyebar ke bagian lainnya.
Jika pengobatan dengan antibiotik tidak berpengaruh setelah 3 hari, dokter akan melakukan pemeriksaan sampel kulit yang terinfeksi di laboratorium untuk melihat kemungkinan adanya penyakit infeksi lain selain impetigo.
Pemeriksaan laboratorium juga perlu dilakukan jika impetigo kambuh lagi. Biasanya, impetigo kambuh karena masih ada bakteri yang bersarang di area tertentu.
Misalnya hidung, sehingga mudah menginfeksi daerah sekitarnya yang kebetulan mengalami luka. Jika terbukti benar, maka bakteri tersebut harus dibasmi dengan obat antiseptik khusus yang dapat digunakan pada hidung.
Bagaimana cara mencegah terjadinya impetigo?
Mengingat impetigo adalah penyakit menular, cara terbaik untuk mencegah penularannya adalah dengan menjaga kebersihan dan lingkungan.
Melansir laman Kementerian Kesehatan, berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan.
- Rajin mencuci tangan, terutama setelah beraktivitas di luar.
- Menutup luka agar bakteri tidak masuk ke dalam tubuh.
- Memotong dan selalu menjaga kebersihan kuku.
- Tidak menyentuh atau menggaruk luka untuk menurunkan risiko penyebaran infeksi.
- Mencuci pakaian atau membersihkan benda yang telah digunakan untuk membunuh bakteri.
- Menghindari berbagi penggunaan peralatan makan, handuk, atau pakaian dengan penderita impetigo.
- Mengganti sprei, handuk, atau pakaian yang digunakan penderita setiap hari sampai luka tidak lagi menularkan infeksi.
Itulah beberapa informasi penting seputar impetigo pada bayi. Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk konsultasikan dengan dokter.
Kesimpulan
- Impetigo adalah infeksi kulit menular yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes.
- Beberapa gejala impetigo misalnya luka merah pada kulit, gatal, melepuh, hingga borok.
- Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko bayi mengalami impetigo, yaitu usia, keramaian, udara yang lembap, kontak fisik, hingga kulit yang luka.
- Beberapa kasus impetigo bisa sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu 2 sampai 3 minggu tanpa diobati. Namun, resep antibiotik dari dokter dapat mempercepat penyembuhan menjadi 7—10 hari.
[embed-health-tool-vaccination-tool]