backup og meta

5 Efek yang Muncul Jika Anak Sering Makan Cokelat

5 Efek yang Muncul Jika Anak Sering Makan Cokelat

Bagi anak-anak, cokelat kerap jadi camilan yang hampir selalu digemari. Cokelat dikenal memberikan efek bahagia saat dimakan. Sayangnya, terlalu sering makan cokelat juga memiliki efek yang tidak baik untuk kesehatan anak. Ketahui berbagai efeknya di bawah ini agar Anda tahu mengapa orangtua perlu mengingatkan anak untuk tidak kebanyakan makan cokelat.

Umur berapa anak boleh makan cokelat?

Anak di bawah 2 tahun tidak disarankan untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula tambahan, termasuk cokelat. Bukan hanya itu, cokelat juga mengandung kafein.

Kedua kandungan tersebut diketahui bisa menimbulkan efek negatif pada anak jika terlalu sering makan cokelat.

Cokelat boleh diberikan setelah anak berusia 2 tahun. Namun, dengan catatan anak sedang tidak mengalami gangguan pencernaan dan tidak boleh kebanyakan makan coklat. 

Takaran kadar gula tambahan yang diperbolehkan untuk anak usia 2 tahun ke atas, yaitu kurang dari 25 gram atau sekitar 6 sendok teh.

Perlu diketahui juga bahwa masing-masing jenis cokelat mengandung kadar bahan yang berbeda-beda.

Dilansir dari The Children’s Nutrition, cokelat yang semakin gelap dan murni mengandung lebih sedikit gula. Berikut kadar kandungan gula pada beberapa jenis cokelat berukuran 10 gram.

  • Dark chocolate (70%) mengandung 2,1 g gula.
  • Dark chocolate (40%) mengandung 4 g gula.
  • Milk chocolate (cokelat susu) mengandung 5 g gula.

Sementara itu, kandungan kafein pada cokelat yang gelap akan lebih gelap karena memiliki kadar kakao yang lebih tinggi. Kandungan kafein pada tiap jenis cokelat, yaitu sebagai berikut.

  • Cokelat putih tidak mengandung kafein.
  • Cokelat susu mengandung 9 mg kafein per 44 g.
  • Dark chocolate mengandung 12 mg kafein per 28 g.

Perlu diketahui!

Tekstur cokelat umumnya cukup keras, sehingga sulit ditelan dan berisiko menyebabkan anak tersedak. Cara yang paling aman untuk memberikan anak cokelat yaitu dalam bentuk susu cokelat. Selain karena berbentuk cair dan berisiko lebih kecil menyebabkan tersedak, susu cokelat juga diketahui mengandung lebih sedikit kafein.

Efek yang muncul jika anak sering makan cokelat

resep dessert coklat menu takjil buka puasa

Ada berbagai bahaya cokelat untuk anak bila terlalu sering dikonsumsi. Berikut di antaranya.

1. Sembelit

Anak bisa saja mengalami sembelit atau konstipasi sebagai efek buruk kebanyakan makan cokelat pada anak.

Sebenarnya, belum ada temuan spesifik yang menyatakan bahwa banyak makan cokelat bisa membuat sembelit.

Namun, diduga kuat bahwa kandungan bahan cokelat bisa memicu terjadinya gangguan pencernaan tersebut.

Cokelat dengan isian biasanya kaya kandungan gula. Selain itu, cokelat mengandung kafein yang bisa jadi penyebab dehidrasi.

Kue cokelat juga umumnya mengandung susu yang bisa menyumbang lemak jenuh di dalam tubuh, tetapi memiliki serat yang lebih sedikit.

Berbagai bahan ini bisa menjadi risiko pemicu sembelit apalagi jika dikonsumsi terlalu banyak.

Jika sudah demikian, orangtua perlu membatasi atau menghentikan asupan cokelat si Kecil. Jika anak telanjur sembelit, redakan gejalanya dengan obat pencahar.

2. Anak susah tidur

Tidak hanya pada kopi atau teh, orangtua perlu tahu bahwa cokelat juga mengandung kafein. Kafein adalah zat stimulan yang membuat seseorang bersemangat.

Jika asupan cokelat si Kecil tidak dibatasi sehingga anak makan terlalu sering, jangan heran jika efek yang terjadi yaitu anak tak kunjung merasa lelah dan menjadi penyebab sulit tidur.

Sebelum hal ini terjadi, ada baiknya orangtua membatasi asupan cokelat si Kecil agar jam tidurnya tidak terganggu.

3. Malnutrisi

Di balik rasanya yang manis, cokelat mengandung banyak gula. Jika dikonsumsi terlalu banyak, gula dalam cokelat bisa menimbulkan masalah kesehatan pada anak.

Anak yang sudah terbiasa mengonsumsi satu makanan tertentu dan cenderung tidak mau makan jenis lainnya bisa mengarahkannya kepada kondisi malnutrisi.

Malnutrisi tak selalu berarti anak kurang makan. Kondisi ini dapat menggambarkan ia kelebihan satu nutrisi tertentu. Jika si Kecil hobi makan cokelat setiap hari, bisa jadi ia malas untuk makan makanan yang lain.

Hal ini bisa membuat anak jadi kekurangan nutrisi penting makro dan mikro yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya.

4. Gigi berlubang

Dampak selanjutnya yang timbul saat anak kebanyakan makan makanan manis, termasuk cokelat, adalah timbulnya gigi berlubang dan penyakit gusi.

Jika si Kecil enggan menggosok giginya, hal ini bisa memperburuk kondisi kesehatan gigi dan mulut anak.

Oleh karena itu, setelah mengonsumsi makanan lezat, seperti cokelat, ajak anak menggosok gigi dan melakukan flossing.

Selebihnya, orangtua tetap perlu membatasi asupan cokelat si Kecil.

5. Peningkatan berat badan 

Cokelat, terutama cokelat susu, mengandung banyak gula dan lemak. Gula menambah kalori dengan cepat, sedangkan lemak berkontribusi terhadap peningkatan berat badan anak jika dikonsumsi berlebihan.

Lemak dalam cokelat juga lebih sulit dibakar oleh tubuh, sehingga lebih mudah disimpan sebagai lemak tubuh.

Apalagi, satu potong cokelat bisa mengandung ratusan kalori. Jika anak mengonsumsi cokelat secara teratur dalam jumlah besar, kalori yang masuk melebihi yang dibakar oleh tubuh, menyebabkan kelebihan kalori yang disimpan sebagai lemak.

Tidak hanya itu, cokelat yang manis sering kali membuat anak ingin makan lebih banyak.

Gula dalam cokelat dapat merangsang keinginan untuk makan lebih banyak makanan manis atau makanan berkalori tinggi lainnya, yang pada akhirnya berkontribusi pada penambahan berat badan.

Namun, cokelat juga baik dikonsumsi untuk kesehatan anak

biji cokelat

Meski bisa memicu berbagai masalah kesehatan jika terlalu sering, makan cokelat tak selalu membawa efek buruk untuk anak.  

Pasalnya, cokelat dapat meningkatkan aliran darah ke otak, sehingga membuatnya dapat berfungsi lebih baik.

Kandungan flavonoid pada cokelat, yang dibuktikan pada jurnal The FASEB Journal, dapat meningkatkan memori dan fungsi kognitif.

Namun demikian, manfaat tersebut perlu diteliti lebih lanjut untuk memastikannya pada anak-anak.

Kembali lagi, meski cokelat memiliki manfaat saat dikonsumsi, jangan biarkan anak makan coklat kebanyakan ya, Bu.

Kesimpulan

  • Meski cokelat merupakan cemilan yang digemari oleh banyak anak, mengonsumsi makanan ini harus dibatasi.
  • Sebaiknya hindari memberikan cokelat pada anak di bawah 2 tahun.
  • Konsumsi berlebihan cokelat dapat menimbulkan berbagai efek buruk pada kesehatan anak, seperti sembelit, sulit tidur, malnutrisi, gigi berlubang, dan peningkatan berat badan.
  • Meskipun begitu, cokelat juga memiliki manfaat, seperti meningkatkan fungsi kognitif.
  • Penting bagi orangtua untuk memberikan cokelat dalam jumlah terbatas dan memperhatikan cara yang aman dalam memberikannya.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Epstein, V., & About Varda EpsteinVarda Meyers Epstein serves as editor in chief of Kars4Kids Parenting. A native of Pittsburgh. (2022). Children and Chocolate: Beneficial or Harmful? Retrieved 21 October 2024, from https://parenting.kars4kids.org/children-and-chocolate-beneficial-or-harmful/

Berk, L., Miller, J., Bruhjell, K., Dhuri, S., PATEL, K., Lohman, E., … Berk, R. (2018). Dark chocolate (70% organic cacao) increases acute and chronic EEG power spectral density (ΜV            2            ) response of Gamma frequency (25–40 Hz) for Brain Health: Enhancement of neuroplasticity, neural synchrony, cognitive processing, learning, memory, recall, and mindfulness meditation. The FASEB Journal, 32(S1). Retrieved 21 October 2024, from https://doi.org/10.1096/fasebj.2018.32.1_supplement.878.10

Castillejo G, Bulló M, Anguera A, Escribano J, Salas-Salvadó J. A controlled, randomized, double-blind trial to evaluate the effect of a supplement of cocoa husk that is rich in dietary fiber on colonic transit in constipated pediatric patients. Pediatrics. 2006 Sep;118(3):e641-8. Retrieved 21 October 2024, from https://doi.org/10.1542/peds.2006-0090

Foods to avoid giving babies and young children. (2020). Retrieved 21 October 2024, from https://www.nhs.uk/conditions/baby/weaning-and-feeding/foods-to-avoid-giving-babies-and-young-children/

UK, D., diabetes, C., & advice?, F. (2023). Chocolate and diabetes. Retrieved 21 October 2024, from https://www.diabetes.org.uk/guide-to-diabetes/enjoy-food/eating-with-diabetes/chocolate-and-diabetes

Epstein, V. (2022). Children and Chocolate: Beneficial or Harmful?. Retrieved 21 October 2024, from https://parenting.kars4kids.org/children-and-chocolate-beneficial-or-harmful/

When Can Babies Eat Chocolates? A Complete Guide – Mini Klub Parenting. (2022). Retrieved 21 October 2024, from https://parenting.miniklub.in/when-can-babies-eat-chocolate/

Can My Baby Have Chocolate? – Tips For Offering Chocolate to Children. (2021). Retrieved 21 October 2024, from https://www.srnutrition.co.uk/2021/10/can-my-baby-have-chocolate/

Added sugar in kids’ diets: How much is too much? (2023). Retrieved 21 October 2024, from https://publications.aap.org/aapnews/news/7331?autologincheck=redirected

Bushell, S. (2021). When can babies have chocolate? A guide for worried parents | The Children’s Nutritionist. Retrieved 21 October 2024, from https://childrensnutrition.co.uk/full-blog/babies-have-chocolate/

The five worst foods for babies. (2023). Retrieved 21 October 2024, from https://www.babycentre.co.uk/a1052292/the-five-worst-foods-for-babies

Joe Leech, D. (2017). 5 Foods That Cause Constipation (And What To Eat Instead) | Diet vs Disease. Retrieved 21 October 2024, from https://www.dietvsdisease.org/5-foods-that-cause-constipation/

Versi Terbaru

30/10/2024

Ditulis oleh Reikha Pratiwi

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Cara Memilih Susu Soya yang Tepat untuk Kebutuhan Si Kecil

Reaksi Tubuh yang Alergi Susu Sapi Terhadap Tumbuh Kembang si Kecil


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 3 hari lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan