Bila mendengar nama Rapunzel, mungkin Anda teringat Disney Princess dengan rambut panjang yang tidak bisa keluar dari kastil tempat ia tinggal. Namun, Rapunzel syndrome tidak seindah seperti namanya. Ini adalah masalah serius yang bisa berbahaya. Simak ulasan lengkapnya di sini!
Apa itu Rapunzel syndrome?
Rapunzel syndrome adalah sebuah masalah kesehatan langka yang terjadi akibat seseorang sering makan rambutnya sendiri.
Kebiasaan ini menyebabkan pembentukan trikobezoar, yaitu bola rambut besar yang memenuhi lambung dan bahkan usus halus.
Kondisi yang diambil dari tokoh Rapunzel dalam cerita dongeng ini lebih sering terjadi pada wanita.
Kasusnya lebih banyak ditemukan pada anak-anak, remaja, dan wanita muda berusia di bawah 30 tahun, seperti dilansir dari Radiopaedia.
Tanda dan gejala Rapunzel syndrome
Perlu diketahui bahwa sindrom Rapunzel sulit dideteksi karena gejalanya mungkin tidak muncul selama beberapa tahun. Bila gejalanya muncul, artinya kondisi Anda sudah cukup parah.
Beberapa gejala yang mungkin muncul yaitu:
- sakit perut,
- perut kembung,
- sering merasa kenyang,
- penurunan berat badan,
- mual,
- ketakutan berlebihan jika berat badan naik (anoreksia nervosa),
- muntah setelah makan,
- nyeri di bawah tulang rusuk (epigastrium akut),
- rambut rontok tidak merata di kulit kepala (alopecia), dan
- bau mulut (halitosis).
Jika Anda memiliki kebiasaan makan rambut dan mengalami gejala di atas, sebaiknya segera periksakan diri Anda ke dokter.
Penyebab Rapunzel syndrome
Pada dasarnya, penyebab Rapunzel Syndrome adalah trikofagia. Kondisi ini merupakan kebiasan makan rambut berulang kali yang sering berkaitan dengan trikotilomania.
Trikotilomania adalah gangguan mental yang membuat pengidapnya tidak bisa menahan diri untuk mencabut rambut dari kulit kepala.
Setelah mencabuti rambutnya, beberapa pengidap trikotilomania mungkin akan memakan dan menelan rambutnya.
Rambut mempunyai struktur yang sulit dicerna. Permukaannya yang licin juga membuat rambut sulit bergerak mengikuti gerak peristaltik di dalam saluran pencernaan.
Akibatnya, rambut tersangkut di perut dan membentuk trikobezoar. Bola rambut ini dapat bertambah berat jika bercampur dengan makanan dan lendir di dalam lambung.
Seiring berjalannya waktu, bola rambut akan mencapai batas dinding perut. Bahkan, bola rambut ini bisa mencapai bagian awal usus halus, yaitu duodenum (usus 12 jari).
Penyakit yang menyertai Rapunzel syndrome
Jika seseorang mengalami sindrom Rapunzel, kemungkinan besar mereka mengalami masalah kesehatan mental lainnya, seperti:
- keinginan untuk menelan sesuatu yang bukan makanan (pica),
- gangguan jiwa, misalnya PTSD, skizofrenia, PTSD, dan ADHD,
- depresi,
- anoreksia nervosa,
- gangguan obsesif kompulsif, atau
- perasaan duka.
Komplikasi sindrom Rapunzel
Bila bola rambut terus dibiarkan bertambah besar di dalam lambung, Anda mungkin akan mengalami beberapa masalah kesehatan yang mengganggu.
Berikut beberapa komplikasi dari Rapunzel syndrome yang perlu diwaspadai.
- Ikterus obstruktif (penyakit kuning akibat tersumbatnya saluran empedu atau pankreas).
- Masalah pencernaan akibat penyumbatan pada lambung atau usus halus.
- Kerusakan lapisan lendir pada lambung dan usus halus.
- Pembentukan lubang pada usus halus.
- Peritonitis atau peradangan pada lapisan lambung.
- Peradangan pankreas akut yang bisa menyebabkan sakit perut dan masalah pencernaan.
Diagnosis Rapunzel syndrome
Bila dokter mencurigai bahwa Anda mengalami sindrom Rapunzel, ia akan bertanya tentang riwayat medis Anda.
Hal ini termasuk pertanyaan tentang apakah Anda pernah menelan benda asing, seperti rambut atau mainan.
Selain itu, dokter mungkin akan melakukan beberapa tes untuk membantu mendeteksi masalah ini, seperti:
- rontgen,
- USG,
- CT scan,
- barium swallow,
- endoskopi, dan
- pemeriksaan darah untuk mengecek anemia atau kekurangan gizi.
Pengobatan sindrom Rapunzel
Pasien biasanya akan didiagnosis dengan sindrom Rapunzel jika trikobezoar di dalam lambungnya sudah cukup besar dan menyebabkan masalah kesehatan.
Dokter juga akan mencoba mengeluarkan bola rambut ini melalui endoskopi lambung jika memungkinkan. Namun, jika ukurannya terlalu besar, trikobezoar harus dikeluarkan melalui operasi.
Berikut ini beberapa pilihan pengobatan sindrom Rapunzel, mulai dari operasi hingga penanganan lainnya.
1. Laparotomi
Laparotomi adalah jenis operasi bedah yang melibatkan pembuatan sayatan besar pada perut. Prosedur ini dipilih jika ukuran bola rambut di dalam lambung dan usus sudah sangat besar.
Dokter bedah membuat sayatan di perut untuk mengakses rongga perut dan kemudian secara hati-hati mengeluarkan bola rambut tersebut.
Setelah bola rambut diangkat, dokter akan memeriksa organ-organ dalam perut untuk memastikan tidak ada kerusakan atau komplikasi tambahan.
Meskipun laparotomi adalah prosedur yang efektif untuk mengeluarkan bola rambut dari saluran pencernaan, ini adalah operasi yang invasif dan dapat menyebabkan komplikasi.
Beberapa komplikasi tersebut antara lain infeksi dan bekas luka di sekitar area sayatan. Itu sebabnya, laparotomi hanya dilakukan jika bola rambut terlalu besar untuk dikeluarkan.
2. Laparoskopi
Laparoskopi adalah sebuah prosedur bedah yang kurang invasif dibandingkan dengan laparotomi dalam mengatasi Rapunzel syndrome.
Dalam prosedur laparoskopi, dokter bedah membuat beberapa sayatan kecil seukuran lubang kunci pada perut pasien.
Setelah itu, dokter akan memasukkan alat yang disebut laparoskop. Alat ini dilengkapi dengan kamera serta penjepit yang dapat membantu dokter mengeluarkan bola rambut dari perut pasien.
Kabar baiknya, laparoskopi memiliki waktu pemulihan yang lebih cepat dengan risiko infeksi serta pembentukan bekas luka yang lebih rendah.
3. Terapi
Pengobatan Rapunzel syndrome mencakup terapi perilaku kognitif dan evaluasi psikologis.
Ini bertujuan untuk mendeteksi serta mengatasi masalah kesehatan mental yang mungkin menjadi penyebab seseorang makan rambut.
Terapi ini dapat mencakup sesi konseling, dan dalam beberapa kasus, juga melibatkan orang tua atau keluarga pasien untuk mendukung proses pemulihan.
Rapunzel syndrome adalah sebuah kondisi yang langka yang dapat memiliki dampak serius pada kesehatan seseorang.
Pengobatan dan dukungan psikologis adalah kunci untuk mengatasi sindrom ini dan mencegahnya kembali kambuh.