backup og meta

Survivor's Guilt, Rasa Bersalah Usai Selamat dari Musibah

Survivor's Guilt, Rasa Bersalah Usai Selamat dari Musibah

Musibah dapat menimbulkan reaksi emosional yang berbeda-beda pada tiap orang. Bahkan, seorang penyintas musibah bisa mengalami perasaan bersalah yang kuat karena dirinya selamat, sedangkan orang lain tidak. Fenomena psikologi ini dikenal sebagai survivor’s guilt.

Simak uraian berikut untuk memahami lebih dalam tentang gejala dan cara mengatasinya.

Apa itu survivor’s guilt?

Survivor’s guilt adalah perasaan bersalah yang timbul pada diri seseorang karena selamat dari peristiwa traumatis yang mengancam nyawa, sedangkan orang lain tidak.

Peristiwa pemicu trauma ini dapat berupa kecelakaan, bencana alam, maupun situasi krisis lainnya.

Rasa bersalah penyintas atau orang yang dapat bertahan hidup ini juga terjadi pada seseorang yang selamat dari trauma medis, seperti kanker atau COVID-19.

Beberapa penyintas kerap merasa bersalah dan terbebani dengan pertanyaan, “Mengapa saya bisa selamat sementara orang lain tidak?”

Rasa bersalah tersebut bisa sangat intens. Bahkan, fenomena kompleks ini dapat memengaruhi kesehatan mental orang yang mengidapnya.

Di dalam pedoman Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), rasa bersalah ini termasuk dalam kriteria gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Namun, perlu diingat bahwa pengidap survivor’s guilt belum tentu mengalami PTSD. Begitu pun sebaliknya, pengidap PTSD tidak selalu memiliki rasa bersalah ini.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Sebuah artikel yang dimuat dalam The Cognitive Behaviour Therapist (2021) menemukan 90% orang yang selamat dari suatu peristiwa traumatis di mana orang lain meninggal dilaporkan mengalami perasaan bersalah. Sebagian besarnya bahkan mengalami rasa bersalah yang parah.

Tanda dan gejala survivor’s guilt

gangguan depresi mayor

Perasaan bersalah pada penyintas musibah dapat menimbulkan gejala fisik maupun psikologis yang sering kali mirip dengan gejala PTSD. 

Gejala psikologis

Berikut ini beberapa gejala psikologis yang paling umum dialami oleh pengidap survivor’s guilt.

  • Rasa bersalah yang intens karena berhasil bertahan hidup, sedangkan orang lain tidak.
  • Kilas balik atau flashback tentang peristiwa traumatis.
  • Mudah tersinggung dan lekas marah.
  • Penarikan diri dan isolasi sosial.
  • Sering mengalami mimpi buruk.
  • Kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan.
  • Kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dinikmati sebelumnya.
  • Pikiran untuk menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri.

Gejala fisik

Selain itu, fenomena psikologis ini juga bisa menimbulkan gejala atau reaksi fisik sebagai berikut.

  • Pusing dan sakit kepala.
  • Mual dan sakit perut.
  • Kelelahan ekstrem.
  • Perubahan nafsu makan, baik bertambah atau berkurang.
  • Merasa lebih susah tidur dan insomnia.
  • Peningkatan denyut jantung.
  • Berkeringat dan badan gemetar.

Tingkat keparahan survivor’s guilt berbeda-beda pada setiap orang. Rasa bersalah ini mungkin berdampak serius pada kehidupan pengidapnya.

Jika dibiarkan terus-menerus, rasa bersalah ini juga bisa menyebabkan depresi dan gangguan kecemasan.

Bahkan dalam situasi yang paling buruk, pengidap survivor’s guilt dapat memiliki pemikiran dan keinginan untuk bunuh diri karena mereka tidak merasa layak untuk hidup.

Cara mengatasi survivor’s guilt

psychological first aid

Jika diri Anda sendiri atau orang terdekat Anda mengalami gejala seperti di atas, sangat penting untuk segera menemui tenaga ahli kesehatan mental, baik itu psikolog atau psikiater.

Tidak hanya menurunkan kualitas hidup, survivor’s guilt yang tidak ditangani juga dapat menimbulkan masalah serius, seperti perilaku menyakiti diri sendiri hingga percobaan bunuh diri.

Beberapa jenis terapi psikologi atau psikoterapi yang dapat diberikan pada pengidap survivor’s guilt adalah sebagai berikut.

  • Terapi perilaku kognitif (CBT): membantu Anda mengenali dan mengubah pola pikir negatif yang berkontribusi terhadap munculnya perasaan bersalah dalam diri.
  • Terapi kelompok (group therapy): berbagi dengan sesama penyintas untuk saling mendukung dan belajar dari pengalaman satu sama lain.
  • Terapi seni (art therapy): mengekspresikan emosi, memahami diri, dan mengurangi stres melalui seni untuk membantu mengatasi rasa bersalah.

Dengan dukungan dari orang-orang di sekitar, pengidap survivor’s guilt dapat mengatasi beban dari rasa bersalahnya dan memulai pemulihan agar bisa beraktivitas dengan normal kembali. 

Jangan ragu mencari bantuan bila Anda ataupun orang terdekat Anda mengalami perasaan bersalah ini.

Selain melalui terapi, psikolog juga dapat membantu Anda mengeksplorasi mekanisme koping (coping mechanism) yang tepat bila kondisi ini muncul lagi di kemudian hari.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai rasa bersalah penyintas, konsultasikanlah dengan tenaga kesehatan mental untuk mendapatkan informasi terbaik.

Kesimpulan

  • Survivor’s guilt adalah rasa bersalah yang dialami seseorang karena selamat dari situasi yang mengancam nyawa, sedangkan orang lain tidak.
  • Kondisi ini merupakan salah satu gejala dari gangguan stres pascatrauma (PTSD).
  • Gejala psikologis dan fisik dari survivor’s guilt dapat bervariasi, mulai dari rasa bersalah yang intens, kilas balik peristiwa traumatis, jantung berdebar, sulit tidur, dan sering mimpi buruk.
  • Psikolog atau psikiater dapat membantu Anda memulihkan diri melalui psikoterapi, seperti terapi psikologi kognitif, terapi kelompok, atau terapi seni.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

What is Posttraumatic Stress Disorder (PTSD)? (2022). American Psychiatric Association. Retrieved December 9, 2023, from https://www.psychiatry.org/patients-families/ptsd/what-is-ptsd

What is Trauma? (2022). Trauma-Informed Care Implementation Resource Center. Retrieved December 9, 2023, from https://www.traumainformedcare.chcs.org/what-is-trauma/

Murray, H., Pethania, Y., & Medin, E. (2021). Survivor guilt: A cognitive approach. The Cognitive Behaviour Therapist, 14. https://doi.org/10.1017/s1754470x21000246

Glaser, S., Knowles, K., & Damaskos, P. (2019). Survivor guilt in cancer survivorship. Social Work in Health Care, 58(8), 764-775. https://doi.org/10.1080/00981389.2019.1640337

Hutson, S. P., Hall, J. M., & Pack, F. L. (2015). Survivor guilt. Advances in Nursing Science, 38(1), 20-33. https://doi.org/10.1097/ans.0000000000000058

American Psychiatric Association. DSM-5 Task Force. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-5.

Versi Terbaru

19/12/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Penting, Ini 10 Cara Menghilangkan Trauma pada Anak

Terbayang-bayang Trauma Masa Lalu? Lakukan Hal Ini


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 19/12/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan