Multitasking adalah kondisi saat seseorang mampu melakukan banyak hal sekaligus dalam satu waktu yang sama. Menariknya, wanita disebut lebih jago multitasking dibandingkan pria. Benarkah demikian?
Wanita lebih mahir multitasking daripada pria, benarkah?
Menurut beberapa penelitian, wanita memang lebih mahir multitasking daripada pria. Namun, anggapan ini tidak sepenuhnya benar.
Dalam penelitian berjudul Sex-related differences in task switching: An fMRI study (2015), disebutkan bahwa otak wanita dan pria menunjukkan respons berbeda ketika dihadapkan banyak pekerjaan.
Otak pria diketahui membutuhkan lebih banyak energi untuk mengatasi pekerjaan yang tiba-tiba datang secara “keroyokan” dibandingkan wanita. Hasil tersebut didapatkan melalui pemeriksaan MRI.
Temuan tersebut lalu didukung lebih lanjut oleh studi yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Glasgow, University of Leeds, dan University of Hertfordshire.
Peneliti mengadu keterampilan pria dan wanita saat menghadapi masalah dan situasi. Mereka menggunakan beberapa tahapan dengan peningkatan kesulitan yang berbeda.
Tahap pertama, para partisipan diminta memainkan suatu permainan komputer yang membutuhkan fokus perhatian cepat dan berubah-ubah. Hasilnya, performa wanita sedikit mengungguli pria.
Pada tahapan kedua, para partisipan diminta untuk menyelesaikan soal matematika, mencari lokasi suatu restoran tertentu pada peta dan barang hilang, serta menjawab pertanyaan wawasan umum melalui telepon.
Partisipan pria dan wanita sama-sama membuat perencanaan dengan baik. Namun, perhatian pria seketika terganggu saat tugas datang dalam waktu yang nyaris bersamaan.
Selain itu, penelitian juga mengungkapkan bahwa wanita lebih mampu dalam mencari barang yang hilang dibandingkan dengan pria.
Dari situ, para peneliti menyimpulkan bahwa wanita memiliki tingkat kontrol kognitif yang lebih baik dibandingkan pria.
Berbeda dengan dua penelitian sebelumnya, studi yang dirilis di PLOS One pada 2019 mendapati bahwa kemampuan multitasking wanita dan pria sama buruknya.
Studi ini menguji apakah wanita lebih baik dalam perpindahan satu tugas ke yang lain. Selain itu, para peserta juga diminta mengerjakan banyak tugas pada waktu yang bersamaan.
Hasilnya, kemampuan otak wanita saat mengerjakan banyak pekerjaan tak lebih baik dari pria. Temuan ini membuat peneliti tidak membenarkan bahwa perempuan lebih baik dalam multitasking.
Apalagi, anggapan tersebut dirasa membuat wanita terus dihujani banyak pekerjaan, baik di tempat kerja maupun dalam mengurus rumah tangga.
Kenapa wanita lebih bisa multitasking?
Beberapa wanita mungkin tampak lihai dalam mengerjakan banyak hal pada waktu yang sama. Umumnya, perempuan lebih bisa multitasking karena sudah biasa melakukan banyak pekerjaan.
Terlebih lagi jika wanita tersebut merupakan seorang ibu yang bekerja. Keadaan yang demikian membuat wanita jadi terbiasa sehingga mereka lebih jago multitasking daripada pria.
Teori lain mengungkapkan kemampuan spasial seseorang membuatnya lebih pandai menyelesaikan pekerjaan yang berhubungan dengan ruang, seperti mencari barang hilang.
Namun, kemampuan spasial juga dipengaruhi hormon reproduksi dalam tubuh manusia. Kemampuan ini akan meningkat saat hormon estrogen menurun (bukan saat masa ovulasi).
Apakah multitasking berdampak baik?
Faktanya, multitasking tidak selalu baik. Bahkan, kebiasaan multitasking sebaiknya tidak dilanjutkan karena malah dapat menyebabkan sejumlah masalah baru.
Beberapa orang mungkin mengira telah menyelesaikan banyak pekerjaan dengan multitasking, padahal kenyataannya tidak seperti yang dibayangkan.
Pada akhirnya, Anda justru hanya menukar pekerjaan satu dengan yang lain. Pekerjaan sebelumnya akan ditinggalkan untuk mengerjakan tugas lain tanpa lebih dulu diselesaikan.
Baik bagi laki-laki maupun perempuan, berikut beberapa dampak buruk multitasking yang dapat merugikan Anda.
- Peluang melakukan kesalahan yang lebih besar.
- Meningkatnya risiko stres, terlebih jika tugas yang dikerjakan sangat sulit.
- Sering lupa dan kesulitan menangkap informasi.
- Berpotensi mengalami kecelakaan, terlebih Anda saat melakukan aktivitas yang berkaitan dengan keselamatan, seperti menyetir.
Melihat dampak buruk yang mungkin ditimbulkan, tidak ada salahnya untuk menghilangkan kebiasaan multitasking dari sekarang.
Jika kebiasaan ini memicu gejala gangguan mental dan mulai mengganggu aktivitas Anda, segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan sedini mungkin.
Jadi, apakah kemampuan multitasking wanita lebih baik dari pria?
Anggapan bahwa kemampuan multitasking wanita lebih baik dibandingkan pria tidak sepenuhnya benar. Terlepas dari benar atau tidaknya, kebiasaan ini sebaiknya dihindari karena dapat berdampak buruk bagi Anda dan orang-orang di sekitar.