Setiap orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, mulai dari pola asuh hingga pendidikan. Berbicara mengenai pendidikan, mendapatkan ilmu pengetahuan sebenarnya tidak harus dilakukan full day school atau tatap muka di sekolah. Anak bisa belajar dari mana saja atau yang dikenal dengan pendidikan unschooling.
Apa itu unschooling?
Istilah unschooling mungkin masih awam terdengar di telinga Anda. Memang model pembelajaran ini di Indonesia masih kalah populer dengan homeschooling.
Unschooling berasal dari kata un dan schooling. Dalam terjemahan kasarnya, unschooling artinya tidak sekolah. Namun, secara harfiah unschooling adalah suatu model pendidikan yang diselenggarakan oleh orangtua sendiri.
Mengutip Ontario Federation of Teaching Parents, istilah unschooling diciptakan oleh John C. Holt yang dikenal sebagai “bapak” gerakan homeschooling modern.
Holt memiliki pandangan bahwa anak secara alamiah adalah pembelajar. Anak tahu cara terbaik untuk belajar tentang hal-hal yang paling ia butuhkan.
Menurut Holt, proses belajar anak tidak perlu selalu disetir oleh orang dewasa. Biarkan anak yang jadi pemimpin dari proses belajarnya sendiri.
Metode unschooling yang perlu Anda ketahui
Metode unschooling mengacu pada pendekatan keunggulan homeschooling di mana anak-anak diizinkan untuk melanjutkan (atau kembali ke) pembelajaran yang alami.
Model pembelajaran ini didorong oleh rasa ingin tahu dan perkembangan bakat anak.
Dengan demikian, pembelajaran dilakukan secara tidak terstruktur, dan dipimpin oleh anak tanpa ada paksaan dari siapapun.
Ini termasuk tidak ada jadwal yang ditetapkan untuk melakukan model pembelajaran ini.
Selain itu, kurikulumnya dirancang khusus oleh orangtua dengan menyesuaikan kondisi psikologis, minat, dan bakat anak.
Dapat diartikan, unschooling dilakukan secara tidak resmi dan tidak bersistem seperti pendidikan formal pada umumnya, sehingga tidak ada ujian atau tes, kurikulum, silabus, dan waktu belajar.
Maka tak heran jika anak-anak unschooling dinilai memiliki waktu bebas.
Peran orangtua dalam model unschooling ini adalah fasilitator pembelajaran, tidak sebagai pemberi tugas.
Jadi, segala bentuk aktivitas dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan anak, bukan mutlak arahan dari orangtua saja.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum menerapkan unschooling
Meski penerapan unschooling terkesan santai, tapi ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan agar model pembelajaran ini berjalan dengan lancar, di antaranya sebagai berikut.
1. Kesiapan mental orangtua dan anak
Memutuskan untuk menerapkan model pembelajaran ini memang tidak mudah. Pasalnya, sebagian besar orang masih beranggapan jika anak harus belajar di sekolah.
Dalam hal ini, persiapan kesehatan mental anak dan orangtua merupakan langkah awal dan penting untuk menjalani unschooling.
Apabila masih ragu, cobalah perdalam lagi informasi dengan membaca buku tentang unschooling atau bertanya kepada orang-orang yang memiliki pengalaman serupa.
2. Membangun komunikasi yang aktif
Model pembelajaran unschooling memang menitikberatkan pada anak. Meski begitu, bukan berarti hanya anak yang berperan dalam proses pembelajaran, tetapi orangtua pun harus aktif.
Orangtua unschooler harus rajin mengajak anak berkomunikasi dan berdialog. Komunikasi yang baik dengan anak dan secara intens akan menjadi bahan bagi anak untuk menimbang apa yang harusnya ia lakukan.
Jadi, ketika anak melakukan sesuatu yang benar, itu betul-betul karena hasil kinerjanya sendiri yang dilakukan secara sadar.
3. Biarkan anak bereksplorasi
Percayalah bahwa anak Anda paling tahu apa yang ia ingin dan siap untuk dipelajari. Tugas Anda hanya mengawasi dan membimbingnya terkait informasi apa pun yang ia butuhkan.
