backup og meta

5 Manfaat Saffron, Rempah Berwarna Merah yang Pernah Populer

5 Manfaat Saffron, Rempah Berwarna Merah yang Pernah Populer

Beberapa waktu lalu, saffron cukup populer di media sosial. Rempah-rempah ini bisa Anda gunakan sebagai penyedap rasa, pewarna minuman dan makanan, sampai mengurangi gejala penyakit. Apa saja kandungan gizi dalam saffron sampai memiliki manfaat dan khasiat yang beragam? Berikut penjelasan lengkapnya.

Kandungan gizi dalam saffron

khasiat saffron

Saffron adalah rempah-rempah yang berasal dari bunga Crocus sativus. Saffron memiliki bentuk seperti benang halus yang tipis, berwarna merah dan lembaran kecil. 

Nama saffron diambil dari bagian bunga crocus yang teksturnya seperti benang atau stigma (kepala putik).

Saffron sangat populer karena memiliki khasiat dan manfaat untuk kesehatan.

Berdasarkan data dari U.S Department of Agriculture,100 gram saffron memiliki kandungan gizi sebagai berikut.

  • Energi: 310 kilo kalori
  • Protein: 11,4 gr
  • Lemak: 5,85 gr
  • Serat: 3,9 gr
  • Kalsium: 111 mg
  • Zat besi: 11 mg
  • Fosfor: 252 mg
  • Kalium: 1724 mg
  • Vitamin C: 80 mg

Proses pembuatan saffron cukup rumit dan untuk menghasilkan 500 gram saffron, membutuhkan 75 ribu pucuk bunga.

Pengrajin akan mengambil stigma yang berbentuk helaian benang, kemudian mengeringkan kepala putik . 

Selain itu, bunga yang menjadi bahan untuk membuat saffron hanya tumbuh sekitar tiga sampai empat minggu di bulan Oktober dan November saja. Tak heran, harga saffron di pasaran cukup mahal.

Manfaat dan khasiat saffron untuk kesehatan

manfaat saffron

Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran melakukan penelitian yang hasilnya, masyarakat sudah menggunakan saffron sebagai pengobatan tradisional sejak zaman kuno.

Saffron sudah populer sebagai resep obat tradisional China dan Yunani.

Agar memudahkan, berikut beberapa manfaat saffron bagi kesehatan yang perlu Anda ketahui.

1. Antidepresan

Penelitian Journal of Ethnopharmacology menemukan bahwa manfaat saffron sama efektifnya seperti obat fluoxetine dalam mengobati depresi ringan sampai sedang.

Mengonsumsi saffron atau ekstraknya secara langsung selama 6-12 minggu dapat meringankan gejala depresi berat.

Akan tetapi, tidak berarti depresi bisa hilang dengan mengonsumsi saffron. Anda tetap perlu melakukan terapi dan berkonsultasi pada psikiater untuk mengatasi depresi. 

2. Mempunyai sifat melawan pertumbuhan sel kanker

Saffron tinggi akan antioksidan yang membantu menetralkan radikal bebas. Jenis antioksidan yang terdapat dalam saffron yaitu crocin, crocetin, saranal, dan kaempferol.

Berdasarkan temuan Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, crocin dan crocetin di dalam saffron dapat mengurangi penyakit kronis, salah satunya kanker.

Sifat antikanker dalam saffron berada pada sel-sel payudara, paru, pankreas, dan leukimia, sumsum tulang, dan serviks

Peneliti melakukan pengujian manfaat saffron untuk melawan sel kanker pada sel kanker paru-paru. Sel kanker melalui proses inkubasi bersama dengan ekstrak saffron, lalu peneliti melihat perubahannya. 

Hasilnya, saffron mampu meningkatkan presentasi apoptosis dalam tubuh. Apoptosis adalah kematian sel yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan populasi sel. 

Bila presentasi apoptosis berkurang, sel akan terus membelah dan tidak terkendali yang kemudian disebut sel kanker.

Namun demikian, Anda tetap harus berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan yang tepat.

3. Mengatasi gejala PMS

Premenstrual syndrome (PMS) sering membuat wanita tidak nyaman. Mulai dari tubuh pegal-pegal, suasana hati berubah-ubah, bahkan bisa sampai sakit kepala. 

Anda bisa coba mengonsumsi saffron untuk mendapatkan manfaat guna meredakan gejala PMS yang mengganggu.

National Library of Medicine melakukan penelitian pada wanita yang sedang mengalami PMS.

Dalam penelitian ini, peneliti meminta wanita usia 20-45 tahun untuk mengonsumsi 30 miligram saffron setiap hari. Mereka bisa menyeduhnya menjadi teh atau campuran makanan. 

Hasilnya, sakit kepala, perut begah, dan badan pegal-pegal berkurang setelah rutin mengonsumsi saffron. 

