Bukan hanya bagi politikus, hasil pemilu akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara umum. Karena hal ini, proses maupun hasil pemilu ternyata bisa menjadi penyebab stres bagi beberapa orang.
Apakah Anda termasuk orang yang terdampak stres akibat pemilu? Lantas, bagaimana kondisi ini sebaiknya diatasi? Temukan jawabannya melalui uraian berikut.
Mengapa tahun identik dengan stres pemilu?
Arus berita yang tinggi, konflik antara pendukung maupun calon pemimpin, dan hal lain yang hanya terjadi di tahun politik memang rentan menjadi penyebab stres.
Sampai saat ini, stres karena politik tidak termasuk sebagai gangguan mental. Akan tetapi, American Psychological Association telah membenarkan bahwa pemilu bisa menimbulkan stres dan berdampak buruk pada kondisi mental.
Sebagai contoh, pemikiran terkait pemilu bisa menyebabkan kurang tidur, mudah emosi, hingga menimbulkan pikiran obsesif pada kandidat. Ini adalah beberapa tanda-tanda stres yang kerap tidak disadari.
Satu hal yang menjadi ciri khas dari stres saat pemilu adalah bagaimana kondisi ini terjadi secara masif. Artinya, ada banyak orang yang merasakannya pada waktu bersamaan.
Studi oleh American Psychological Association (APA) yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 69% orang dewasa merasa stres selama musim pemilu. Angka ini naik sekitar 17% dari tahun 2016.
Para responden mengaku mengalami stres di tahun politik karena menyadari bahwa berbagai aspek kehidupannya, khususnya yang berhubungan dengan ekonomi yang amat tergantung pada hasil pemilu.
Stres yang disebabkan oleh tahun politik sering disebut sebagai political stress disorder (PSD) dan masih bisa dibedakan menjadi dua jenis.
Jenis-jenis political stress disorder
Berikut adalah jenis-jenis political stress disorder. Beberapa orang mungkin hanya merasakan salah satunya, tetapi tidak sedikit pula yang mungkin merasakan keduanya.
1. Political anxiety disorder
Tidak hanya pada masa pemilu, political anxiety disorder sebenarnya bisa terjadi kapan saja.
Ini bisa dipicu oleh perdebatan di media sosial terkait politik, perubahan peraturan tertentu yang dinilai bisa merugikan banyak orang, atau politisi yang melanggar janjinya.
Kondisi tersebut memang lebih sering terjadi saat masa pemilu, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi di luar tahun politik.
PSD dinilai sebagai jenis stres kronis karena durasinya cenderung cukup panjang. Gejalanya pun cukup beragam, seperti mudah tersinggung, pikiran obsesif tentang politik, dan cemas.
Political anxiety disorder bisa dialami oleh siapa saja karena hasil pemilu akan memengaruhi semua kalangan masyarakat.
2. Post-election stress disorder
Mood Anda memburuk setelah mengetahui hasil pemilu? Kondisi ini bisa menjadi salah satu tanda post-election stress disorder (PEST) atau stres pascapemilihan umum.
Sesuai namanya, post-election stress disorder memiliki rentang waktu yang spesifik, yaitu setelah pemilu selesai atau hasilnya keluar dan tidak sesuai harapan.
Berbeda dengan political anxiety disorder yang bisa terjadi kapan saja, post-election stress disorder biasanya hanya berlangsung selama beberapa hari atau minggu setelah pemilu.
Post-election stress disorder umumnya hanya dirasakan oleh seseorang yang benar-benar terlibat dalam pemilu.
Contohnya antara lain politikus yang kalah, seseorang yang benar-benar berinvestasi atau mendukung calon tertentu, serta pihak yang posisinya langsung terpengaruh hasil pemilu.
Cara mengatasi stres karena pemilu
Meski tidak termasuk sebagai gangguan mental, stres selama masa pemilu atau karena hal-hal yang berbau politik bisa mengganggu kondisi kejiwaan Anda.
Supaya stres politik tidak menimbulkan dampak yang lebih buruk, berikut adalah beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengatasinya.
1. Batasi konsumsi berita
Mengikuti perkembangan politik sebenarnya boleh saja, tetapi tetap pahami batasan Anda. Mengikuti semua berita sekaligus malah akan membuat Anda kewalahan.
Sebagai contoh, Anda bisa mencari berita politik yang efeknya paling dekat dengan Anda dan tidak perlu membaca berita yang sama secara berulang-ulang.
Bila perlu, pilihlah berita yang minim tambahan gambar karena gambar atau video mungkin hanya akan menambah kecemasan Anda.
2. Istirahat dari media sosial
Di media sosial, satu berita politik bisa menimbulkan perdebatan panjang. Jika kondisi mental sudah lelah, sebaiknya berhentilah membaca apalagi terlibat di dalamnya.
Sebaliknya, ambillah waktu untuk istirahat dari media sosial selama beberapa waktu dan gunakanlah untuk melakukan aktivitas di dunia nyata yang lebih bermanfaat bagi Anda.
3. Fokus pada apa yang bisa dikendalikan
Hasil pemilu memang bisa berdampak pada berbagai aspek. Oleh karena itu, sebisa mungkin pilihlah aspek yang paling dekat dengan Anda atau bahkan bisa dikendalikan.
Membebani diri sendiri dengan berbagai hal yang sebenarnya berada di luar kendali justru bisa menyebabkan stres terkait pemilu.
4. Utamakan hubungan baik dengan sesama
Perbedaan pandangan politik dengan orang di sekitar adalah hal yang wajar. Namun, jika Anda bertemu dengan seseorang yang terus-terusan membahas politik dan membuat Anda tidak nyaman, tak ada salahnya untuk membatasi interaksi.
Sebagai gantinya, pilihlah topik obrolan yang lebih santai sehingga pikiran Anda tidak melulu berkutat tentang politik.
Stres karena politik dan pemilu memang tidak termasuk gangguan mental. Akan tetapi, waspadalah jika kecemasan yang timbul terus memburuk dan memengaruhi keseharian Anda.
Beristirahatlah sejenak dan jika perlu, Anda juga dapat mempertimbangkan untuk berkunjung ke tenaga profesional seperti psikolog.
Kesimpulan
- Stres karena pemilu atau political stress disorder memang tidak termasuk sebagai gangguan mental. Akan tetapi, kondisi ini bisa memengaruhi kesehatan mental Anda.
- Political stress disorder (PSD) bisa dibedakan menjadi political anxiety disorder dan post-election stress disorder.
- Coba atasi PSD dengan membatasi konsumsi berita, beristirahat dari media sosial, mengutamakan hubungan baik dengan sesama, serta fokus pada apa yang bisa Anda kendalikan.