Untuk dapat meraih manfaat ini, menu sarapan sehat untuk anak haruslah terdiri dari 300 gram karbohidrat, 65 gram protein, 50 gram lemak, 25 gram serat, serta asupan berbagai vitamin dan mineral. Jangan kaget dulu melihat besarnya jumlah karbohidrat yang dibutuhkan anak. Kebutuhan glukosa anak memang dua kali lipat lebih besar dibanding orang dewasa. Karbohidrat penting untuk meningkatkan tumbuh kembang otak anak. Glukosa yang dipecah dari karbohidrat merupakan energi utama bagi otak. Selain itu, glukosa juga digunakan oleh otak untuk mengatur dan menjalankan sistem sarafnya.
Itu sebabnya banyak penelitian yang menunjukkan bahwa menu sarapan tinggi kalori dapat membantu anak-anak belajar lebih baik di sekolah. Artinya anak dapat lebih berkonsentrasi dalam mengingat dan menyelesaikan masalah di setiap mata pelajaran. Namun tentunya sumber karbohidrat yang dipilih tak boleh sembarangan. Nasi dan roti merupakan sumber makanan tinggi karbohidrat. Lalu, mana yang lebih baik untuk anak?

Menu sarapan sehat untuk anak, lebih baik pakai nasi atau roti?
Sebelum menentukan mana yang lebih baik untuk menu sarapan anak, ada baiknya Anda memahami dulu tentang konsep indeks glikemik dalam makanan. Indeks Glikemik (IG) mengukur seberapa cepat karbohidrat yang terdapat dalam makanan untuk diubah menjadi gula oleh tubuh. Semakin tinggi nilai glikemik suatu makanan, semakin tinggi peningkatan kadar gula darah tubuh.
Tingkat indeks glikemik ini dapat memengaruhi kerja otak anak. Seperti yang telah diuraikan di atas, glukosa adalah sumber energi utama otak. Oleh karena itu, semakin tinggi skor IG suatu makanan, semakin tinggi kadar gula darah yang diproduksi, maka semakin baik pula kerja otak anak. Dilansir dari Harvard School bahwa indeks glikemik pada nasi putih (72) lebih rendah daripada skor IG roti tawar putih (75). Lantas, apa ini artinya otomatis roti putih lebih baik ketimbang nasi untuk menu sarapan anak? Belum tentu.
Nasi atau roti sebenarnya sama saja
Nasi dan roti sebenarnya sama-sama tergolong makanan indeks glikemik tinggi. Makanan dengan indeks glikemik tinggi lebih cepat dicerna tubuh sehingga lebih cepat meningkatkan gula darah. Tapi di sisi lain, gula darah yang dihasilkan ini akan sangat cepat turun kembali sehingga mereka yang mengonsumsi makanan indeks glikemik tinggi akan lebih cepat merasa lapar.