backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Kecerdasan Kinestetik pada Anak

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 25/11/2022

    Kecerdasan Kinestetik pada Anak

    Apakah si kecil sangat aktif dan susah untuk berhenti bermain atau berlari? Itu bukan berarti ia anak hiperaktif. Kemungkinan, ia memiliki kecerdasan kinestetik yang lebih dominan.

    Apa itu kecerdasan kinestetik?

    peregangan untuk anak

    Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan memproses informasi secara fisik, misalnya lewat gerakan tubuh, ekspresi wajah, atau gerakan tangan dan kaki. 

    Anak kinestetik memiliki kemampuan bergerak lebih baik daripada yang lain.

    Ia akan lebih merasa nyaman menjelajahi, memanjat, dan berlari daripada membaca buku yang hanya berdiam. 

    Mengutip Carlton College, sebanyak 15 persen anak-anak di dunia memiliki kecerdasan kinestetik dan sangat nyaman dengan gaya belajar fisik.

    Maka dari itu, mereka akan sangat aktif dan senang melakukan sesuatu secara fisik.

    Ciri-ciri anak memiliki kecerdasan kinestetik

    Anak kinestetik biasanya lebih mudah orangtua kenali karena gerak yang aktif. Agar semakin memudahkan, berikut ciri-ciri anak memiliki kecerdasan kinestetik.

    1. Anak senang bergerak

    Tanda dan ciri pertama anak kinestetik yang paling mudah ibu kenali adalah si kecil senang bergerak aktif.

    Anak akan sangat menikmati aktivitas yang membuatnya banyak bergerak. Ambil contoh, berlari, menari, senam, memanjat papan panjat, dan aktivitas bergerak lainnya.

    Memanjat juga termasuk olahraga untuk balita yang bisa ibu latih sejak dini.

    Ketika sedang berada pada lingkungan baru yang membuatnya tidak banyak bergerak, anak akan menjelajahi setiap ruangan dan tempat.

    Ambil contoh, saat sedang di depan rumah orang lain, ia akan menyentuh daun atau air kolam yang membuatnya penasaran.

    2. Koordinasi tubuh yang baik

    Anak ibu senang mengikuti gerakan tari saat menonton televisi? Itu adalah ciri anak memiliki kecerdasan kinestetik.

    Anak kinestetik memiliki gerakan tubuh selaras dan koordinasi yang baik . Maka dari itu, biasanya anak akan lebih berprestasi dalam bidang olahraga atau aktivitas fisik. 

    Ambil contoh, lari atletik, senam lantai, sepak bola, atau panjat dinding yang memacu adrenalin dan fisiknya.

    3. Tidak suka aktivitas yang membuatnya duduk lama

    Anak yang memiliki kecerdasan kinestetik lebih menyukai hal-hal yang membuatnya bergerak, tidak hanya duduk berdiam diri.

    Namun, anak dengan kinestetik menyukai kegiatan menyusun puzzle atau balok susun, meski harus duduk lama.

    Ini karena tangannya bergerak menyusun mainan. Berbeda dengan, misalnya, buku yang hanya berbentuk bacaan dan gambar. 

    Agar anak suka baca buku, ibu bisa memiliki busy book atau buku yang membuat anak melatih motorik kasar dan halusnya.

    Dalam busy book anak akan belajar tekstur, mengenal angka, huruf, atau membuka menutup pintu dengan aktivitas sederhana.

    Cara mengasah dan mengembangkan kecerdasan kinestetik anak

    anak manipulatif

    Terkadang orangtua kebingungan melihat anak yang tidak bisa diam dan melabelinya sebagai anak nakal.

    Padahal, bisa jadi ia memiliki kecerdasan kinestetik dan perlu menyalurkannya dengan cara yang tepat.

    Berikut cara mengasah dan mengembangkan kecerdasan kinestetik pada anak agar tenaganya lebih tersalurkan.

    1. Mengajak olahraga

    Mengingat anak kinestetik sangat menyukai aktivitas fisik, ibu bisa mengajaknya olahraga yang mengharuskan si kecil bergerak lincah untuk mengasah motorik kasar.

    Orangtua bisa mengajaknya lari pagi santai, bersepeda, atau menari dengan menggunakan video.

    Selain itu, ibu dan ayah juga bisa mengajaknya berkemah, memanjat, mendaki gunung atau bukit kecil, ke pantai, atau berenang.

    Saat mengajaknya bergerak, ibu tetap perlu memberikan nutrisi khusus untuk anak senang olahraga agar kebutuhan gizinya terpenuhi.

    2. Bermain peran

    Anak kinestetik menyukai aktivitas menyusun dan berperan menjadi sesuatu. Ibu bisa menemani atau mengajaknya bermain peran dan bereksperimen sederhana saat berada dalam rumah.

    Ambil contoh, bermain masak-masakan, membuat cerita drama tentang ayah dan ibu, atau ajak anak membuat kue.

    Anak yang memiliki kecerdasan kinestetik sangat senang bergerak dan terlibat sesuatu, daripada hanya duduk mengamati. 

    3. Mengenal huruf dan angka dengan gerakan

    Mungkin penggunaan flashcard terlalu membosankan untuk anak kinestetik. Ibu bisa mencoba mengenalkan huruf dan angka dengan gerakan ritmis yang mudah dan sederhana.

    Ambil contoh, belajar berhitung dengan tepuk tangan atau hentakan kaki. Saat menghentakkan kaki sebanyak 3 kali, ibu bisa bertanya, “berapa kali ibu menghentakkan kaki?” 

    Lalu biarkan anak menghitung sendiri.  Untuk huruf, ibu bisa membuat gerakan A, B, C memakai tangan lalu menuliskannya pada papan tulis. 

    4. Memilih sekolah yang tepat

    Anak kinestetik menyukai sesuatu yang interaktif, sehingga perlu memilih sekolah yang memberikan fasilitas tersebut.

    Ibu bisa mencoba memasukkan si kecil ke sekolah yang mendorong interaksi antara guru dan murid. Ambil contoh, sekolah alam atau seni.

    Saat anak masuk sekolah seni, ia mungkin akan menyukai bermain dengan cat air, tanah liat, atau sesuatu bertekstur yang bisa anak sentuh.

    Hal yang perlu orangtua perhatikan

    anak suka membaca buku, kecerdasan kinestetik

    Anak aktif belum tentu mengidap hiperaktif, ADHD, atau autisme. Namun, orangtua tetap perlu waspada terhadap kemungkinan anak mengidap masalah kesehatan ini.

    Mengutip dari Houghton College, ibu perlu waspada bila anak sering melakukan gerakan tidak terduga dan teratur ketika waktunya diam, misalnya saat makan atau menggambar.

    Biasanya, anak kinestetik masih bisa fokus saat bermain puzzle atau balok susun. Namun, anak dengan ADHD sangat sulit fokus pada permainan tersebut.

    Anak yang memiliki kecerdasan kinestetik rentan merasa bosan dengan sesuatu yang monoton. Orangtua perlu memberikan variasi permainan agar ia antusias terhadap aktivitas sehari-hari.

    Meski begitu, sesekali istirahat tidak ada salahnya karena untuk menjaga suasana hati atau mood anak agar tidak merasa ‘belajar terus’.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 25/11/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan