Tidak sedikit orang yang sangat memusuhi pelajaran matematika sewaktu masih sekolah. Mempelajari rumus hitung-hitungan memang tidak semudah menghafal abjad. Namun, jika Anda atau anak Anda sangat sulit berhitung atau belajar matematika, mungkin ini adalah pertanda diskalkulia. Cari tahu lebih lengkap mengenai diskalkulia di sini.
Apa itu diskalkulia?
Dilansir dari laman Understood.org, diskalkulia atau dyscalculia adalah jenis gangguan belajar yang mirip dengan disleksia, tetapi berhubungan dengan angka dibandingkan kata.
Dyscalculia didefinisikan sebagai kesulitan memperoleh keterampilan aritmatika dasar, seperti berhitung dan memahami bilangan.
Mereka cenderung merasa sulit untuk memecahkan soal matematika dasar dan segala hal lain yang berkaitan dengan hitung-hitungan atau angka.
Mungkin juga mereka sebenarnya memahami logika di balik matematika, tetapi tidak mengetahui bagaimana atau kapan menerapkannya untuk menyelesaikan soal matematika.
Seringkali anak, atau bahkan orang dewasa, yang mengidap diskalkulia juga sulit memahami konsep kuantitas atau konsep seperti “lebih besar” dan “lebih kecil”.
Mereka mungkin tidak mengerti bahwa angka 5 sama artinya dengan kata “lima”.
Anak-anak dengan diskalkulia juga susah mengingat fakta matematika dan sulit memahami angka dan simbol-simbol lainnya dalam matematika.
Diskalkulia dapat berdampak pada pendidikan dan pekerjaan. Seringkali, orang yang memiliki diskalkulia mengalami kesulitan finansial hingga bahkan sulit mendapat pekerjaan.
Namun, semua kesulitan ini tidak disebabkan oleh tingkat kecerdasan (intelegensi) yang kurang atau rendahnya jenjang pendidikan seseorang.
Seberapa umum gangguan ini?
Diskalkulia bisa dimiliki siapa saja, tidak tergantung pada jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status sosial, dan pengalaman hidup. Dilansir dari
Child Mind Institute, diperkiraan sekitar 5%—7% anak-anak di sekolah dasar sedunia terpengaruh oleh gangguan ini.
Tanda dan gejala diskalkulia
Dyscalculia membuat seseorang sulit memahami konsep matematika atau berhitung.
Gejalanya bisa bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya. Perbedaan yang paling jelas seringkali terlihat dari jenjang usia.
Tanda-tanda gangguan perkembangan ini dapat muncul sejak usia PAUD, tetapi gejala diskalkulia cenderung lebih terlihat jelas seiring bertambahnya usia.
Untuk lebih jelasnya, berikut tanda-tanda diskalkulia berdasarkan jenjang usianya.
1. Tanda-tanda diskalkulia di sekolah TK atau PAUD
- Kesulitan berhitung jika angkanya panjang, sedangkan anak-anak lain seusianya sudah bisa melakukannya.
- Kesulitan memahami pola seperti terkecil ke terbesar atau tertinggi ke terendah.
- Sulit mengerti simbol, seperti “7″ itu berarti tujuh.
- Tidak memahami arti berhitung. Misalnya ketika Anda meminta 5 permen, anak Anda akan meraup semua permen dari kaleng dan memberikannya pada Anda, daripada menghitungnya satu per satu dari 1 sampai 5.
2. Tanda-tanda diskalkulia di sekolah dasar
- Kesulitan mengerti matematika dasar seperti, 2+6 = 8.
- Kesulitan memahami perbedaan +, -, dan simbol-simbol lain.
- Masih berhitung dengan jari daripada berhitung di luar kepala.
- Kesulitan mengerti konsep umum yang berhubungan dengan matematika seperti, “Budi lebih tinggi daripada Andi”.
3. Tanda-tanda diskalkulia di sekolah menengah pertama
- Sulit memahami nilai.
- Sulit menulis angka dengan jelas atau menuliskannya di kolom atau baris yang benar.
- Memiliki masalah dengan pecahan dan mengukur hal-hal, seperti bahan dalam resep sederhana.
