Bukan hanya mewaspadai kebiasaan menonton TV terlalu dekat, penting juga bagi orangtua untuk memastikan rating usia sebelum mengajak si Kecil nonton film di bioskop atau televisi.
Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Bukan hanya mewaspadai kebiasaan menonton TV terlalu dekat, penting juga bagi orangtua untuk memastikan rating usia sebelum mengajak si Kecil nonton film di bioskop atau televisi.
Anda harus betul-betul memilih tontonan yang memiliki pengaruh positif pada tumbuh kembang si Kecil dan menghindari konten dengan dampak negatif.
Apalagi, anak-anak mudah dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat maupun dengar. Nah, agar lebih paham tentang rating usia film yang tepat untuk anak, simak ulasannya berikut ini.
Setiap film diproduksi untuk dipasarkan sesuai target pasarnya masing-masing, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Supaya tidak salah pilih film untuk anak, Anda harus tahu dan memahami dulu perbedaan antara setiap rating film berdasarkan usia.
Dulu, penggolongan rating film di bioskop terbagi menjadi tiga dengan arti batas usia yang berbeda-beda, yaitu “Semua Umur (SU)”, “Remaja (R)”, dan “Dewasa (D)”.
Namun, sejak keluarnya Permendikbud RI No. 14 Tahun 2019 tentang Penggolongan Usia Penonton, tepatnya di bab III pasal 17, klasifikasinya berubah lebih rinci menjadi sebagai berikut.
Nah, jika Anda lebih jeli lagi, rating film luar negeri sedikit berbeda dari film lokal Indonesia.
Di Amerika, penggolongan rating film berdasarkan umur terbagi menjadi lima kategori, seperti berikut.
Sebelum nonton film di bioskop, Anda dapat melihat batas rating usia film yang tercantum di posternya atau pada layar peringatan LSF di awal pertunjukan.
Anda juga bisa bertanya pada petugas bioskop untuk lebih jelasnya. Ketika membeli DVD, cek kategori film itu di sampul depan atau belakang kemasannya.
Perhatikan juga rating usia ini jika Anda atau anak Anda akan menonton film lewat aplikasi khusus melalui HP atau ponsel Anda.
Menurut Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia (PKPI) dalam Pasal 33 PKPI 02 tahun 2012, siaran TV di Indonesia terbagi dalam lima klasifikasi usia penonton, yaitu sebagai berikut.
Anda bisa menemukan klasifikasi SU dan rating usia lainnya pada siaran layar kaca tersebut di sudut kanan atau kiri atas layar kaca Anda.
Film dan siaran televisi diibaratkan seperti dua sisi koin yang berseberangan. Keduanya bisa jadi sarana edukasi untuk menambah wawasan anak.
Namun, di sisi lain, anak menonton TV dan layar lebar bisa juga membawa dampak buruk pada kehidupannya, terutama jika orangtua tidak cukup bijak dalam memilah-milih konten yang sesuai dengan umurnya.
Terlebih, acara televisi maupun film yang kategorinya remaja atau dewasa cenderung sarat adegan-adegan yang tidak patut ditonton anak-anak.
Mulai dari adegan kekerasan seperti tawuran, perilaku menyimpang seperti memakai narkoba dan minum miras, bahasa yang kasar, pornografi, atau konflik lainnya.
Anak-anak belajar dengan cara meniru. Nah, jika ia melihat adegan perkelahian dari film yang ditontonnya, kemungkinan besar ia akan mengikuti hal tersebut.
Apalagi perkembangan otak anak belum sempurna, sehingga anak masih belum paham mana hal yang baik dan buruk.
Studi di National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism melaporkan bahwa anak kecil di bawah umur yang terbiasa menonton film kategori remaja cenderung lebih mungkin dan lebih cepat untuk mencoba-coba minum alkohol, merokok, dan seks bebas.
Selain itu, film fiksi sering digambarkan melebih-lebihkan kenyataan.
Anak yang menonton film tidak sesuai dengan rating usia akan menanamkan ekspektasi berlebihan dan gambaran buruk pada diri anak tentang kehidupan nyata.
Tentu saja, hal itu merupakan pengaruh negatif yang mungkin akan menimbulkan trauma, seperti ketakutan, kecemasan, atau mimpi buruk.
Supaya dampak buruk dari film atau acara televisi tidak terjadi pada anak Anda, berikut beberapa tips yang bisa Anda terapkan untuk memilih tontonan yang baik untuk anak.
Setelah Anda memutuskan film mana yang akan ditonton, selanjutnya bicarakan tentang nilai-nilai dalam film tersebut dengan anak-anak.
Diskusikan tentang konten positif yang ingin Anda berikan sebagai contoh kepada mereka.
Komunikasikan juga tentang konten negatif dan bagaimana hal itu bertentangan dengan apa yang diyakini atau dihargai dalam keluarga Anda.
Selain film, Anda bisa menonton pertunjukan musik atau teater untuk meningkatkan komunikasi dengan anak.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Carla Pramudita Susanto
General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita