Sebagai asupan pendamping ASI, menu MPASI perlu disesuaikan dengan kebutuhan bayi guna memenuhi kecukupan nutrisi serta memastikan keamanannya. Hal ini mencakup pemberian gula dan garam untuk MPASI. Namun sebenarnya, bolehkah MPASI pakai garam dan gula?
Adakah dampak yang ditimbulkan jika si Kecil makan gula dan garam melalui MPASI-nya? Ketahui faktanya melalui ulasan berikut.
Apakah boleh memakai gula dan garam untuk MPASI?
Menggunakan gula dan garam dalam MPASI (makanan pendamping ASI) sebaiknya dilakukan dengan hati-hati.
Menurut rekomendasi dari berbagai ahli kesehatan dan organisasi, seperti WHO (World Health Organization) dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), pemberian gula dan garam pada makanan bayi sebaiknya dihindari atau dibatasi.
Bahkan, MPASI untuk bayi di bawah usia 1 tahun sebaiknya tidak diberi tambahan garam ataupun gula.
Pasalnya, bayi tidak memerlukan tambahan garam dan gula karena telah mendapatkan nutrisi yang cukup dari ASI dan makanan alami yang diberikan.
Di samping itu, pada dasarnya bayi memiliki sensitivitas rasa yang berbeda dibandingkan orang dewasa.
Hal ini membuat bayi bisa merasakan rasa alami dan tekstur MPASI dengan lebih baik tanpa perlu tambahan gula atau garam.
Lalu, apa pilihan terbaik sebagai pengganti garam untuk MPASI?
Sebagai alternatif, Anda bisa memberikan makanan yang bervariasi dan bergizi tanpa tambahan gula dan garam.
Misalnya, menggunakan buah-buahan untuk memberikan rasa manis alami atau menggunakan bumbu alami seperti bawang putih dan bawang merah untuk menambah rasa pada makanan bayi.
Anda juga bisa menggunakan rempah-rempah lain seperti kayu manis, vanili, atau jahe untuk memberikan rasa manis alami dan herba seperti oregano, basil, atau parsley untuk rasa gurih.
Batasan menggunakan gula dan garam untuk MPASI
Penting bagi Anda untuk mengikuti batasan penggunaan gula dan garam untuk MPASI guna mendukung kesehatan dan perkembangan bayi yang optimal.
Jika Anda ingin mengenalkan gula dan garam pada si Kecil, berikut rekomendasi batasannya.
1. Batasan garam
Berikut adalah batasan konsumsi garam untuk MPASI yang direkomendasikan sesuai dengan usia bayi.
- Usia 0—6 Bulan: Tidak boleh diberikan garam. ASI atau susu formula sudah mengandung cukup natrium untuk kebutuhan bayi.
- Usia 6—12 Bulan: Tidak perlu menambahkan garam pada makanan bayi. Kandungan natrium alami dari makanan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
- Usia 1—3 Tahun: Batasi konsumsi garam hingga maksimal 2 gram (setara dengan 0,8 gram natrium) per hari. Ini sudah termasuk semua garam yang terdapat dalam makanan olahan atau yang ditambahkan saat memasak.
2. Batasan gula
Sesuai anjuran, berikut takaran pemberian gula yang sesuai dengan usia bayi.
- Usia 0—12 Bulan: Hindari menambahkan gula pada makanan bayi. Gula tambahan tidak dibutuhkan dan bisa meningkatkan risiko obesitas serta masalah kesehatan lainnya di kemudian hari.
- Usia 1—3 Tahun: Batasi asupan gula tambahan hingga tidak lebih dari 25 gram (6 sendok teh) per hari. Ini termasuk semua jenis gula, seperti gula meja, madu, sirup, dan gula yang terdapat dalam makanan olahan.
Bukan hanya saat membuat menu MPASI sendiri di rumah, anjuran ini juga perlu diperhatikan ketika membeli makanan bayi siap konsumsi.
Saat membeli makanan olahan atau MPASI instan, periksa label untuk memastikan tidak ada tambahan garam atau gula yang berlebihan.
Dampak menggunakan gula dan garam untuk MPASI
Seperti yang telah dijelaskan di atas, makanan untuk anak-anak, termasuk bayi sebaiknya tidak mengandung gula dan garam tambahan.
Ini karena tubuh bayi bisa langsung menyerap gula dan garam alami yang terkandung di dalam makanan.
Ada beberapa dampak yang dapat ditimbulkan dari konsumsi gula dan garam jika digunakan untuk memulai MPASI 6 bulan, yang meliputi berikut ini.
- Ginjal bekerja terlalu berat. Ginjal bayi hanya bisa mencerna garam dalam jumlah sedikit. Ini karena ginjal bayi masih dalam tahap perkembangan dan belum mampu mengolah garam dengan baik. Konsumsi garam berlebihan bisa memberikan beban tambahan pada ginjal dan bahkan memicu batu ginjal.
- Tulang rapuh. Konsumsi makanan yang mengandung terlalu banyak garam bisa menyebabkan oenumpukan sodium di dalam tubuh dan menyebabkan tubuh lebih mudah kehilangan kalsium. Akibatnya, tulang bayi bisa lebih mudah mengalami kerapuhan dan mengalami osteoporosis.
- Risiko kesehatan lebih tinggi. Asupan garam yang tinggi bisa menyebabkan dehidrasi dan tekanan darah tinggi di kemudian hari. Sementara itu, gula berlebihan dapat meningkatkan risiko obesitas dan kerusakan gigi.
- Pembentukan kebiasaan makan yang buruk. Memberikan makanan yang terlalu manis atau asin pada bayi dapat membentuk dirinya untuk menyukai rasa yang tidak sehat di kemudian hari, sehingga ia lebih cenderung memilih makanan manis atau asin.
Setelah mengetahui dampak buruk tersebut pada anak, sebaiknya Anda lebih memperhatikan anjuran pemberian gula dan garam untuk si Kecil.
Selalu konsultasikan kepada dokter anak atau ahli gizi sebelum menambahkan gula atau garam dalam MPASI anak Anda.
Fokuslah pada pemberian makanan alami dan sehat untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal.
Kesimpulan
- Pemberian gula dan garam untuk MPASI bayi perlu dilakukan dengan hati-hati agar aman dan tidak menimbulkan dampak buruk pada kesehatan si Kecil.
- Berdasarkan anjuran, batasan penggunaan gula dan garam untuk makanan bayi perlu disesuaikan dengan usianya.
[embed-health-tool-child-growth-chart]