Meskipun normal, anak yang mudah marah bisa menimbulkan masalah, terutama jika perilaku tersebut tidak terkendali atau agresif. Umumnya, anak-anak meluapkan rasa kekesalannya dengan cara mengamuk, galak, menjerit, atau menangis dramatis.
Jika Buah Hati Anda sering mengalami kondisi yang demikian, maka sebaiknya jangan langsung menghukum atau berbalik marah kepada anak. Lantas, bagaimana cara mengatasinya? Baca terus untuk mengetahui cara menghadapi anak yang pemarah dalam artikel ini.
Tips agar anak tidak mudah marah
Memiliki anak yang mudah marah atau ngambekan memang sangat menguji kesabaran dan bisa membuat frustasi dalam menghadapinya.
Nah, tidak jarang hal ini membuat para orangtua pun jadi ikut tersulut emosinya, alih-alih menenangkan atau membantu anak untuk bisa mengendalikan amarahnya.
Banyak orang tua justru kerap melakukan kesalahan dengan sengaja membiarkannya, balik memarahinya, menghukumnya, atau bahkan hingga melakukan kekerasan fisik untuk sekadar membuat si Kecil diam.
Agar terhindar dari kesalahan tersebut, berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan oleh para orangtua untuk menghadapi anak yang mudah marah dengan membantu mengendalikan emosinya.
1. Ketahui penyebab kemarahan anak
Hal pertama yang perlu dilakukan saat anak mudah marah adalah Anda harus mengetahui dulu penyebab kemarahan si Kecil. Entah itu karena memiliki permasalahan di sekolah atau lingkungan mainnya.
Selain masalah tersebut, ada juga beberapa hal sederhana yang bisa jadi penyebab seorang anak mudah marah. Misalnya rasa lapar dan kondisi kesehatan anak.
Itu sebabnya, sebagai orangtua, Anda harus mencari tahu dan memastikan penyebab kemarahan si Kecil sehingga Anda lebih mudah mencari solusinya.
2. Peka terhadap perasaan si Kecil
Umumnya, anak-anak memiliki keingintahuan dan kemauan yang kuat untuk melakukan dan mendapatkan sesuatu. Namun, sayangnya kemampuan mereka belum sekuat keinginannya.
Hal inilah yang kerap kali membuat si Kecil kesal dan melampiaskannya dengan marah-marah. Oleh karena itu, sebagai orangtua, penting bagi Anda untuk memahami perasaan dan kebiasaan si Kecil.
Kenalilah kesukaan mereka akan sesuatu, memahami apa yang ingin atau tidak ingin mereka lakukan, dan lain sebagainya. Upaya ini juga mampu membantu orangtua untuk lebih lebih mudah menggali potensi yang dimiliki anak.
Dengan demikian, anak akan melakukan kegiatan yang memang mereka senangi.
3. Bangun komunikasi yang hangat
Sebagai orangtua, Anda juga perlu menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Ini bisa dimulai dengan mendengarkan semua keluhan si Kecil karena pada dasarnya anak-anak memang selalu ingin diperhatikan.
Dilansir dari Growing Early Minds, saat mendengar keluhan mereka, orangtua harus melakukannya dengan pendekatan kasih sayang. Tak lupa juga untuk memberikan nasihat pada anak di waktu yang sangat tepat.
Itu sebabnya, membangun komunikasi yang hangat dengan anak-anak adalah hal yang harus dilakukan oleh orangtua.
Ketika komunikasi dengan anak sudah bisa terjalin dengan baik, maka ia bisa mengetahui bagaimana cara yang tepat untuk menyampaikan segala bentuk keinginannya kepada Anda.
4. Jadi panutan yang baik bagi si Buah Hati
Tidak dapat dipungkiri sifat dan sikap si Kecil dapat dibentuk oleh lingkungan di mana mereka dibesarkan. Hal ini lah yang mengharuskan para orangtua untuk memberikan teladan yang baik sejak dini kepada anak-anaknya.
Jika dalam keseharian Anda sering marah-marah atau tidak memiliki kemampuan untuk menahan emosi bahkan sampai melakukan kekerasan fisik, seperti memukul, maka si kecil sangat mungkin terpengaruh oleh kebiasaan tersebut.
Jadi, apabila Anda ingin anak Anda untuk bisa mengendalikan sifat dan sikap mereka, maka Anda juga harus untuk mengontrol diri dengan cara tidak meluapkan amarah di hadapan si Kecil secara langsung.
Beri tahu anak apa yang sebaiknya ia lakukan untuk meredakan rasa marah yang sedang dirasakan.
Sebagai contoh, Anda bisa mengajarkan anak untuk berdiam diri sejenak di kamar hingga amarah tersebut mereda.
Jangan malah melampiaskan kemarahan tersebut, misal dengan membentak orang lain atau bahkan melempar barang-barang yang ada di sekitar Anda.
5. Hindari tontonan dan bacaan yang mengandung unsur kekerasan
Sebagai anak-anak generasi milenial, umumnya, anak sudah akrab dengan gadget sejak dini.
Hal ini secara tidak langsung membuat si Kecil lebih rentan terpapar hal-hal yang mengandung unsur kekerasan, entah dari menonton video, bermain game, ataupun hal lainnya.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, jauhkan anak dari gadget. Fokuskan si Kecil pada buku bacaan, permainan edukatif, dan interaksi sosial dengan teman sebayanya.