Proses tumbuh kembang anak tidak bisa terjadi secara alamiah, tapi juga bergantung pada berbagai jenis faktor lainnya. Oleh karena itu, orangtua perlu mengetahui hal-hal apa saja yang bisa menjadi penyebab pertumbuhan anak lambat agar berbagai risiko dapat diantisipasi sejak dini.
Tanda pertumbuhan anak lambat
Sebelum membahas berbagai tanda pertumbuhan anak lambat, penting untuk memahami bahwa setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda, termasuk pada perkembangan balita.
Perkembangan anak mencakup berbagai aspek, termasuk keterampilan motorik, bahasa, sosial, emosional, dan kognitif.
Beberapa anak mungkin mencapai tonggak perkembangan lebih cepat, sedangkan yang lain membutuhkan lebih banyak waktu.
Namun, jika seorang anak secara konsisten tertinggal dalam keterampilan tertentu dibandingkan dengan teman sebayanya, hal ini bisa menjadi indikasi adanya keterlambatan perkembangan.
Merangkum Cleveland Clinic, berikut adalah beberapa tanda anak mengalami pertumbuhan lambat.
- Mengalami keterlambatan dalam berguling, duduk, merangkak, dan berjalan.
- Memiliki masalah dengan keterampilan motorik halus.
- Adanya masalah dalam memahami apa yang dikatakan orang lain.
- Kesulitan dalam menjalani perintah sederhana.
- Kesulitan dalam berbicara atau terlambat berbicara.
- Tidak bisa mengingat sesuatu.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Berbagai penyebab pertumbuhan anak lambat
Setiap orangtua wajib menjaga tumbuh kembang anak dengan memperhatikan sejumlah faktor yang ada di sekelilingnya.
Ini dilakukan agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal sesuai dengan usianya.
Berikut ini ada beberapa hal yang umum menjadi penyebab tumbuh kembang anak lambat yang perlu orangtua perhatikan.
1. Pola asuh orangtua yang kurang tepat
Bicara soal tumbuh kembang anak, Anda sepatutnya tidak hanya memperhatikan kesejahteraan si Kecil secara fisik.
Para orangtua juga perlu memperhatikan tumbuh kembang anak secara psikologis melalui pola asuh sehari-hari yang diterapkan.
Sebab, pola asuh yang buruk bisa menjadi salah satu faktor penghambat perkembangan anak usia dini.
Anak yang sering kali merasa tertekan karena tidak dapat mengekspresikan diri dan mengeksplor hal-hal baru akibat pola asuh terlalu protektif meningkatkan risiko anak mengalami masalah emosional.
Cobalah untuk membiasakan melatih anak menghadapi dan menyelesaikan situasi yang ia hadapi secara mandiri.
Jika anak kesulitan dan meminta bantuan, beri ia bantuan sembari mendukung anak agar dapat menyelesaikan usahanya sendiri tanpa bantuan orangtua agar mereka semakin terlatih secara emosional.
Perlu Anda Ketahui
2. Kondisi penyakit tertentu
Di sejumlah kasus yang terjadi pada sebagian anak, penghambat pertumbuhan juga bisa dipicu oleh adanya faktor penyakit yang diderita si Kecil.
Penyakit ini bisa saja diderita ketika dalam masa 1.000 hari pertama kehidupan, setelah persalinan, atau bahkan sejak di dalam kandungan.
Penyakit yang dialami anak selama masa pertumbuhan dapat menghambat potensi pertumbuhan fisik seperti tinggi badan, berat badan, hingga kematangan seksual secara normal.
Tak heran jika faktor penyakit ini dapat menjadi salah satu penyebab pertumbuhan tinggi anak lambat.
Guna mengantisipasi hal ini, Anda sebaiknya rutin memantau pertumbuhan si Kecil atau melakukan skrining ke dokter.
Jika diketahui terdapat gangguan tumbuh kembang, kondisi tersebut dapat segera ditangani dan tidak semakin mengganggu kesehatan anak.
3. Kurangnya kebersihan diri dan lingkungan di sekitar anak
Menerapkan kebiasaan sanitasi diri pada anak perlu diajarkan sejak dini.
Tak hanya itu, Anda juga perlu memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar anak, seperti di dalam rumah dan tempat ia bermain atau bersosialisasi.
Pasalnya, kebersihan diri dan lingkungan yang buruk dapat meningkatkan risiko penyebaran virus dan bakteri pemicu penyakit pada anak.
Jika kesehatan anak terganggu, tentu hal ini juga akan berpengaruh pada tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, pastikan Anda selalu memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan anak.
Selain itu, perhatikan kebersihan makanan dan minuman yang ia konsumsi sehari-hari.
4. Kurangnya stimulasi
Kegiatan belajar dan bermain yang dilakukan anak dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan si Kecil agar lebih optimal.
Jika sejak kecil anak kurang mendapatkan stimulasi, hal tersebut tentu dapat berpengaruh bagi perkembangannya.
Terlebih jika anak hanya disuguhkan dengan aktivitas bersama gadget sejak kecil, ia akan kekurangan stimulasi dari lingkungan sekitar.
Anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang membutuhkan interaksi yang nyata, karena hal ini dapat menawarkan stimulasi yang lebih variatif dan relevan bagi tumbuh kembangnya.
Oleh karena itu, pastikan stimulasi anak telah cukup diberikan agar ia dapat tumbuh dengan baik.
5. Asupan nutrisi yang tidak memadai
Asupan nutrisi yang tidak memadai merupakan salah satu faktor penghambat pertumbuhan anak yang bahkan jika tidak segera ditangani bisa memicu kematian.
Kondisi kekurangan gizi pada anak membuat si Kecil memiliki daya tahan tubuh yang lemah terhadap infeksi.
Hal ini juga dapat mengganggu status gizi anak, memicu komplikasi, dan menyebabkan malnutrisi yang membuat anak tumbuh pendek.
Oleh karena itu, penting bagi setiap orangtua untuk memperhatikan pemenuhan asupan nutrisi harian si Kecil.
Pemenuhan asupan nutrisi yang baik dapat berperan dalam sistem imun dan pertumbuhan anak sehingga orangtua perlu memilih nutrisi tambahan yang tepat.
Perhatikan asupan nutrisi protein yang berperan untuk membentuk sel dalam tubuh, hormon, perkembangan otak, dan sistem kekebalan tubuh.
6. Anemia defisiensi zat besi
Zat besi merupakan salah satu gizi yang penting untuk mencegah anemia dan mendukung tumbuh kembang anak.
Jika kekurangan zat gizi yang satu ini, anak berisiko terkena anemia defisiensi zat besi yang kemudian bisa menjadi penyebab tumbuh kembang anak lambat.
Perlu diketahui, satu dari tiga anak di bawah usia 5 tahun rentan terkena anemia yang dapat mengganggu perkembangan otaknya.
Hal ini kemudian memicu masalah kognitif seperti penurunan daya konsentrasi dan memori yang memengaruhi kemampuan belajar anak.
Oleh karena itu, selalu perhatikan asupan zat besi si Kecil. Selalu perhatikan juga proses tumbuh kembang anak agar mereka terhindar dari berbagai risiko kesehatan.
Cara mengatasi pertumbuhan anak yang lambat
Untuk mengatasi pertumbuhan anak yang lambat, berikut adalah beberapa cara yang mungkin bisa dilakukan.
- Mengobati penyebab medis. Jika masalah pertumbuhan disebabkan oleh kondisi medis tertentu, maka mengobati kondisi tersebut dapat membantu memperbaiki pertumbuhan anak.
- Terapi penggantian hormon. Dokter mungkin merekomendasikan terapi hormon, terutama jika anak mengalami defisiensi hormon pertumbuhan. Terapi ini biasanya berupa suntikan yang diberikan secara harian atau mingguan.
- Memperbaiki asupan nutrisi. Bila penyebab tumbuh kembang anak lambat dikaitkan dengan nutrisi si Kecil, maka dokter akan menyarankan untuk memperbaiki asupan nutrisinya.
- Dukungan emosional. Anak dengan masalah pertumbuhan mungkin merasa tidak percaya diri atau minder. Oleh karena itu, mendapatkan dukungan psikologis atau bergabung dengan komunitas yang mendukung dapat membantu mereka merasa lebih nyaman dengan kondisi mereka.
Dengan memahami berbagai penyebab pertumbuhan anak lambat di atas, orangtua dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mendukung tumbuh kembang si Kecil secara optimal.
Pemantauan rutin, pola asuh yang baik, pemenuhan nutrisi, serta stimulasi yang cukup menjadi kunci penting dalam membantu anak mencapai potensi terbaiknya.
Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang lambat, konsultasikan kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.
Kesimpulan
- Pertumbuhan anak yang lambat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari pola asuh, asupan nutrisi, kondisi kesehatan, hingga stimulasi yang diberikan.
- Orangtua memiliki peran penting dalam memastikan anak tumbuh dan berkembang secara optimal dengan cara memberikan perhatian yang cukup, memenuhi kebutuhan gizi, menjaga kebersihan lingkungan, serta memberikan dukungan emosional.
- Jika ditemukan tanda-tanda keterlambatan pertumbuhan, segera konsultasikan kepada tenaga medis agar dapat dilakukan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.