Anda bisa bersikap santai, kemudian biarkan anak Anda yang memimpin serta bereksplorasi.
Setelah konsep ini Anda pahami sepenuhnya, penerapan metode unschooling menjadi mudah dan menyenangkan.
4. Melakukan aktivitas bersama
Penerapan unschooling yang tepat akan membuat belajar terasa menyenangkan.
Ajak anak Anda melakukan aktivitas bersama, seperti membaca buku, bermain di luar rumah, atau apa pun yang anak Anda sukai.
Bantu anak agar dapat berkonsentrasi, tapi tanpa harapan atau tekanan. Dengan melakukan aktivitas bersama anak, maka akan tercipta ikatan keluarga yang baik dan semangat untuk selalu belajar.
5. Selalu memberikan dorongan atau motivasi
Orangtua yang menerapkan unschooling biasanya akan bersikap fleksibel soal target-target akademis, tapi mereka tetap memberikan stimulasi dan motivasi belajar anak.
Kalau ingin anaknya suka membaca, orangtua bisa menunjukkan teladan ke anak bahwa Anda juga suka membaca dan bercerita soal manfaat membaca bagi anak-anak.
Perbedaan homeschooling dan unschooling
Sementara beberapa orang mungkin mengatakan bahwa homeschooling dan unschooling adalah sama, tapi ternyata ada tiga poin utama yang membedakannya, yaitu sebagai berikut.
1. Materi pembelajaran
Pada metode homeschooling, anak dapat mengikuti kegiatan belajar sesuai dengan kurikulum dan usianya. Homeschooling juga memungkinkan anak untuk bersaing secara akademis dengan teman seusianya dan dapat mengikuti ujian yang sama.
Sementara itu, unschooling berfokus pada apa minat anak dan di mana bakat mereka kuat. Anak dapat memilih dan menentukan sendiri proses belajarnya. Hal itu dikarenakan tidak ada kurikulum yang ditetapkan.
2. Fleksibilitas belajar
Meski belajar di rumah, homeschooling menggunakan kurikulum untuk kegiatan belajarnya, sehingga anak harus mengikuti pelajaran seperti yang telah ditentukan.
Di sini, tiap anak akan dibantu oleh satu orang tutor yang tentunya akan mengawasi dan memberikan pemahaman terhadap materi pelajaran. Tidak hanya itu, anak juga diajarkan langsung untuk mempraktikkan materi yang telah dipelajari.
Lain halnya dengan unschooling, anak akan bebas mempelajari hal-hal yang ia sukai dan minati. Anak-anak juga dapat melewati aktivitas jika tidak ingin melakukannya.
Inti dari kegiatannya, yakni bermain, membangun ikatan atau komunikasi yang baik antara anak dengan orangtua, serta mengembangkan bakatnya.
3. Teknik pembelajaran
Anak-anak dengan metode homeschooling perlu mengikuti ujian dan menyelesaikan tugas untuk melihat seberapa jauh mereka telah memahami pelajaran yang diajarkan di kelas.
Jika mereka tidak dapat melakukannya, maka akan diminta untuk menyelesaikannya sebelum dapat melanjutkan ke pelajaran berikutnya.
Setiap mata pelajaran diajarkan dengan cara yang lebih terstruktur serta mungkin menggunakan buku teks dan alokasi waktu yang telah ditentukan bersama.
Anak yang menerapkan metode ini tidak diharuskan untuk memenuhi target-target akademik untuk melihat seberapa banyak yang telah mereka pelajari.
Anak-anak diperbolehkan untuk mencapai tujuan mereka ketika mereka ingin.
Tujuan dari pembelajaran adalah agar anak mampu berpikir secara mandiri untuk kepentingan tumbuh kembang anak yang dapat berguna hingga masa depannya.
Selain itu, anak-anak tidak memiliki waktu atau lokasi yang tetap untuk duduk dan mengikuti pelajaran.
Apa pun pilihannya, pastikan metode pembelajaran yang dipilih sesuai dengan kondisi anak Anda.
[embed-health-tool-vaccination-tool]