Musibah dapat menimbulkan reaksi emosional yang berbeda-beda pada tiap orang. Bahkan, seorang penyintas musibah bisa mengalami perasaan bersalah yang kuat karena dirinya selamat, sedangkan orang lain tidak. Fenomena psikologi ini dikenal sebagai survivor’s guilt.
Simak uraian berikut untuk memahami lebih dalam tentang gejala dan cara mengatasinya.
Apa itu survivor’s guilt?
Survivor’s guilt adalah perasaan bersalah yang timbul pada diri seseorang karena selamat dari peristiwa traumatis yang mengancam nyawa, sedangkan orang lain tidak.
Peristiwa pemicu trauma ini dapat berupa kecelakaan, bencana alam, maupun situasi krisis lainnya.
Rasa bersalah penyintas atau orang yang dapat bertahan hidup ini juga terjadi pada seseorang yang selamat dari trauma medis, seperti kanker atau COVID-19.
Beberapa penyintas kerap merasa bersalah dan terbebani dengan pertanyaan, “Mengapa saya bisa selamat sementara orang lain tidak?”
Rasa bersalah tersebut bisa sangat intens. Bahkan, fenomena kompleks ini dapat memengaruhi kesehatan mental orang yang mengidapnya.
Di dalam pedoman Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), rasa bersalah ini termasuk dalam kriteria gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Namun, perlu diingat bahwa pengidap survivor’s guilt belum tentu mengalami PTSD. Begitu pun sebaliknya, pengidap PTSD tidak selalu memiliki rasa bersalah ini.
Seberapa umumkah kondisi ini?
Tanda dan gejala survivor’s guilt
Perasaan bersalah pada penyintas musibah dapat menimbulkan gejala fisik maupun psikologis yang sering kali mirip dengan gejala PTSD.
Gejala psikologis
Berikut ini beberapa gejala psikologis yang paling umum dialami oleh pengidap survivor’s guilt.
- Rasa bersalah yang intens karena berhasil bertahan hidup, sedangkan orang lain tidak.
- Kilas balik atau flashback tentang peristiwa traumatis.
- Mudah tersinggung dan lekas marah.
- Penarikan diri dan isolasi sosial.
- Sering mengalami mimpi buruk.
- Kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan.
- Kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dinikmati sebelumnya.
- Pikiran untuk menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri.
Gejala fisik
Selain itu, fenomena psikologis ini juga bisa menimbulkan gejala atau reaksi fisik sebagai berikut.
- Pusing dan sakit kepala.
- Mual dan sakit perut.
- Kelelahan ekstrem.
- Perubahan nafsu makan, baik bertambah atau berkurang.
- Merasa lebih susah tidur dan insomnia.
- Peningkatan denyut jantung.
- Berkeringat dan badan gemetar.
Tingkat keparahan survivor’s guilt berbeda-beda pada setiap orang. Rasa bersalah ini mungkin berdampak serius pada kehidupan pengidapnya.
Jika dibiarkan terus-menerus, rasa bersalah ini juga bisa menyebabkan depresi dan gangguan kecemasan.
Bahkan dalam situasi yang paling buruk, pengidap survivor’s guilt dapat memiliki pemikiran dan keinginan untuk bunuh diri karena mereka tidak merasa layak untuk hidup.