backup og meta

Kecerdasan Kinestetik pada Anak

Kecerdasan Kinestetik pada Anak

Apakah si kecil sangat aktif dan susah untuk berhenti bermain atau berlari? Itu bukan berarti ia anak hiperaktif. Kemungkinan, ia memiliki kecerdasan kinestetik yang lebih dominan.

Apa itu kecerdasan kinestetik?

peregangan untuk anak

Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan memproses informasi secara fisik, misalnya lewat gerakan tubuh, ekspresi wajah, atau gerakan tangan dan kaki. 

Anak kinestetik memiliki kemampuan bergerak lebih baik daripada yang lain.

Ia akan lebih merasa nyaman menjelajahi, memanjat, dan berlari daripada membaca buku yang hanya berdiam. 

Mengutip Carlton College, sebanyak 15 persen anak-anak di dunia memiliki kecerdasan kinestetik dan sangat nyaman dengan gaya belajar fisik.

Maka dari itu, mereka akan sangat aktif dan senang melakukan sesuatu secara fisik.

Ciri-ciri anak memiliki kecerdasan kinestetik

Anak kinestetik biasanya lebih mudah orangtua kenali karena gerak yang aktif. Agar semakin memudahkan, berikut ciri-ciri anak memiliki kecerdasan kinestetik.

1. Anak senang bergerak

Tanda dan ciri pertama anak kinestetik yang paling mudah ibu kenali adalah si kecil senang bergerak aktif.

Anak akan sangat menikmati aktivitas yang membuatnya banyak bergerak. Ambil contoh, berlari, menari, senam, memanjat papan panjat, dan aktivitas bergerak lainnya.

Memanjat juga termasuk olahraga untuk balita yang bisa ibu latih sejak dini.

Ketika sedang berada pada lingkungan baru yang membuatnya tidak banyak bergerak, anak akan menjelajahi setiap ruangan dan tempat.

Ambil contoh, saat sedang di depan rumah orang lain, ia akan menyentuh daun atau air kolam yang membuatnya penasaran.

2. Koordinasi tubuh yang baik

Anak ibu senang mengikuti gerakan tari saat menonton televisi? Itu adalah ciri anak memiliki kecerdasan kinestetik.

Anak kinestetik memiliki gerakan tubuh selaras dan koordinasi yang baik . Maka dari itu, biasanya anak akan lebih berprestasi dalam bidang olahraga atau aktivitas fisik. 

Ambil contoh, lari atletik, senam lantai, sepak bola, atau panjat dinding yang memacu adrenalin dan fisiknya.

3. Tidak suka aktivitas yang membuatnya duduk lama

Anak yang memiliki kecerdasan kinestetik lebih menyukai hal-hal yang membuatnya bergerak, tidak hanya duduk berdiam diri.

Namun, anak dengan kinestetik menyukai kegiatan menyusun puzzle atau balok susun, meski harus duduk lama.

Ini karena tangannya bergerak menyusun mainan. Berbeda dengan, misalnya, buku yang hanya berbentuk bacaan dan gambar. 

Agar anak suka baca buku, ibu bisa memiliki busy book atau buku yang membuat anak melatih motorik kasar dan halusnya.

Dalam busy book anak akan belajar tekstur, mengenal angka, huruf, atau membuka menutup pintu dengan aktivitas sederhana.

Cara mengasah dan mengembangkan kecerdasan kinestetik anak

anak manipulatif

Terkadang orangtua kebingungan melihat anak yang tidak bisa diam dan melabelinya sebagai anak nakal.

Padahal, bisa jadi ia memiliki kecerdasan kinestetik dan perlu menyalurkannya dengan cara yang tepat.

Berikut cara mengasah dan mengembangkan kecerdasan kinestetik pada anak agar tenaganya lebih tersalurkan.

1. Mengajak olahraga

Mengingat anak kinestetik sangat menyukai aktivitas fisik, ibu bisa mengajaknya olahraga yang mengharuskan si kecil bergerak lincah untuk mengasah motorik kasar.

Orangtua bisa mengajaknya lari pagi santai, bersepeda, atau menari dengan menggunakan video.

