1. Latih anak untuk mulai berbagi dengan orang tuanya sendiri
Kalau anak ingin membawa mainan sendiri dari rumah, mintalah untuk menyisihkan setidaknya satu mainan yang boleh dipinjamkan pada orang lain.
3. Mulailah dengan berbagi barang yang jumlahnya banyak
Minta anak untuk meminjamkan barang yang jumlahnya cukup banyak. Misalnya lego, krayon, dan lain-lain. Pasalnya, berbagi hal-hal yang jumlahnya banyak tentu akan lebih mudah bagi si kecil.
4. Bersabarlah dalam prosesnya
Mengajari anak yang dalam masa posesif akan membutuhkan kesabaran ekstra. Pasalnya, bukan hanya pada benda, anak juga mungkin akan posesif pada orang tuanya. Misalnya tidak ingin berpisah dari ibu.
Tentu jika hal ini terjadi, Anda perlu bersabar saat harus memisahkan diri dengan anak. Lakukanlah dengan perlahan, lama kelamaan fase ini akan berkurang seiring waktu dan perkembangan si kecil.
5. Jadilah teladan bagi si kecil
Selain karena memang sedang melewati fase tertentu, anak posesif juga bisa meniru perilaku ini dari lingkungan di sekitarnya. Maka, penting bagi orangtua untuk menjadi teladan yang baik bagi anak dengan mau saling berbagi.
Hindari berebut hal-hal yang sepele atau tidak perlu di depan anak dan contohkan perilaku berbagi dengan orang lain.
6. Contohkan dengan meminta baik-baik
Anak posesif cenderung akan merebut barang yang dia inginkan dari orang lain. Jika si kecil berbuat demikian sebaiknya Anda tidak memaklumi, melainkan langsung menegur bahwa perbuatan itu tidak benar.
Ajarkan padanya bahwa barang yang ia inginkan bisa ia pegang atau miliki dengan cara memintanya baik-baik, bukan dengan cara merebut atau mengklaim sepihak.
Untuk melakukan hal ini, cobalah Anda memberi contoh dengan meminta barang si kecil dengan sopan. Harapannya, pelan-pelan ia akan memahami tata krama dan dapat berperilaku dengan lebih baik.
7. Alihkan perhatian si kecil
Jika anak posesif terhadap barang yang bukan miliknya dan menolak untuk mengembalikan, Anda bisa mengelabui dengan mengalihkan perhatian si kecil lalu diam-diam mengambil barang tersebut.
Meskipun tindakan ini sangat praktis tetapi sebaiknya hanya Anda lakukan dalam keadaan darurat. Pasalnya, jika terlalu sering melakukannya akan berdampak buruk terhadap hubungan Anda dengan anak.
Mungkin suatu saat ia akan menyadari bahwa sedang dikelabui. Akibatnya ia merasa dibohongi dan hilang kepercayaan terhadap Anda.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar