Isu kesehatan mental belum dianggap serius oleh sebagian besar kalangan. Akibatnya, banyak orang enggan berkonsultasi dengan psikolog meski mereka benar-benar membutuhkannya. Lantas, kapan Anda harus ke psikolog? Apa saja tanda yang perlu Anda perhatikan? Cari tahu pada pembahasan berikut ini.
Mengapa Anda harus konsultasi ke psikolog?
Sebagian dari Anda mungkin pernah bertanya, “Mengapa perlu ke psikolog kalau bisa curhat dengan orang terdekat?”
Memang, tak ada salahnya curhat dengan keluarga, pasangan, atau sahabat. Namun, psikolog atau psikiater bisa membantu Anda mengatasi masalah dengan lebih efektif dan objektif.
Psikolog telah terlatih dan berpengalaman dalam mendengarkan kliennya. Mereka juga dibekali kemampuan menggali akar permasalahan berdasarkan pengalaman Anda.
Mereka juga mampu mengajarkan mekanisme terbaik untuk menghadapi masalah yang sedang Anda hadapi, seperti yang dilakukan dalam terapi perilaku kognitif.
Psikolog adalah sosok yang netral. Mereka tidak bersikap bias dan tidak akan terpengaruh oleh hubungan pribadi atau harapan tertentu terhadap diri Anda.
Ini membedakan mereka dari orang terdekat yang mungkin memberikan saran menurut pandangan pribadi, bukan kebutuhan Anda yang sebenarnya.
Manfaat konsultasi psikologi

Secara umum, konsultasi psikologi secara tatap muka maupun melalui terapi online bisa membantu Anda memahami diri dan meningkatkan kesejahteraan mental.
Pendekatan yang sebaiknya dilakukan secara rutin dan dalam jangka panjang ini ini cocok bagi siapa pun, baik yang mengalami masalah ringan hingga kompleks.
Sebuah penelitian dalam jurnal Psychological Medicine (2016) pernah membahas manfaat konsultasi rutin pada pengidap stres dan gangguan kecemasan.
Menurut studi tersebut, mereka mengalami perbaikan gejala yang lebih besar saat melakukan konsultasi rutin dalam jangka panjang daripada orang yang hanya beberapa kali melakukannya.
Selain itu, berikut ini adalah beberapa manfaat yang bisa Anda peroleh dari konsultasi psikologi.
- Mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan mental diri sendiri.
- Membantu meningkatkan kembali hubungan dengan orang lain.
- Mengetahui hal-hal yang memicu gejala dan perilaku tidak sehat.
- Memahami tentang ketakutan dan trauma masa lalu.
- Membuat rencana untuk mengatasi gangguan mental yang dialami, seperti stres, depresi, gangguan kecemasan, gangguan bipolar, atau skizofrenia.
Tanda-tanda Anda butuh konseling ke psikolog
Sebagian masyarakat beranggapan bahwa hanya “orang gila” yang harus ke psikolog, padahal siapa saja boleh melakukan konsultasi psikologi demi kesehatan mentalnya.
Anda pun sebenarnya tidak harus mengalami gejala atau mengidap masalah kesehatan mental untuk bisa berkonsultasi ke psikolog.
Meski demikian, Anda butuh konsultasi ke psikolog saat merasakan tanda-tanda seperti di bawah ini.
1. Masalah sudah sangat mengganggu
Perhatikan seberapa kuat reaksi Anda terhadap masalah yang muncul, misalnya Anda menjadi tidak bisa konsentrasi saat kuliah, kerja, atau mengasuh anak.
Gejala lain yang harus Anda amati adalah putus asa, cemas berlebihan, susah tidur, kehilangan nafsu makan atau ingin makan terus, serta menarik diri dari orang-orang di sekitar.
Sebaiknya segeralah berkonsultasi ke psikolog, terlebih bila kondisi tersebut sudah terjadi selama lebih dari dua minggu.
2. Tidak berhasil menyelesaikan masalah dengan berbagai cara

Anda mungkin telah mencoba banyak cara untuk menyelesaikan masalah, misalnya dengan liburan atau curhat dengan orang terdekat. Sayangnya, usaha tersebut belum berhasil.
Hal ini bisa menjadi tanda bahwa Anda harus konsultasi ke psikolog. Ingatlah, meminta bantuan konselor atau psikolog bukan berarti diri Anda lemah.
Justru ini merupakan pertanda bahwa Anda memiliki kemauan untuk membantu diri sendiri dan memperbaiki diri ke depannya.
3. Keluarga atau sahabat mulai lelah dengan keluhan Anda
Awalnya, keluarga, pasangan, dan teman mungkin selalu ada untuk mendukung Anda. Namun, lama-kelamaan mereka menjauh atau menghindari topik pembicaraan tentang masalah Anda.
Ini artinya, mereka sudah kewalahan dan tidak sanggup lagi mengatasi berbagai keluhan Anda. Ini sangatlah wajar karena mereka adalah orang awam.
Mereka mungkin tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk memulihkan Anda. Oleh sebab itu, tak ada salahnya jika Anda mempertimbangkan untuk konsultasi ke psikolog.
4. Mulai mencari pelarian yang tidak sehat
Apakah Anda kecanduan terhadap sesuatu, misalnya rokok, alkohol, obat-obatan, pornografi, atau judi? Atau, Anda tidak bisa menahan dorongan belanja gila-gilaan?
Kecanduan memang dapat menjadi salah satu bentuk pelarian dari masalah meski hanya untuk sementara. Sebelum makin parah, segeralah konsultasi ke psikolog untuk mengatasinya.
Psikolog mampu memberikan contoh mekanisme koping yang positif dan sehat agar Anda dapat mengelola stres maupun masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pernah atau baru saja mengalami kejadian traumatis
Gangguan psikologis muncul akibat kejadian traumatis, misalnya setelah seseorang mengalami kekerasan seksual, perceraian, terkena PHK, bencana alam, atau didiagnosis dengan penyakit tertentu.
Trauma juga dapat muncul setelah peristiwa telah terjadi bertahun-tahun lamanya, seperti pada kasus kehilangan orang tercinta, kekerasan pada anak, atau kekerasan dalam rumah tangga.
Kondisi ini tidak mungkin hilang begitu saja. Trauma biasanya hanya akan terpendam sehingga sewaktu-waktu bisa meledak dan menghantui kehidupan Anda.
Oleh sebab itu, Anda membutuhkan konsultasi dan terapi psikologi. Psikolog dapat membantu Anda mengenali, mengolah, dan move on dari trauma masa lalu tersebut.
Nah, kini Anda tahu kapan Anda harus ke psikolog. Cari psikolog atau psikiater terdekat dari lokasi Anda dan booking layanan melalui Hello Sehat.
Kesimpulan
- Konseling psikologi akan memberikan bantuan yang efektif dan netral dalam menangani masalah mental dibandingkan dengan hanya curhat ke orang terdekat.
- Beberapa manfaat konsultasi ke psikolog yaitu membantu Anda memahami diri, mengelola stres, memperbaiki hubungan, dan menyusun rencana pemulihan dari gangguan mental.
- Ciri-ciri orang yang harus ke psikolog antara lain tidak bisa melakukan aktivitas karena gangguan yang dialaminya, usahanya untuk pulih selalu gagal, serta sudah ada bentuk pelarian yang tidak sehat.