Selain itu, ibu dan ayah juga bisa mengajaknya berkemah, memanjat, mendaki gunung atau bukit kecil, ke pantai, atau berenang.

Saat mengajaknya bergerak, ibu tetap perlu memberikan nutrisi khusus untuk anak senang olahraga agar kebutuhan gizinya terpenuhi.

2. Bermain peran

Anak kinestetik menyukai aktivitas menyusun dan berperan menjadi sesuatu. Ibu bisa menemani atau mengajaknya bermain peran dan bereksperimen sederhana saat berada dalam rumah.

Ambil contoh, bermain masak-masakan, membuat cerita drama tentang ayah dan ibu, atau ajak anak membuat kue.

Anak yang memiliki kecerdasan kinestetik sangat senang bergerak dan terlibat sesuatu, daripada hanya duduk mengamati. 

3. Mengenal huruf dan angka dengan gerakan

Mungkin penggunaan flashcard terlalu membosankan untuk anak kinestetik. Ibu bisa mencoba mengenalkan huruf dan angka dengan gerakan ritmis yang mudah dan sederhana.

Ambil contoh, belajar berhitung dengan tepuk tangan atau hentakan kaki. Saat menghentakkan kaki sebanyak 3 kali, ibu bisa bertanya, “berapa kali ibu menghentakkan kaki?” 

Lalu biarkan anak menghitung sendiri.  Untuk huruf, ibu bisa membuat gerakan A, B, C memakai tangan lalu menuliskannya pada papan tulis. 

4. Memilih sekolah yang tepat

Anak kinestetik menyukai sesuatu yang interaktif, sehingga perlu memilih sekolah yang memberikan fasilitas tersebut.

Ibu bisa mencoba memasukkan si kecil ke sekolah yang mendorong interaksi antara guru dan murid. Ambil contoh, sekolah alam atau seni.

Saat anak masuk sekolah seni, ia mungkin akan menyukai bermain dengan cat air, tanah liat, atau sesuatu bertekstur yang bisa anak sentuh.

Hal yang perlu orangtua perhatikan

anak suka membaca buku, kecerdasan kinestetik

Anak aktif belum tentu mengidap hiperaktif, ADHD, atau autisme. Namun, orangtua tetap perlu waspada terhadap kemungkinan anak mengidap masalah kesehatan ini.

Mengutip dari Houghton College, ibu perlu waspada bila anak sering melakukan gerakan tidak terduga dan teratur ketika waktunya diam, misalnya saat makan atau menggambar.

Biasanya, anak kinestetik masih bisa fokus saat bermain puzzle atau balok susun. Namun, anak dengan ADHD sangat sulit fokus pada permainan tersebut.

Anak yang memiliki kecerdasan kinestetik rentan merasa bosan dengan sesuatu yang monoton. Orangtua perlu memberikan variasi permainan agar ia antusias terhadap aktivitas sehari-hari.

Meski begitu, sesekali istirahat tidak ada salahnya karena untuk menjaga suasana hati atau mood anak agar tidak merasa ‘belajar terus’.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Kinesthetic Learning. (2021). Retrieved 19 May 2021, from https://serc.carleton.edu/NAGTWorkshops/mineralogy/xtlsymmetry/kinesthetics.html

Mead, S. (2021). Auditory, Visual & Kinesthetic: Helping Kids Succeed Through Different Learning Styles. Retrieved 19 May 2021, from https://www.whitbyschool.org/passionforlearning/auditory-visual-and-kinesthetic-helping-children-succeed-through-different-learning-styles

Kinesthetic Learning Style -. (2021). Retrieved 19 May 2021, from https://www.houghton.edu/current-students/center-for-student-success/academic-support-and-accessibility-services/study-advisement/general-study-information/kinesthetic-learning-style/

Versi Terbaru

25/11/2022

Ditulis oleh Riska Herliafifah

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Bebaskan Si Kecil Berjalan "Nyeker" untuk Memperkuat Tulang Kakinya

Usia Berapa Anak Mulai Belajar Berlari?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 25/11/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan