backup og meta

Sorry Syndrome, Saat Seseorang Minta Maaf Secara Berlebihan

Sorry Syndrome, Saat Seseorang Minta Maaf Secara Berlebihan

Ketika Anda melakukan kesalahan, satu hal sederhana yang bisa Anda lakukan untuk memperbaiki keadaan adalah meminta maaf. Akan tetapi, bila Anda merasa harus meminta maaf atas segala hal, bahkan yang ada di luar kendali Anda, ini bisa menandakan suatu fenomena yang disebut sorry syndrome.

Apa itu sorry syndrome?

Sorry syndrome adalah kecenderungan seseorang untuk terlalu sering meminta maaf, bahkan ketika ia tidak melakukan kesalahan yang signifikan.

Meminta maaf merupakan perilaku yang lazim dilakukan seseorang ketika melakukan kesalahan. Perilaku ini memiliki banyak manfaat dalam hubungan sosial.

Namun, seseorang dengan sorry syndrome justru mengalami dorongan untuk selalu meminta maaf, bahkan atas kesalahan orang lain dan hal-hal yang tidak bisa ia kendalikan.

Kondisi ini bisa cukup mengganggu, terutama ketika Anda terus-menerus merasa bersalah atau terbebani dengan permintaan maaf yang berlebihan.

Tahukah Anda?

Studi yang dimuat dalam jurnal Psychological Science menunjukkan bahwa wanita lebih rentan terjebak dalam sindrom ini dibandingkan pria. 
Wanita cenderung meminta maaf lebih sering, bahkan ketika sebenarnya mereka tidak melakukan kesalahan.
 

Ciri-ciri orang yang selalu minta maaf

ayah ibu depresi postpartum

Sorry syndrome sering kali menjadi kebiasaan yang muncul tanpa disadari. Bahkan, kebiasaan ini bisa berkembang menjadi masalah mental yang cukup serius.

Sebelum itu terjadi, Anda bisa mengenali ciri-cirinya sebagai berikut.

1. Kesulitan menyampaikan pendapat

Salah satu ciri khas dari sorry syndrome adalah kesulitan dalam menyampaikan pendapat atau berbicara terus terang

Orang yang mengalami kondisi ini sering takut akan reaksi negatif orang lain. Akibatnya, ia mungkin terus-menerus meminta maaf, bahkan sebelum orang lain mengatakan apa yang mereka pikirkan.

2. Merasa bersalah berlebihan

Seperti yang sudah disebutkan, orang yang terlalu sering minta maaf cenderung merasa bersalah secara berlebihan.

Hal ini juga dapat terjadi ketika Anda melakukan kesalahan yang cukup besar. Pasalnya, perasaan ini bisa mengganggu Anda dan membuat Anda jadi tidak percaya diri

3. Kesulitan menolak permintaan orang lain

Jika mengalami sorry syndrome, Anda mungkin akan kesulitan menolak permintaan orang lain.

Ini karena Anda takut mengecewakan orang lain sehingga sering menyetujui permintaan mereka meskipun melebihi kemampuan Anda. 

Penyebab sorry syndrome

Sikap terlalu sering meminta maaf tentu tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa hal yang menyebabkan kondisi mental ini. Berikut deretan penyebabnya. 

1. Ingin menghindari konflik

Salah satu alasan mengapa seseorang selalu meminta maaf adalah untuk menghindari konflik. Ini sering kali terkait dengan pengalaman trauma masa kecil.

Mungkin Anda tumbuh dalam keluarga yang sering bertengkar atau memiliki orangtua yang abusif. 

Sebagai cara untuk melindungi diri, Anda belajar untuk selalu meminta maaf untuk menghindari ketakutan dan konflik yang mungkin muncul.

2. Merasa menjadi sumber masalah

Orang dengan sindrom ini juga sering kali kesulitan melawan perasaan bersalah atas hampir segala hal, baik yang ia lakukan sendiri maupun yang tidak berkaitan dengannya.

Pasalnya, ia mungkin merasa kurang beruntung dan bertanggung jawab atas hal-hal buruk yang terjadi di sekitar orang lain. 

3. Ingin selalu membahagiakan orang lain

memaafkan orang yang dibenci

Terkadang, sorry syndrome juga terkait dengan ketakutan untuk mengecewakan. Anda mungkin selalu ingin membuat orang lain bahagia dan takut tidak disukai oleh orang lain.

Alhasil, Anda akan cenderung selalu minta maaf meskipun tidak melakukan kesalahan. 

4. Cemas akan kemarahan orang lain

Meminta maaf juga bisa menjadi upaya untuk menghindari kemarahan orang lain. Ini terutama terjadi ketika kita merasa sangat takut terhadap amarah orang lain.

Mungkin pada masa kecil, Anda dihukum atau ditolak jika berani mengekspresikan perasaan atau berpikir secara berbeda.

Akibatnya, Anda terus-menerus mencoba untuk tidak membuat orang lain marah, serta tidak mengutarakan yang sebenarnya. 

5. Tidak ingin ditinggalkan oleh orang lain

Ada juga situasi ketika seseorang selalu meminta maaf agar tidak ditinggalkan. Ia mungkin meminta maaf bukan karena kesalahannya, tetapi agar orang tersebut tidak meninggalkannya. 

Kondisi ini berasal dari masa kecil, tepatnya ketika seseorang tidak bisa mengandalkan perhatian dan kehadiran orangtuamua sendiri.

Sebagai cara untuk tidak ditinggalkan, ia belajar untuk memanipulasi orang lain melalui permintaan maaf agar tetap bersama.

Cara mengatasi sorry syndrome

Mengingat penyebab sorry syndrome cukup banyak, penanganan terhadap sindrom ini mungkin akan bervariasi. Begini cara mengatasi sindrom terlalu sering minta maaf. 

1. Psikoterapi dan pengobatan

Salah satu cara efektif untuk mengatasi sorry syndrome adalah psikoterapi dan pengobatan. Psikoterapi yang dapat dilakukan antara lain terapi paparan dan pencegahan respons (ERP). 

Dalam terapi ini, Anda akan menghadapi obsesi Anda dengan menghindari tindakan kompulsif yang dibantu oleh terapis. Meskipun terdengar sulit, terapi ini terbukti efektif. 

Selain itu, sindrom ini mungkin melibatkan obat-obatan, seperti antidepresan yang biasanya digunakan bersamaan dengan terapi. 

2. Merawat diri sendiri

Selain pengobatan, perawatan diri dapat membantu mengatasi dorongan untuk selalu meminta maaf. Ini termasuk strategi yang dapat membantu Anda mengatasi masalah tanpa menggantikan terapi. 

Anda dapat bekerja sama dengan terapis Anda untuk menciptakan pola hidup yang lebih sehat.

Sebagai contoh, olahraga teratur bisa membantu menenangkan pikiran yang galau dan mengurangi permintaan maaf yang berlebihan. 

Walau begitu, perawatan diri ini akan bervariasi untuk setiap individu. Jadi, Anda mungkin perlu mencoba beberapa metode sebelum menemukan perawatan yang tepat untuk mengatasi sindrom ini.

Kesimpulan

  • Sorry syndrome adalah kecenderungan seseorang untuk terlalu sering meminta maaf, bahkan ketika ia tidak melakukan kesalahan yang signifikan.
  • Kebiasaan ini bisa berkembang menjadi masalah mental yang cukup serius jika dibiarkan berlarut-larut.
  • Kondisi ini mungkin muncul karena seseorang ingin menghindari konflik, merasa menjadi sumber masalah, dan tidak ingin ditinggalkan oleh orang lain.
  • Anda bisa mengatasinya dengan psikoterapi, perawatan diri, dan mengonsumsi antidepresan bila perlu.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Why Girls Apologize Too Much. (2023). Child Mind. Retrieved 30 October 2023, from https://childmind.org/article/why-girls-apologize-too-much/ 

Why You Over-Apologize: 3 Tips to Stop. (2022). Psych Central. Retrieved 30 October 2023, from https://psychcentral.com/lib/why-you-cant-stop-apologizing-even-when-youre-clearly-not-at-fault 

OCD and Apologizing: What’s the Link?. (2021). Psych Central. Retrieved 30 October 2023 from https://psychcentral.com/lib/ocd-and-apologizing 

When “I’m Sorry” Is Too Much. (2013). Psychology Today. Retrieved 30 October 2023 from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/in-love-and-war/201306/when-im-sorry-is-too-much 

How to Stop Over-Apologizing. (2021). Psychology Today. Retrieved 30 October 2023 from https://www.psychologytoday.com/us/blog/trust-yourself/202110/how-stop-over-apologizing

Schumann, K., & Ross, M. (2010). Why women apologize more than men: gender differences in thresholds for perceiving offensive behavior. Psychological science, 21(11), 1649–1655. https://doi.org/10.1177/0956797610384150 

Yamamoto, K., Kimura, M., & Osaka, M. (2021). Sorry, not sorry: Effects of different types of apologies and self-monitoring on non-verbal behaviors. Frontiers in Psychology, 12. doi:10.3389/fpsyg.2021.689615 

Versi Terbaru

08/11/2023

Ditulis oleh Nabila Azmi

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Mengenal Siklotimia, Gangguan Mental yang Mirip dengan Bipolar

5 Langkah Memaafkan untuk Hidup Lebih Ikhlas dan Mental Lebih Sehat


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 08/11/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan