backup og meta

Everolimus

Everolimus

Everolimus adalah obat untuk mengobati banyak jenis kanker. Di samping itu, dokter meresepkan obat ini pada pasien yang menerima transplantasi organ. Sebelum menggunakannya, ketahui dosis, cara pakai, efek samping, dan interaksi obat dari everolimus.

Golongan obat: imunosupresan

Merek dagang: Everonat 5, Everomat 10, Afinitor, dan Certican

Apa itu everolimus?

Everolimus adalah obat untuk mengobati kanker ginjal tingkat lanjut yang tidak berhasil diobati dengan obat lain.

Selain itu, ada juga masalah kesehatan lain yang juga bisa diobati dengan obat imunosupresan ini.

  • Kanker payudara stadium lanjut yang telah diobati setidaknya satu kali dengan obat lain.
  • Kanker pada pankreas, lambung, usus, atau paru-paru yang telah menyebar dan tidak dapat diobati lewat jalur operasi.
  • Astrositoma sel raksasa subependimal, yakni sejenis tumor otak pada orang yang memiliki TSC (tuberous sclerosis complex).
  • Kejang onset parsial yang terkait dengan TSC.
  • Subependymal giant cell astrocytoma (SEGA) terkait dengan TSC.
  • Penerima transplantasi ginjal, jantung, atau hati untuk menghindari reaksi penolakan.

TSC atau tuberous sclerosis complex sendiri adalah kondisi genetik yang menyebabkan tumor tumbuh di banyak organ.

Dosis dan sediaan everolimus

aturan minum obat

Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dengan ukuran beragam, di antaranya:

  • 0,25 mg,
  • 0,5 mg,
  • 0,75 mg,
  • 5 mg, dan
  • 10 mg.

Kanker ginjal, kanker payudara, dan kanker lainnya

  • Dewasa: 10 mg, 1 kali sehari.

Kejang onset parsial yang terkait TSC

  • Dewasa: 5 mg/m2, 1 kali sehari.
  • Anak-anak usia 2 tahun: 5 mg/m2, 1 kali sehari.

Subependymal giant cell astrocytoma (SEGA) terkait TSC

  • Dewasa: 4,5 mg/m2, 1 kali sehari.
  • Anak-anak usia  1tahun: 4,5 mg/m2, 1 kali sehari.

Perawatan pasien transplantasi hati

  • Dewasa: Dosis awal 1 mg, 2 kali sehari selama 12 bulan. Pengobatan diberikan 30 hari setelah transplantasi.

Perawatan pasien transplantasi ginjal atau jantung

  • Dewasa: Dosis awal 0,75 mg, 2 kali sehari. Pengobatan diberikan segera setelah transplantasi.

Aturan pakai everolimus

Minum obat ini seperti yang dokter sarankan atau sesuai dengan aturan pakai yang tercantum di label kemasan.

Jangan menambahkan atau mengurangi dosis obat yang telah ditentukan.

Anda bisa minum obat ini sebelum atau sesudah makan, tetapi harus diminum secara konsisten dengan cara yang sama. Contoh penggunaanya, selalu dengan makanan atau selalu tanpa makanan.

Cobalah untuk meminumnya pada waktu yang sama setiap hari agar tidak melewatkan dosis.

Jika Anda melewatkan satu dosis dan itu dalam waktu 6 jam setelah jadwal reguler, ambil dosis yang terlewat dan kembali ke jadwal dosis normal.

Bila lebih dari 6 jam setelah jadwal reguler Anda, lewati dosis yang terlewat dan kembali ke jadwal dosis normal.

Jadi, jangan menggandakan dosis obat di waktu minum berikutnya jika terlewat.

Minum obat ini dalam kondisi utuh dengan segelas air penuh. Jangan membelah, mengunyah, atau menghancurkan tablet.

Jangan berhenti minum obat ini sekalipun kondisi tubuh merasa lebih baik, kecuali jika dokter mengizinkan.

Efek samping everolimus

sembelit konstipasi susah buang air besar

Seperti obat lainnya, obat imunosupresan dapat menyebabkan efek samping. Setiap orang dapat menunjukkan efek samping yang berbeda-beda.

Ada pula yang mengalami efek samping yang tercantum berikut ini.

Efek samping ringan

  • Diare.
  • Sembelit.
  • Perubahan dalam kemampuan untuk mencicipi makanan.
  • Penurunan berat badan.
  • Mulut kering.
  • Sakit kepala.
  • Insomnia.
  • Mimisan.
  • Kulit kering.
  • Jerawat.
  • Masalah dengan kuku.
  • Rambut rontok.
  • Nyeri di lengan, kaki, punggung atau persendian
  • Kram otot.
  • Haid tidak teratur.
  • Perdarahan menstruasi yang berat.
  • Kesulitan untuk ereksi.
  • Kecemasan dan agresi.

Jika Anda mengalami efek samping di atas setelah meminum everolimus dan tidak membaik dalam beberapa hari, periksa ke dokter.

Efek samping serius

  • Ruam dan gatal.
  • Pembengkakan tangan, kaki, lengan, kaki, mata, wajah, mulut, bibir, lidah, atau tenggorokan.
  • Suara serak.
  • Kesulitan bernapas atau menelan.
  • Mengi.
  • Nyeri dada.
  • Haus atau lapar yang ekstrem.
  • Perdarahan atau memar yang tidak biasa.
  • Kulit pucat.
  • Detak jantung tidak teratur.
  • Pusing.
  • Kejang.

Peringatan dan perhatian pakai obat everolimus

Menggunakan obat ini menurunkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi bakteri, virus, atau jamur.

Jika Anda pernah menderita hepatitis B di masa lalu, infeksi mungkin akan aktif kembali dan Anda akan mengalami gejala selama pengobatan dengan obat ini.

Jadi, beri tahu dokter jika Anda pernah terkena penyakit hepatitis.

Selain itu, beri tahu dokter jika Anda memiliki alergi pada obat sejenis dan beberapa kondisi berikut ini.

  • Hiperlipidemia (jumlah kolesterol yang berlebihan dalam darah).
  • Diabetes.
  • Penyakit hati.
  • Riwayat masalah perdarahan.
  • Riwayat infeksi berulang.
  • Penyakit ginjal.

Obat ini terkadang bisa mengurangi kesuburan pada pria. Jadi, pasien pria yang berencana memiliki anak, perlu konsultasi lebih lanjut dengan dokter.

Jika Anda akan menjalani operasi, termasuk operasi kecil dan perawatan gigi, beri tahu dokter atau dokter gigi bahwa Anda sedang mengonsumsi obat ini.

Sebelum menjalani perawatan, pasien wanita perlu memastikan diri tidak hamil dengan mengikuti tes kehamilan.

Kemudian selama perawatan, tes darah perlu dilakukan secara rutin untuk mengetahui reaksi tubuh terhadap obat, kemungkinan infeksi, dan fungsi ginjal.

Apakah obat everolimus aman untuk ibu hamil dan menyusui?

puasa saat hamil trimester 3

Belum ada data yang memadai penggunaan everolimus pada ibu hamil.

Menurut situs EMC UK, studi pada hewan telah menunjukkan efek racun pada kehamilan dan perkembangan janin.

Oleh sebab itu, obat ini tidak dianjurkan selama kehamilan dan pada wanita usia subur yang tidak menggunakan alat kontrasepsi.

Obat ini tidak diketahui dapat mengalir dalam ASI manusia atau tidak. Namun pada tikus, obatnya bisa bercampur dengan ASI.

Oleh karena itu, wanita yang mengonsumsi obat ini tidak boleh menyusui selama pengobatan dan selama 2 minggu setelah dosis terakhir.

Interaksi everolimus dengan obat lain

Selama menggunakan obat ini, Anda tidak boleh mengikuti vaksinasi.

Di samping itu, beri tahu dokter jika Anda menggunakan obat-obatan ini karena bisa menimbulkan interaksi.

  • Obat untuk transplantasi organ atau gangguan kekebalan tertentu, misalnya siklosporin.
  • Obat untuk infeksi jamur, misalnya ketokonazol, flukonazol, dan itrakonazol.
  • Antibiotik tertentu, seperti eritromisin dan klaritromisin.
  • Obat untuk mengobati TBC, contohnya rifampisin.
  • Obat epilepsi, seperti karbamazepin, fenobarbital, dan fenitoin.
  • Obat hipertensi, mislanya amipril, lisinopril, enalapril, verapamil, dan diltiazem.
  • Obat penyakit jantung misalnya dronedaron.
  • Obat untuk mengobati depresi seperti nefazodon.
  • Obat untuk mengobati infeksi HIV, misalnya ritonavir, efavirenz, nevirapin, dan fosamprenavir.

Tidak semua pasien bisa mengonsumsi obat ini, dan dalam perawatannya pun tes kesehatan perlu dijalani untuk memantau kesehatan dan efektivitas obat.

Oleh karena itu, wajib konsultasi lebih dahulu ke dokter sebelum menggunakan obat.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Team, C. by M. I. M. S. O. (n.d.). Everolimus. Everolimus: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution | MIMS Indonesia. Retrieved April 28, 2022, from https://www.mims.com/indonesia/drug/info/everolimus?mtype=generic

U.S. National Library of Medicine. (n.d.). Everolimus: Medlineplus Drug Information. MedlinePlus. Retrieved April 28, 2022, from https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a609032.html

Versi Terbaru

07/09/2023

Ditulis oleh Aprinda Puji

Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Kisah Penderita Kanker Pankreas yang Berhasil Sembuh

Berbagai Cara Efektif untuk Mencegah dan Menurunkan Risiko Kanker Payudara


Ditinjau secara medis oleh

Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 07/09/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan