backup og meta

Sering Merasa Seperti Diawasi, Apakah Ini Gangguan Mental?

Sering Merasa Seperti Diawasi, Apakah Ini Gangguan Mental?

Pernahkah Anda bergidik dan merasa seolah-olah ada sepasang mata yang mengawasi gerak-gerik Anda? Sering kali ketika merasa diawasi, Anda bahkan bisa “merasakan” dari mana arah pandangan tersebut.

Meskipun lazim terjadi, fenomena ini dapat menyebabkan paranoid pada beberapa orang. Lantas, apa penyebabnya dan adakah cara untuk mengatasi perasaan sensitif tersebut? Berikut ini penjelasan ilmiah dari para ahli mengapa Anda bisa merasa diawasi seseorang.

Mengapa Anda merasa sering diawasi?

merasa seperti diawasi, merasa diawasi seseorang, merasa diawasi

Ketika Anda merasa diawasi, ini sebenarnya merupakan bagian dari insting alamiah Anda sebagai makhluk hidup.

Mata telah menjadi salah satu alat komunikasi paling penting bagi kelangsungan hidup manusia. Anda boleh jadi tidak suka kontak mata, tetapi ini sangat penting untuk menyampaikan informasi serta emosi secara efektif.

Itulah yang membedakan mata manusia dengan hewan lainnya. Semut, misalnya, tidak memerlukan kontak mata untuk berkomunikasi.

Ini karena mereka mempunyai sistem komunikasi khusus yang melibatkan sentuhan, suara, dan zat feromon (aroma tubuh).

Karena itu, manusia memiliki insting untuk “membaca” mata orang lain, untuk mengetahui ke mana orang tersebut melihat.

Dengan memastikan apa yang sedang dipandang orang lain, Anda seolah jadi tahu apa yang sedang ia pikirkan atau rasakan.

Kepekaan terhadap mata manusia inilah yang membuat Anda merasa seperti diawasi seseorang.

Jadi, ketika ada orang yang melirik ke arah Anda, Anda bisa langsung mendeteksi pergerakan bola matanya dan merasa mereka mengawasi Anda.

Orang yang tidak dapat melihat pun bisa merasa diawasi

Insting merasa diawasi tidak hanya dimiliki oleh orang-orang yang dapat melihat.

Sebuah studi kasus dalam Journal of Cognitive Neuroscience pada 2013 menguak bahwa orang yang mengalami gangguan penglihatan serius pun masih bisa merasakan saat dirinya diawasi.

Dalam kasus ini, para peneliti meletakkan foto wajah orang di hadapan subjek penelitian yang tidak bisa melihat karena kebutaan kortikal (kebutaan akibat kerusakan pada bagian belakang otak).

Ada foto yang menatap lurus ke depan dan ada juga foto orang yang sedang melihat ke samping.

Ketika dihadapkan dengan foto orang yang menatap ke depan, subjek penelitian tersebut tiba-tiba merasa terancam dan waspada. Munculnya perasaan awas ini dilihat dari hasil pindai otak subjek penelitian.

Melalui hasil ini, terbukti bahwa otak dan mata Anda begitu peka terhadap sinyal-sinyal visual tanpa perlu langsung melihatnya.

Mata manusia memang punya jangkauan pandangan yang sangat luas dan detail. Pada mata orang sehat, mereka tentu bisa merasakan dengan lebih jelas.

Meskipun Anda tidak sedang melihat langsung ke arah orang yang memperhatikan Anda, mata dan otak Anda mampu mendeteksi pergerakan, tatapan, atau bayangan orang tersebut.

Kadang, perasaan ini memang terbukti. Ketika Anda menoleh ke suatu arah, ternyata ada orang yang melihat Anda. Namun, bisa juga tidak ada siapa-siapa yang sedang melihat ke arah Anda.

Trauma juga membuat Anda merasa diawasi

Pada 1906, ditemukan istilah scopophobia untuk menggambarkan seseorang yang ketakutan hanya karena tatapan orang lain. Kondisi ini membuat mereka merasa terus diawasi saat berada di area publik.
Salah satu pemicu scopophobia yaitu trauma masa lalu seperti bullying atau perlakuan orang lain di masa lalu.

Apakah perasaan seperti diawasi tanda gangguan mental?

cemas berlebihan

Merasa diawasi seseorang belum tentu artinya ada orang yang benar-benar sedang memperhatikan Anda.

Menurut sebuah penelitian dalam jurnal Current Biology, ketika tidak bisa menebak ke mana mata seseorang mengarah, manusia langsung beranggapan kalau orang tersebut pasti sedang menatap dirinya.

Misalnya ketika ada orang yang memakai kacamata hitam. Anda tidak bisa melihat arah bola matanya sehingga Anda jadi merasa gelisah.

Orang tersebut seakan-akan sedang memandang ke arah Anda, apalagi ketika kepalanya mengarah ke tempat Anda.

Begitu juga saat ada orang yang duduk di bus sejajar dengan barisan Anda. Ketika orang tersebut menoleh untuk melihat ke luar jendela, Anda mungkin merasa orang tersebut mengawasi Anda. 

Karena merasa diperhatikan, Anda pun balik menoleh ke arahnya. Orang tersebut lantas merasa diawasi oleh Anda dan refleks menengok ke arah Anda.

Kontak mata pun mungkin terjadi karena perasaan diawasi yang tidak terbukti. Jadi, ini bukanlah pertanda bahwa Anda paranoid atau mengalami gangguan kesehatan mental.

Dari mana datangnya perasaan diawasi seseorang?

Selain karena kepekaan otak dan indera pengelihatan, perasaan selalu diawasi juga bisa muncul dari trauma di masa lalu. Namun, tidak semua perasaan tersebut terbukti.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Neilson, S. (2017). The psychological explanation for when you feel like you’re being watched. The Cut. Retrieved 13 October 2022 from https://www.thecut.com/article/the-psychology-of-feeling-like-youre-being-watched.html.

Do you feel like you’re always being watched? (2018, August 29). Psychology Today. Retrieved 13 October 2022 from https://www.psychologytoday.com/us/blog/stuck/201808/do-you-feel-youre-always-being-watched

Vandewalle, G., Collignon, O., Hull, J. T., Daneault, V., Albouy, G., Lepore, F., Phillips, C., Doyon, J., Czeisler, C. A., Dumont, M., Lockley, S. W., & Carrier, J. (2013). Blue light stimulates cognitive brain activity in visually blind individuals. Journal of Cognitive Neuroscience25(12), 2072-2085. https://doi.org/10.1162/jocn_a_00450

Muth, F. V., Schwarz, K. A., Kunde, W., & Pfister, R. (2017). Feeling watched: What determines perceived observation? Psychology of Consciousness: Theory, Research, and Practice, 4(3), 298–309. https://doi.org/10.1037/cns0000127

Versi Terbaru

16/04/2023

Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Avoidant Personality Disorder

Mengenal 5 Fase Jatuh Cinta, Anda Sudah Sampai Mana?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 16/04/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan