Pernahkah Anda lupa dengan kenangan buruk atau trauma di masa lalu? Hal ini sebenarnya tidak terjadi secara tiba-tiba. Pasalnya, tanpa disadari, Anda mungkin sudah melakukan bentuk pertahanan diri yang disebut represi.
Lantas, apa yang membedakan represi dengan mekanisme pertahanan diri lainnya? Apakah metode ini efektif untuk berdamai dengan situasi negatif? Simak informasi berikut untuk tahu jawabannya.
Apa itu represi?
Represi adalah salah satu bentuk pertahanan diri yang membuat seseorang secara tidak sadar membuang informasi terkait pikiran, ingatan, atau perasaan yang terlalu menyakitkan.
Setiap orang bisa memiliki cara berbeda untuk berdamai dengan masa lalu atau kondisi yang tidak menyenangkan. Salah satunya dengan cara ini.
Alam bawah sadar Anda melakukan represi demi menghindarkan diri Anda dari stres, kecemasan berlebih, dan emosi negatif lainnya.
Meski begitu, kenangan buruk di masa lalu yang sudah “terlupakan” itu tetap bisa memengaruhi perilaku Anda di kemudian hari.
Selain itu, emosi negatif karena kenangan buruk mungkin muncul dalam bentuk lain, seperti mimpi.
Sekilas, pertahanan diri ini mungkin terlihat sama dengan supresi. Meski sama-sama melibatkan upaya melupakan kenangan buruk, ternyata keduanya merupakan hal yang berbeda.
Apa bedanya represi dan supresi?
Melansir dari laman American Psychological Association, supresi merupakan upaya yang secara sadar dilakukan untuk melupakan kondisi kurang menyenangkan karena Anda sadar belum siap menghadapinya. Sementara itu, represi dikendalikan oleh alam bawah sadar Anda. Contoh represi dalam psikologi
Karena represi terjadi melalui alam bawah sadar, Anda mungkin sekilas teringat akan kenangan buruk di masa lalu ketika melihat hal serupa.
Hanya saja, ingatan tersebut biasanya tidak muncul secara utuh karena alam bawah sadar Anda sudah membuangnya.
Melansir dari laman Good Therapy, berikut adalah beberapa contoh bentuk represi yang mungkin secara tidak sadar pernah Anda alami.
- Berusaha menghindari berbagai bentuk hubungan karena sebenarnya memiliki trauma pelecehan seksual. Namun, ingatan tersebut tidak disadari setelah dewasa.
- Fobia terhadap hal-hal tertentu, misalnya laba-laba. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh gigitan laba-laba saat masih kecil.
- Freudian slips atau kondisi ketika seseorang merasa salah dalam mengucapkan sesuatu, padahal ucapan tersebut sebenarnya berasal dari ingatan yang disembunyikan.
Jika dilihat dari contoh tersebut, bisa disimpulkan bahwa represi terbentuk setelah melalui perjalanan panjang. Pasalnya, pertahanan ini hanya bisa dilakukan untuk menekan kenangan buruk di masa lalu.
Artinya, pertahanan diri ini tidak bisa digunakan untuk menghindari emosi negatif yang disebabkan oleh kondisi terkini, misalnya ketika Anda menghadapi perselingkuhan atau kehilangan orang terdekat.
Dampak represi terhadap kesehatan mental
Represi memang bisa digunakan sebagai mekanisme pertahanan diri. Namun, metode ini tidak disarankan untuk digunakan dalam jangka panjang.
Ini lantaran menekan ingatan di dalam kepala Anda tidak mengatasi akar permasalahan, melainkan hanya membuat Anda melupakannya.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, meski sudah terlupakan, kenangan yang “hilang” karena represi bisa menjadi bom waktu dan datang pada saat-saat yang tidak tepat.
Mereka bisa saja muncul dalam bentuk mimpi buruk atau mungkin perasaan kebingungan karena Anda merasa kehilangan ingatan penting.
Represi memang tidak membuat Anda terkena penyakit secara langsung. Meski begitu, bukan berati hal ini tidak berdampak terhadap kesehatan Anda.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal International Journal of Psychotherapy Practice and Research (2019) menunjukkan bahwa represi emosional dapat menurunkan kinerja sistem imun.
Ketika sistem kekebalan tubuh Anda lemah, secara tidak langsung Anda akan lebih mudah terkena penyakit.
Tak hanya masalah fisik, pertahanan diri ini juga dapat meningkatkan risiko berbagai masalah mental, seperti:
Cara menangani represi
Jika Anda menyadari bahwa selama ini Anda telah menggunakan represi sebagai bentuk pertahanan diri, tidak ada salahnya untuk mencari cara yang lebih baik untuk mengelola trauma atau emosi negatif tersebut.
Salah satu langkah yang bisa Anda tempuh adalah berkonsultasi dengan ahlinya, seperti psikolog. Psikolog dapat membantu Anda menggali akar masalah dan mencari solusinya melalui terapi.
Ada beberapa terapi yang mungkin disarankan psikolog, di antaranya terapi psikodinamika dan terapi perilaku kognitif.
Terapi psikodinamika bertujuan untuk membantu Anda memahami alam bawah sadar untuk mengetahui bagaimana trauma di masa lalu memengaruhi kondisi Anda saat ini.
Sementara itu, terapi perilaku kognitif bertujuan untuk mengubah pola pikir dan respons Anda terhadap situasi tertentu yang terkait dengan trauma.
Pertahanan diri memang bisa membantu Anda menghadapi situasi yang tidak diharapkan. Namun, bentuk pertahanan diri yang keliru juga dapat berdampak negatif bagi kesehatan mental.
Oleh karena itu, jika Anda sadar bahwa bentuk pertahanan diri ini sudah mengganggu pikiran dan perasaan sehari-hari, jangan ragu untuk mendatangi ahli yang tepat.
Kesimpulan
- Represi adalah bentuk pertahanan diri dari alam bawah sadar yang membuat Anda melupakan kenangan buruk.
- Bentuk pertahanan diri ini bisa berdampak buruk karena tidak menyelesaikan permasalahan, tetapi hanya membuat Anda melupakannya.
- Untuk mencegah dampak buruk pertahanan diri ini, Anda bisa mengikuti terapi psikodinamika atau terapi perilaku kognitif.