Sebagai orangtua dari balita yang sedang aktif-aktifnya bermain, pernahkah Anda menghadapi situasi berikut? Ketika di taman bermain, tiba-tiba Anda melihat si Kecil menggigit lengan temannya sampai menangis. Anda mungkin bingung dan jadi terheran-heran kenapa anak suka menggigit.
Apalagi, tidak hanya teman, mainannya di rumah pun suka digigit olehnya. Lantas, apa penyebabnya dan bagaimana cara menanganinya? Ketahui jawabannya di bawah ini.
Penyebab anak suka menggigit
Pada perkembangan balita usia 1—3 tahun, beberapa anak suka menggigit obyek terdekatnya.
Bukan cuma benda, mungkin satu waktu Anda atau pasangan yang jadi “korban”, di waktu lainnya mungkin kakaknya sendiri, hingga guru atau teman-temannya di PAUD.
Meski bisa mengganggu, kebiasaan menggigit di rentang usia ini masih tergolong normal. Umumnya, penyebab anak suka menggigit orang lain atau benda meliputi berikut ini.
1. Rasa penasaran dan ingin tahu
Kebiasaan balita suka menggigit umumnya berasal dari kombinasi rasa ingin tahu terhadap lingkungan sekitarnya dan insting mencari makanan.
Ditambah dengan kemampuan motorik serta jangkauan gerak tubuh yang mulai berkembang pesat, si Kecil akan lebih mudah meraih suatu benda dan memasukkannya ke dalam mulut karena mengiranya makanan.
2. Membutuhkan perhatian
Rasa penasaran juga memicu keingintahuan mereka terhadap respons orang lain dari tindakannya.
Apakah orang itu (Anda atau pasangan, misalnya) akan marah, tertawa, menangis, atau kaget ketika si Kecil menggigit tangan Anda atau barang di sekitarnya.
3. Tumbuh gigi (teething)
Proses pertumbuhan gigi dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau rasa sakit pada gusi, sehingga anak suka menggigit untuk mencari kelegaan.
Ketika tumbuh gigi, si Kecil akan lebih sering menggigit jari atau mainannya untuk mengurangi rasa sakitnya. Bahkan, bagi balita yang masih menyusu, terkadang ia menggigit puting susu ibu saat menyusui.
4. Mengekspresikan rasa marah dan kesal
Balita mungkin menggigit untuk mengekspresikan perasaan, seperti frustrasi, marah, atau takut karena mereka belum memiliki keterampilan bahasa yang memadai untuk mengungkapkan emosi tersebut.
Maka ketika anak merasa kesal atau diabaikan, menggigit adalah satu cara untuk berkomunikasi demi mendapatkan perhatian.
5. Meniru perilaku
Balita dapat meniru perilaku menggigit jika mereka melihat anak lain melakukannya atau jika mereka pernah digigit sebelumnya.
Menurut Pathways, Inc., terkadang menggigit adalah hasil dari peniruan. Anak-anak belajar banyak perilaku dari anak lain, dan menggigit dapat termasuk salah satunya.
6. Kebutuhan sensorik
Balita mungkin menggigit untuk memenuhi kebutuhan sensorik mereka, terutama jika mereka mencari rangsangan proprioseptif atau tekanan dalam mulut.
Menggigit memberikan tekanan dalam pada rahang dan area mulut, yang dapat membantu anak merasa lebih tenang dan teratur secara sensorik.
Cara menghadapi anak yang suka menggigit
Jika Anda memergoki anak suka menggigit orang lain atau benda apa pun yang ada di dekatnya, jangan panik.
Lebih baik, ikuti beberapa cara berikut untuk mengatasi anak suka gigit orang lain atau benda di sekitarnya.
1. Ketahui pemicu
Jangan langsung memarahi atau meneriaki anak. Tetap tenang dan sebaiknya langsung jauhi anak Anda dari orang yang digigitnya.
Marah-marah hanya membuat si Kecil ikut merasa frustrasi hingga semakin sulit ditangani.
Tindakan ini juga berlaku ketika Anda melihat anak menggigit benda yang seharusnya tidak dimakan atau dimasukkan ke mulut.
Sebaliknya, perhatikan situasi atau kondisi yang memicu perilaku suka menggigit pada anak, seperti kelelahan, frustrasi, atau kebutuhan sensorik, untuk mencegah terjadinya gigitan.
2. Ajarkan cara komunikasi
Tenangkan anak dan tanyakan padanya, kenapa ia suka menggigit orang lain. Tunjukkan hasil gigitannya pada anak supaya ia mengerti bahwa tindakannya itu menyakiti orang lain.
Ini membuat anak merenungkan perbuatannya dan tidak lagi mengulangi perbuatannya. Kemudian, ajarkan anak untuk meminta maaf kepada orang yang digigitnya.
Bantu juga anak mengembangkan keterampilan bahasa dan komunikasi yang lebih baik untuk mengekspresikan perasaan mereka.
Misalnya, menggunakan kata-kata sederhana atau bahasa isyarat untuk menyampaikan kebutuhan atau emosi.
3. Berikan mainan pengganti
Sediakan teether atau mainan lain yang aman untuk digigit, terutama jika anak sedang dalam fase tumbuh gigi atau mencari stimulasi oral.
Mainan seperti teether berbahan silikon lembut, teether berisi gel yang dapat didinginkan, atau mainan dengan tekstur beragam dapat membantu memenuhi kebutuhan oral anak dengan cara yang aman.
Mainan semacam ini memberikan rangsangan proprioseptif pada rahang dan membantu menenangkan anak.
Namun, penting untuk memastikan bahwa mainan tersebut bebas dari bahan berbahaya, seperti BPA, dan selalu digunakan di bawah pengawasan orang dewasa.
4. Berikan pujian untuk perilaku positif
Memberikan pujian untuk perilaku positif merupakan cara yang penting dalam menghadapi anak yang suka menggigit orang lain atau benda.
Memberikan pujian yang spesifik dan tepat waktu, seperti “Bagus sekali kamu bisa berbicara dengan temanmu daripada menggigit,” dapat membantu anak memahami perilaku yang lebih baik.
Hal ini dapat memotivasi anak untuk mengulangi perilaku positif tersebut.
Child Mind Institute juga menekankan bahwa pujian atas usaha anak, bukan hanya hasil, bisa meningkatkan rasa percaya diri anak dan mengajarkan mereka cara mengelola emosi dengan lebih baik.
5. Berikan waktu istirahat yang cukup
Balita yang mendapatkan cukup tidur memiliki kontrol emosional yang lebih baik dan dapat mengelola frustrasi dengan lebih efektif.
Selain itu, tidur yang cukup diketahui bisa mendukung perkembangan otak dan kemampuannya untuk mengatasi stres pada anak.
Untuk itu, menciptakan rutinitas tidur yang konsisten, seperti jam tidur yang tetap dan lingkungan tidur yang nyaman, dapat membantu anak merasa lebih tenang dan mengurangi kecenderungan untuk menggigit sebagai respons terhadap stres atau kelelahan.
Tips untuk menghentikan kebiasaan menggigit pada anak
Kebiasaan suka menggigit pada anak harus dihentikan. Anda bisa membantu anak untuk menghilangkan kebiasaan tersebut dengan cara berikut.
- Tegaskan pada anak bahwa suka menggigit itu perilaku yang tidak baik. Menggigit temannya bisa membuat mereka kesakitan, sedangkan menggigit mainan atau benda lain bisa membuat benda tersebut jadi rusak.
- Jika anak mengikuti PAUD atau playgroup, atau mungkin daycare, pertimbangkan untuk memilih yang lebih sedikit jumlah muridnya. Ini menghindari anak merasa terabaikan sehingga kemungkinan besar tidak akan menggigit temannya untuk mendapatkan perhatian pengawas atau pengasuh.
- Ajari anak untuk mengekspresikan dirinya saat sedang sedih, marah, kesal, atau butuh perhatian. Ini menghindari anak meluapkan perasaannya lewat gigitan.
- Siapkan teether untuk mengalihkan perhatiannya jika anak suka menggigit benda di sekitarnya.
Hal yang penting, hadapi anak dengan sabar saat ia suka gigit benda atau orang lain. Jangan langsung tersulut emosi, lebih baik pahami penyebabnya, beri pengertian, dan puji saat ia melakukan hal yang positif.
Kesimpulan
- Anak balita suka menggigit karena berbagai alasan yang berkaitan dengan tahap perkembangan, kebutuhan emosional, dan sensorik mereka.
- Faktor utama meliputi keterbatasan komunikasi untuk mengekspresikan emosi, ketidaknyamanan akibat tumbuh gigi, eksplorasi lingkungan, kebutuhan sensorik seperti rangsangan proprioseptif, hingga meniru perilaku yang mereka amati di sekitar.
- Memahami penyebab spesifik di balik perilaku ini penting agar orangtua dapat memberikan respons yang tepat, seperti menyediakan cara lain yang aman untuk menggigit, mengajarkan cara berkomunikasi yang efektif, dan memenuhi kebutuhan sensorik anak dengan aktivitas atau mainan yang sesuai.