Penelitian lain dari International Journal of Phytotherapy and Phytopharmacology menunjukkan efek baik dari penggunaan saffron saat sedang PMS.

Menurut penelitian tersebut, mencium aroma saffron selama 20 menit bisa mengurangi gejala PMS, seperti kecemasan dan tingkat stres.

4. Meningkatkan daya ingat

Saffron mengandung dua senyawa, yaitu crocin dan crocetin, yang peneliti peneliti dapat membantu dalam fungsi belajar dan mengingat. 

Sebuah penelitian dari Phytotherapy Research menemukan manfaat saffron dalam membantu mempermudah belajar dan mengingat.

Penelitian yang menjanjikan ini menunjukan bahwa manfaat saffron berpotensi mengobati penyakit yang menyerang otak, seperti Alzheimer dan Parkinson.

Tak hanya itu, manfaat saffron lain juga dapat membantu meringankan sejumlah penyakit atau kondisi kesehatan. 

Namun, peneliti melakukan penelitian pada tikus, sehingga masih perlu observasi lebih lanjut pada manusia.

5. Mengurangi nafsu makan

Bila Anda berencana menurunkan berat badan, masukkan saffron dalam makanan dan minuman sehari-hari. 

Berdasarkan penelitian dalam Journal of Cardiovascular and Thoracic Research, ekstrak saffron bisa mengurangi nafsu makan.

Tidak hanya itu, khasiat saffron juga bisa mengurangi massa lemak dan mengecilkan lingkar pinggang.

Tentu hal itu perlu bersamaan dengan olahraga teratur dan istirahat yang cukup.

Namun, meski saffron memiliki berbagai manfaat untuk tubuh, Anda tetap perlu berkonsultasi dengan dokter ketika memiliki masalah kesehatan. 

Konsultasi ke dokter tentang penggunaan saffron sebagai pengobatan alternatif untuk mengatasi kondisi kesehatan yang sedang Anda alami.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Gohari, A., Saeidnia, S., & Mahmoodabadi, M. (2013). An overview on saffron, phytochemicals, and medicinal properties. Pharmacognosy Reviews7(1), 61. doi: 10.4103/0973-7847.112850

Afifah, M., & Hasanah, A. (2020). Saffron (Crocus sativus L): Kandungan dan Aktivitas Farmakologinya. Majalah Farmasetika5(3). doi: 10.24198/mfarmasetika.v5i3.26291

Spices, saffron. (2021). Retrieved 18 February 2021, from https://fdc.nal.usda.gov/fdc-app.html#/food-details/170934/nutrients

Ismail, R., & Ningtyas, N. (2020). Potensi Saffron sebagai Antidiabates. Jurnal Penelitian Perawat Profesional2(1), 99-104. doi: 10.37287/jppp.v2i1.47

Fukui, H., Toyoshima, K., & Komaki, R. (2011). Psychological and neuroendocrinological effects of odor of saffron (Crocus sativus). Phytomedicine18(8-9), 726-730. doi: 10.1016/j.phymed.2010.11.013

Afifah, M., & Hasanah, A. (2020). Saffron (Crocus sativus L): Kandungan dan Aktivitas Farmakologinya. Majalah Farmasetika5(3). doi: 10.24198/mfarmasetika.v5i3.26291

Abedimanesh, N., Bathaie, S., Abedimanesh, S., Motlagh, B., Separham, A., & Ostadrahimi, A. (2017). Saffron and crocin improved appetite, dietary intakes and body composition in patients with coronary artery disease. Journal Of Cardiovascular And Thoracic Research9(4), 200-208. doi: 10.15171/jcvtr.2017.35

Gohari, A., Saeidnia, S., & Mahmoodabadi, M. (2013). An overview on Saffron, Phytochemicals, and Medicinal Properties. Pharmacognosy Review7(13). Retrieved from http://www.phcogrev.com/article/2013/7/13/1041030973-7847112850

Hosseinzadeh, H., Sadeghnia, H., Ghaeni, F., Motamedshariaty, V., & Mohajeri, S. (2011). Effects of Saffron (Crocus sativus L.) and its Active Constituent, Crocin, on Recognition and Spatial Memory after Chronic Cerebral Hypoperfusion in Rats. Phytotherapy Research26(3), 381-386. doi: 10.1002/ptr.3566

Mohammad Reza Khazdair, A. (2015). The effects of Crocus sativus (saffron) and its constituents on nervous system: A review. Avicenna Journal Of Phytomedicine5(5), 376. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4599112/#

 

Versi Terbaru

27/01/2023

Ditulis oleh Riska Herliafifah

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Kalau Berat Badan Sudah Normal, Bolehkah Tetap Menjalani Program Diet?

Perhatikan Hal-Hal Ini Sebelum Mengonsumsi Jamu atau Obat Tradisional


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 27/01/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan