Menghadapi anak sensitif tentu tak mudah. Sebab, ia lebih mudah menangis, marah, atau mengamuk karena hal-hal yang kecil dan biasa. Anak yang terlalu sensitif pun cenderung akan mengalami kesulitan saat dewasa nanti. Agar terhindar dari hal tersebut, Anda sebagai orangtua perlu tahu cara menghadapi, mengasuh, dan mendukungnya dengan tepat.
Mengenali anak yang sensitif
Emosi menggambarkan apa yang dirasakan seseorang sekaligus bagaimana harus bereaksi.
Emosi ini ada dalam diri seseorang sejak masih bayi dan mereka mengekspresikannya dengan tawa atau tangis.
Akan tetapi, bayi dan anak masih kesulitan untuk mengelola emosi yang mereka rasakan. Misalnya, saat kesal karena suatu alasan, anak cenderung untuk menangis.
Ini berbeda dengan orang dewasa yang bisa mengatasi kekesalan atau kemarahan mereka dengan cara lain.
Lalu, bagaimana dengan anak yang sensitif?
Psychology Today menyebut, anak yang sensitif terlahir dengan sistem saraf yang sangat sadar dan cepat dalam merespons segala sesuatu.
Sekitar 15-20% anak terlahir dengan kondisi tersebut.
Anak yang terlalu sensitif cenderung lebih cepat menanggapi berbagai tekanan emosional.
Inilah yang membuat ia cenderung mengekspresikan emosi dengan cara yang berlebihan atau yang sering disebut anak tantrum.
Mereka cenderung mudah marah, frustasi, mengamuk, dan menangis. Ia sering dicap sebagai anak yang cengeng, sangat emosional, atau anak pemalu.
Saat mendapat kritikan atau penolakan, ia memikirkan dan merasakan kesedihan yang begitu dalam.
Bukan cuma itu, ia pun lebih responsif terhadap lingkungan, termasuk suara bising, keramaian, bau menyengat, atau berbagai perubahan yang terjadi secara mendadak.
Meski begitu, anak yang sensitif umumnya lebih berempati terhadap orang lain.
Ia cenderung memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan kreativitas yang tinggi bila dimanfaatkan dengan baik sejak dini.
Cara menghadapi anak yang sensitif
Bila Anda mengetahui cara menghadapi anak yang sensitif dengan tepat, ia dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungannya dan tumbuh menjadi anak yang bahagia dan sukses.
Lalu, bagaimana cara tepat untuk menghadapi anak yang sensitif dalam mengelola emosi?
Berikut beberapa tips atau cara yang bisa Anda praktikkan dalam menghadapi anak yang sensitif.
1. Jangan anggap rasa sensitif sebagai kelemahan
Meski kadang membuat Anda kewalahan, jangan menganggap sensitif sebagai kelemahan anak.
Apalagi jika Anda sampai mengomeli atau membentak anak dengan kata-kata yang bisa menciutkan mentalnya, seperti “Ah kamu ini, nyusahin Ibu saja!”
Anda sebaiknya dapat menerima rasa sensitif ini sebagai suatu keberkahan.
Terlebih lagi, banyak hal positif yang bisa Anda dan anak dapatkan dari sifat sensitif dan kepekaannya tersebut.
Jangan pula mencoba mengubah mereka menjadi kurang sensitif, karena ini percuma saja dilakukan.
2. Kenalkan anak dengan berbagai emosi
Jangan coba mengubah sifat sensitif dan ekspresi emosi anak yang berlebihan.
Sebagai gantinya, coba bantu ia agar lebih dapat mengontrol emosinya.
Salah satu caranya yakni dengan memperkenalkan berbagai perasaan atau emosi lewat emotikon wajah melalui gambar, buku, atau video.
Bila anak sudah mulai mengenali emosi, arahkan cara baik untuk mengekspresikannya. Jelaskan padanya, ia boleh menangis ketika sedih atau marah.
Namun, anak tidak boleh menangis hingga berteriak keras atau mengamuk dengan berguling-guling di lantai (tantrum).
3. Pahami emosi yang anak rasakan
Anak yang sensitif dan berlebihan dalam mengekspresikan emosinya punya keinginan untuk dimengerti.
Oleh karena itu, Anda perlu belajar memahami emosi dan perasaannya ketika menghadapi anak yang sensitif ini.
Misalnya, saat anak sedih karena Anda membatalkan janji untuk jalan-jalan, tunjukkan bahwa Anda juga sedih dengan batalnya janji tersebut.
Menunjukkan apa yang Anda rasakan membuat perasaan si kecil jadi lebih baik, sehingga ia tidak sampai mengamuk saat hal sama terjadi.
4. Tenangkan anak
Saat emosinya meluap karena satu alasan, bantu ia untuk menenangkan hatinya dengan menarik dan membuang napas dalam-dalam (latihan pernapasan).
Ini bisa membantu membuat perasaan anak jadi lebih baik.
Anda juga bisa membantunya untuk menjauhkan diri dari situasi yang memicu kemarahan atau kesedihan.
Cari tempat yang lebih tenang, seperti di dalam kamar untuk menenangkan diri.
Jika perasaannya sudah lebih baik, tanyakan pada anak apa yang membuatnya marah atau sedih.
5. Fokus pada kelebihan anak
Setelah menghadapi dan membantu mengelola emosi anak sensitif, bantu ia juga untuk mengembangkan kelebihan yang ia miliki.
Ini termasuk mengasah daya tanggap, kreativitas, kecerdasan, dan sifat empati anak yang tinggi.
Anda bisa mencobanya dengan melibatkan anak dalam kegiatan kreativitas atau membantu ia menemukan teman yang cocok dengannya.
Selain membangun kecerdasan anak, cara ini juga bisa membantu Anda lebih mudah menerima sifat sensitif dan emosionalnya yang berlebihan.
6. Mendisiplinkan anak dengan lembut
Meski sering menjengkelkan, bukan berarti Anda harus bersikap keras pada anak.
Menjadi terlalu keras pada anak bisa menciptakan efek sebaliknya.
Anak justru menjadi lebih sedih, terlalu sensitif terhadap kritik, dan bisa menyebabkan kecemasan dan depresi pada anak.
Oleh karena itu, Anda perlu mendisiplinkan anak dengan cara lembut, tetapi tetap memberi batasan yang jelas.
Misalnya, jika anak menolak tidur, Anda bisa mengatakan, “Sayang, ibu tahu kamu ingin bermain, tapi ini sudah jam 8 malam dan kita sepakat untuk tidur jam 8. Kamu butuh istirahat. Ayo kita bersiap untuk tidur.”
Jika cara-cara menghadapi anak sensitif di atas tidak juga berhasil, jangan ragu konsultasikan pada dokter anak maupun psikolog.
Mereka akan membantu Anda mencari solusi yang tepat agar si kecil bisa mengendalikan emosi dan sifat sensitifnya dengan lebih baik.
[embed-health-tool-vaccination-tool]