- Sulit untuk mempertahankan skor di permainan olahraga.
4. Tanda-tanda diskalkulia di sekolah menengah atas
- Sulit untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, memberikan tip, mengestimasi total pengeluaran, dan lain sebagainya.
- Kesulitan memahami informasi yang tertera dalam grafik.
- Sulit mengukur bahan-bahan seperti dalam resep.
- Sulit melakukan pendekatan berbeda pada soal matematika yang sama.
5. Tanda dan gejala lain
Selain gejala kesulitan berhitung, anak dengan diskalkulia juga bisa menunjukan tanda-tanda lain, seperti berikut ini.
- Kesulitan mengikuti arahan, terutama jika anak mendengar informasi untuk pertama kali terkait langkah-langkah yang perlu diingat.
- Sering melamun.
- Kesulitan mencatat dari papan tulis.
- Kesulitan mengingat tugas dan cara melakukannya dengan benar.
Penyebab diskalkulia
Pada anak, penyebab diskalkulia umumnya sulit diketahui.
Namun, gangguan ini diduga bisa terjadi sebagai kondisi keturunan atau yang diperoleh karena masalah kesehatan lain pada kemudian hari.
1. Kondisi keturunan
Ada dugaan bahwa gangguan belajar, termasuk diskalkulia, bisa terjadi turun-temurun di dalam keluarga. Namun, hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
Para ahli memastikan, anak dengan diskalkulia cenderung memiliki perbedaan di beberapa bagian otak yang digunakan untuk memproses angka dan perhitungan.
Perbedaan itulah yang dicurigai sebagai penyebab gangguan perkembangan otak, sehingga sel-sel yang terhubung di dalam otak menjadi lebih sedikit pada bagian tersebut.
Akan tetapi, para ahli belum mengetahui kenapa perbedaan tersebut bisa terjadi dan menimbulkan gejala berupa kesulitan berhitung.
2. Akibat kondisi lain
Selain karena keturunan, dyscalculia juga bisa terjadi akibat kondisi lain yang diperoleh dan tidak termasuk gangguan belajar.
Pada kondisi ini, diskalkulia terjadi akibat adanya kerusakan otak yang disebabkan oleh masalah kesehatan tertentu, seperti cedera, tumor otak, gangguan sistem imun, stroke, hingga kejang.
Sering kali, diskalkulia dikaitkan dengan kondisi lain, seperti disfungsi kognitif (misalnya, penurunan memori kerja dan keterampilan visuospasial), disleksia, gangguan spektrum autisme, gangguan proses sensorik, atau attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Meski diketahui bukan penyebab diskalkulia, kondisi tersebut bisa membantu memastikan diagnosis.
Cara membantu anak yang mengalami diskalkulia
Menangani anak atau orang dewasa dengan dyscalculia bukanlah hal mudah.
Berikut ini adalah beberapa rekomendasi dari ahli yang berguna untuk membantu pemahaman anak dengan dyscalculia tentang matematika.
- Buatlah rencana belajar yang dirancang khusus.
- Buatlah game atau permainan pembelajaran berbasis matematika.
- Mempraktikkan keterampilan matematika jauh lebih sering daripada siswa lain.
Cara lainnya yang bisa diterapkan untuk membantu anak dengan diskalkulia belajar matematika, yaitu sebagai berikut.
- Biarkan anak Anda berhitung menggunakan tangan atau coret-coretan di kertas.
- Gunakan kertas atau buku bergaris. Ini membantu untuk menjaga agar kolom dan angka tetap di garis yang benar.
- Gunakan musik saat belajar matematika.
- Cari guru les matematika yang bisa membantu.
- Gambar permasalahan matematika.
- Bermain game matematika.
- Hargai kerja keras anak Anda.
- Ajarkan anak Anda untuk mengatasi kecemasannya terhadap matematika.
Dengan menerapkan cara tersebut, anak diharapkan bisa lebih mudah dalam memahami konsep matematika dasar, sehingga ia bisa lebih cepat dalam proses berhitung.
[embed-health-tool-vaccination-tool]