Anda mungkin sudah tidak asing dengan istilah love language, tapi pernahkah Anda mendengar tentang stress language? Sama halnya dengan bahasa cinta, stress language adalah karakter yang terbentuk atas kebiasaan Anda dalam merespons stres.
Dengan mengetahui stress language, Anda bisa mengontrol reaksi ketika stres dengan lebih baik. Untuk mengetahui apa jenis stres language Anda, simak informasi berikut.
Cara tubuh merespons stres
Anda mungkin pernah melihat seseorang yang menghilangkan stres dengan cara yang berkebalikan dengan apa yang Anda lakukan selama ini.
Namun, tenang saja, ini merupakan hal yang normal karena setiap orang bisa memiliki cara yang berbeda untuk menghadapi stres.
Menurut laman Simply Psychology, setidaknya ada empat respons yang bisa ditunjukkan oleh tubuh ketika menghadapi situasi penuh tekanan yang menimbulkan stres.
- Fight atau lawan: berusaha menghadapi setiap ancaman yang datang secara aktif dan tidak ragu menunjukkan respons terhadap situasi yang mengancam, misalnya dengan menangis atau berteriak.
- Flight atau menghindar: sebisa mungkin menghindari situasi yang menimbulkan stres, contohnya mengubah topik pembicaraan ketika perdebatan mulai tegang.
- Freeze atau membeku: bingung dalam menghadapi suatu ancaman sehingga kesulitan memutuskan apa yang harus dilakukan.
- Fawn atau membiarkan: hampir sama dengan flight, tetapi respons ini akan membuat seseorang rela berusaha memuaskan orang lain demi menghindari konflik.
Apa saja jenis stress language?
Pada dasarnya, setiap orang bisa memiliki respons stres yang beragam. Artinya, pada satu waktu Anda mungkin lebih memilih melawan, tetapi pada waktu yang lain terpaksa berada dalam mode freeze.
Dari kecenderugan seseorang dalam merespons situasi yang menyebabkan tekanan, stress language bisa dibedakan menjadi beberapa jenis berikut.
1. The exploder
Sesuai namanya, seseorang dengan jenis stress language the exploder cenderung langsung bereaksi ketika menghadapi situasi yang menegangkan.
Mereka mungkin marah atau bahkan menyalahkan orang lain ketika terseret dalam situasi yang menyebabkan stres.
Tak hanya didominasi oleh respons fight, the exploder juga kerap melakukan flight. Hanya saja, caranya mungkin tidak jauh berbeda ketika mereka melakukan fight.
Sebagai contoh, mereka mungkin berteriak demi menghentikan perdebatan yang tak kunjung usai.
2. The imploder
Jika Anda sering merasa tidak berdaya atau putus asa ketika menghadapi stres, the imploder adalah julukan yang tepat.
Pasalnya, seseorang dengan stress language ini cenderung memendam stresnya atau bahkan sudah merasa mati rasa untuk menunjukkan emosinya.
Alhasil, alih-alih mengungkapkan ketidaksetujuannya akan suatu hal, mereka memilih untuk memendamnya karena enggan membuat konflik semakin besar.
3. The fixer
Jenis stress language ini akan membuat seseorang langsung bereaksi pada kondisi yang menimbulkan stres, tetapi benar-benar fokus untuk mencari penyelesaiannya.
Inilah yang membedakan para fixer dengan the exploder yang hanya fokus untuk menyalurkan emosinya.
The fixer bisa dibilang cocok untuk menjadi pemimpin karena mereka bisa menyusun rencana atau tindakan ketika terjadi suatu hal yang mendesak.
Namun, tak jarang stress language ini membuat seseorang mencoba memperbaiki sesuatu yang sebenarnya tidak perlu.
4. The denier
Pernah mendengar tentang toxic positivity? Itu bisa menjadi sebutan lain untuk stress language yang disebut the denier.
Pasalnya, jenis stress language ini akan membuat seseorang menghindari stres dengan berusaha mencari sesuatu yang positif di dalamnya.
Cara ini memang tidak sepenuhnya salah. Namun, kebiasaan ini bisa menyebabkan Anda menghadapi situasi buruk yang sama berulang kali.
5. The number
Seorang the number akan berusaha membuat dirinya mati rasa terhadap perasaan stres. Alhasil, mereka mungkin terlihat baik-baik saja meski sebenarnya sedang berada dalam kondisi penuh tekanan.
Sayang, tak jarang seorang number akan mengalihkan stresnya ke hal-hal yang merugikan, seperti penyalahgunaan alkohol, penggunaan media sosial secara berlebihan, sampai kecanduan game.
Seperti halnya love language, tiap orang pada dasarnya memiliki setiap sisi dari berbagai stres language di atas dengan porsi yang berbeda.
Namun, mengingat penelitian tentang stres language masih sangat terbatas, Anda tak perlu pusing untuk menerka-nerka mana porsi yang paling banyak dalam tubuh Anda.
Selama Anda bisa mengatasi stres dengan baik, porsi stress language Anda berarti sudah seimbang.