backup og meta

7 Dampak Sering Memarahi Anak yang Perlu Ortu Ketahui

7 Dampak Sering Memarahi Anak yang Perlu Ortu Ketahui

Sebagai orangtua, Anda mungkin kerap merasa kewalahan menghadapi berbagai tingkah laku anak. Memarahi anak sering menjadi respons spontan yang dilakukan ketika ia melakukan kesalahan atau tidak mendengarkan. 

Namun, apakah memarahi anak adalah solusi yang tepat? Jangan-jangan, memarahi anak dapat memberikan dampak bagi tumbuh kembangnya? Yuk, ketahui jawabannya melalui ulasan di bawah ini. 

Penyebab orangtua memarahi anak

Anak mudah marah

Memarahi anak sering kali terjadi bukan tanpa alasan.

Melansir dari Health Direct, ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab orangtua marah pada anak. Berikut beberapa di antaranya.

1. Stres

Orangtua sering kali menghadapi tuntutan yang tinggi, seperti pekerjaan, tanggung jawab rumah tangga, dan kebutuhan keluarga.

Ketika situasi tidak berjalan sesuai rencana atau anak tidak berperilaku seperti yang diharapkan, rasa frustrasi dapat muncul dan memicu kemarahan.

2. Kelelahan

Kurangnya waktu istirahat dapat membuat orangtua lebih mudah tersulut emosinya.

Ketika tubuh dan pikiran lelah, kemampuan untuk menghadapi situasi sulit, termasuk anak yang susah diatur atau rewel, menjadi berkurang.

3. Merasa tidak dihargai

Orangtua dapat marah jika merasa pasangannya tidak memberikan cukup bantuan atau upaya mereka dalam merawat anak tidak dihargai.

Perasaan ini sering kali memperbesar ketegangan emosional.

4. Pengaruh pola asuh masa kecil

Pola asuh orangtua Anda pada Anda secara tidak sadar memengaruhi bagaimana Anda mengasuh si Kecil sekarang.

Orangtua yang tumbuh dalam lingkungan di mana kemarahan dan kekerasan sering digunakan sebagai bentuk disiplin mungkin tanpa sadar akan mengulangi pola tersebut kepada anaknya. 

5. Emosi yang tidak tersalurkan

Perasaan seperti cemas, sedih, atau takut sering kali muncul dalam keseharian orangtua.

Jika emosi ini tidak dikelola dengan baik, kemarahan bisa menjadi pelampiasan ketika anak melakukan sesuatu yang memicunya.

Dampak orangtua suka memarahi anak

bahaya membentak anak,

Rasa marah adalah emosi yang wajar terjadi pada orangtua, terutama dalam menghadapi tingkah laku anak yang mungkin membuat frustrasi. 

Ini pun dianggap oleh beberapa orangtua sebagai cara yang efektif untuk mendisiplinkan anak. Namun, tindakan ini sering kali memiliki dampak yang lebih besar daripada manfaatnya. 

Dampak ini pun tidak hanya memengaruhi anak secara emosional, tetapi juga secara sosial, hingga akademiknya di sekolah. Berikut adalah akibat orangtua sering marah pada anak.

1. Memengaruhi kesehatan mental anak

Orangtua yang sering marah atau membentak anak bisa menimbulkan dampak jangka panjang yang dapat berlanjut hingga mereka dewasa. 

Menurut situs Philadelphia Mental Health Center, anak-anak yang sering menerima agresi atau kemarahan dari orangtua mungkin mengalami masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD). 

Dalam jangka panjang, mereka mungkin juga menghadapi kesulitan dalam mengelola emosi mereka sendiri.

Hal tersebut kemudian dapat memicu pola perilaku tidak sehat, seperti ledakan amarah atau ketidakmampuan menyelesaikan konflik dengan baik.

2. Menurunkan rasa percaya diri anak

Lingkungan yang penuh amarah dapat memengaruhi rasa percaya diri anak dan cara mereka memandang hubungan interpersonal. 

Anak-anak ini sering merasa tidak aman dan sulit mempercayai orang lain, yang dapat berdampak negatif pada hubungan mereka di masa dewasa. 

Beberapa di antaranya mungkin juga mengembangkan pola komunikasi yang agresif atau menghindar, yang berpotensi menghambat mereka dalam kehidupan sosial maupun profesional.

Dengan memberikan dukungan emosional, menciptakan lingkungan rumah yang penuh kasih, dan membangun komunikasi yang sehat, dampak negatif pada kesehatan mental anak dapat diminimalkan.

3. Menghambat perkembangan emosional anak

Seperti yang diketahui, anak dapat diibaratkan seperti spons. Mereka cenderung menyerap emosi dan perilaku orang di sekitar mereka, terutama dari orangtua mereka. 

Ketika orangtua sering memarahi anak, maka anak dapat memendam perasaan tersebut dan percaya bahwa kemarahan adalah cara yang dapat diterima untuk menangani sebuah konflik atau masalah. 

Hal ini tentu dapat menghambat kemampuan anak dalam mengembangkan keterampilan emosional yang sehat.

Dengan begitu, anak pun akan mengalami kesulitan dalam mengelola emosi mereka sendiri saat tumbuh dewasa nantinya. 

4. Memengaruhi harga diri anak

Akibat dari orangtua sering marah pada anak yang selanjutnya adalah dapat memengaruhi harga dirinya.

Ketika anak sering melihat teriakan, kritikan, dan emosi negatif lainnya, mereka mungkin mulai percaya bahwa merekalah penyebab kemarahan tersebut. 

Hal ini dapat menimbulkan perasaan bersalah, malu, dan tidak berharga. Apalagi saat memarahi anak, orangtua cenderung mengucapkan kata-kata yang menyakitkan atau merendahkan.

Harga diri yang rendah dapat terwujud dalam berbagai cara, mulai dari menarik diri dari pergaulan, anak mudah marah, hingga bertindak tidak senonoh di sekolah atau lingkungan lainnya. 

Seiring waktu, persepsi diri yang negatif ini dapat berlanjut hingga masa remaja dan dewasa, yang memengaruhi hubungan mereka dengan orang lain serta cara mereka memandang diri sendiri.

5. Gangguan perilaku dan sosial

Anak yang sering dimarahi cenderung bereaksi dengan berbagai cara yang berbeda. Sebagian anak mungkin menjadi lebih pendiam dan takut untuk mengekspresikan diri karena khawatir dimarahi. 

Di sisi lain, ada pula anak yang justru menjadi lebih agresif dan kasar, baik terhadap orangtua maupun teman-temannya.

Selain itu, anak-anak ini sering kesulitan berinteraksi dengan anak lain.

Mereka mungkin menjadi sulit berkonsentrasi di sekolah, sulit bermain dengan teman sebaya, atau bahkan menolak ikut serta dalam kegiatan sosial. 

Hal ini bisa berdampak pada kemampuan sosial anak atau dalam menjalin hubungan sosial yang sehat.

6. Gangguan tidur

Orangtua yang sering marah pada anak juga dapat memengaruhi pola tidur anak.

Anak-anak yang sering mengalami tekanan emosional cenderung mengalami gangguan tidur, seperti sulit tidur atau sering terbangun di malam hari. 

Kurang tidur tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga pada kemampuan kognitif dan emosional mereka, seperti kesulitan belajar dan regulasi emosi.

Selain itu, tekanan emosional yang berulang akibat kemarahan orangtua dapat menyebabkan stres kronis pada anak.

Stres kronis tersebut dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh anak dan meningkatkan risiko berbagai penyakit fisik.

7. Hubungan menjadi renggang

Akibat dari orangtua yang sering marah pada anak selanjutnya adalah menyebabkan anak merasa takut atau tidak nyaman berada di dekat orangtua. 

Alih-alih merasa aman dan didukung, anak justru menganggap orangtua sebagai sosok yang mengintimidasi. 

Hal ini dapat merenggangkan hubungan emosional antara orangtua dan anak, yang membuat komunikasi dengan anak menjadi terbatas dan tidak terbuka.

Dalam jangka panjang, anak mungkin enggan untuk berbagi perasaan, masalah, atau pengalaman mereka dengan orangtuanya. 

Anda sebagai orangtua memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter dan perkembangan anak. 

Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk memahami bahwa kemarahan yang berlebihan dapat memberikan dampak yang lebih buruk daripada yang Anda kira. 

Menggantikan kemarahan dengan pendekatan yang lebih sabar, empatik, dan penuh kasih dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional, percaya diri, dan mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. 

Ingatlah bahwa setiap anak membutuhkan dukungan dan bimbingan yang positif dari orangtuanya. 

Kesimpulan

  • Memarahi anak bukanlah solusi yang tepat untuk mendisiplinkan mereka, karena tindakan ini lebih banyak memberikan dampak negatif dibandingkan manfaatnya. 
  • Kemarahan orangtua, yang sering kali disebabkan oleh stres, kelelahan, atau pola asuh masa kecil, dapat memengaruhi kesehatan mental, perkembangan emosional, rasa percaya diri, dan hubungan sosial anak. 
  • Anak-anak yang sering dimarahi berisiko mengalami gangguan tidur, stres kronis, serta hubungan yang renggang dengan orangtua.
  • Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengelola emosi dengan baik, menciptakan lingkungan yang penuh kasih, dan menerapkan pendekatan yang lebih positif dalam mendisiplinkan anak.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Anger: Parents Guide To Support. (n.d.). Retrieved 16 January 2025, from https://www.youngminds.org.uk/parent/parents-a-z-mental-health-guide/anger/

Jackson, J. (2022). What’s Good About Being an Angry Parent? Retrieved 16 January 2025, from https://connectedfamilies.org/anger-good-bad-ugly/

Anger in the Families. (N.d.). Retrieved 16 January 2025, from https://www.aamft.org/AAMFT/Consumer_Updates/Effect_of_Anger_on_Families.aspx

Team, P. (2024). How Angry Parents in the Home Affect Children. Retrieved 16 January 2025, from https://pmhccares.org/how-angry-parents-in-the-home-affect-children/

Controlling your anger as a parent. (n.d.). Retrieved 16 January 2025, from https://www.pregnancybirthbaby.org.au/controlling-your-anger-as-a-parent

Versi Terbaru

22/01/2025

Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Mengenal Dampak Pola Asuh Permisif terhadap Anak

Studi: Pola Asuh Religius Bikin Anak Sehat Mental?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Kesehatan anak · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari · Tanggal diperbarui 17 jam lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan