Banyak orang enggan mengucapkan kata maaf karena tidak ingin dianggap lemah. Padahal, memaafkan dan meminta maaf memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh dan pikiran.
Manfaat minta maaf pada orang lain
Terkadang, ada masa-masa ketika kesalahan yang telah Anda lakukan menumpuk terlalu lama.
Tak jarang hal ini berpengaruh padahubungan dengan orang yang disakiti. Alih-alih berusaha membangun kembali kepercayaan, banyak yang memilih untuk melupakan dan memendam perasaan bersalah dalam hati.
Padahal, ketika meminta maaf dengan tulus dan benar-benar menyadari kesalahan, Anda akan merasa jauh lebih lega dan tidak lagi menaham emosi negatif.
Berikut ini merupakan beberapa fungsi kalimat permintaan maaf untuk kesehatan fisik dan emosional Anda.
1. Menurunkan tingkat amarah
Sebuah studi dari University of Miami, Amerika Serikat, pada 2014 meneliti 336 peserta yang meminta maaf terlebih dahulu saat mengalami konflik dengan pasangannya.
Studi ini menemukan bahwa hal tersebut membantu menurunkan tingkat kemarahan dan mengendalikan emosi, baik dari pihak yang bersalah maupun pihak yang menjadi korban.
2. Meredakan stres dan kecemasan
Emosi negatif yang terus terpendam dapat terlampiaskan dalam bentuk amarah. Bahkah, hal ini bisa menyebabkan stres atau gangguan kecemasan bila situasinya sudah terlalu pelik.
Minta maaf memiliki manfaat untuk meredakan kedua kondisi tersebut. Hal ini pada akhirnya akan membantu Anda berpikir jernih dan mencegah gangguan terkait stres yang dibiarkan lama, seperti penyakit jantung.
3. Meningkatkan kesehatan fisik
Tak hanya mendapatkan manfaat emosional, beberapa orang yang yang menerima permintaan maaf dari orang lain yang menyakiti mereka juga menunjukkan efek pada kondisi fisiknya.
Sejumlah efek fisik tersebut meliputi melambatnya detak jantung, menurunnya tekanan darah dan produksi keringat, serta berkurangnya tekanan pada wajah.
4. Membangun martabat orang yang disakiti
Terkadang saat orang yang melakukan kesalahan meminta maaf, orang yang disakiti pun akan lebih mampu melihat mereka dengan pandangan yang lebih manusiawi.
Apabila pelaku kesalahan benar-benar minta maaf dengan tulus, korban juga cenderung lebih mudah untuk memaafkan meski peristiwanya telah lama berlalu.
5. Memperbaiki kepercayaan dari orang lain
Sebuah studi dalam jurnal Frontiers in Psychology (2019) menemukan bahwa orang yang menerima permintaan maaf cenderung mampu percaya kembali dengan orang yang menyakitinya.
Bagi korban, orang yang meminta maaf dinilai telah menyadari kesalahan yang mereka lakukan dan berjanji untuk tidak mengulangi perilaku tersebut.
6. Menyadarkan diri untuk lebih berhati-hati
Tidak mengucapkan kata maaf saat berbuat salah pada orang lain tentu memiliki konsekuensi buruk bagi pengembangan diri Anda.
Dengan meminta maaf terlebih dahulu, Anda kini selangkah lebih maju untuk lebih menyadari segala tindakan Anda.
Selain itu, Anda juga jadi lebih berhati-hati dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama di lain waktu.
7. Meningkatkan kesadaran diri
Saat minta maaf, luangkan sedikit waktu untuk introspeksi diri Anda yang telah menyakiti orang lain. Hal ini membantu Anda membangun kesadaran diri yang lebih baik.
Tanpa adanya kesadaran diri, Anda akan terus terlibat dalam masalah yang sama. Permintaan maaf menunjukkan bahwa Anda hendak belajar untuk hidup selaras dengan orang lain.
Bagaimana cara meminta maaf dengan tulus?
Tak mudah memang untuk mengakui kesalahan. Meski kalimat permintaan maaf sudah terucap, Anda tak akan mendapatkan manfaat apa pun bila melakukannya secara terpaksa.
Anda mungkin menggunakan kata-kata yang kurang tulus, seperti, “Kalau aku pernah salah, aku minta maaf,” atau, “Aku tahu aku salah, tapi kamu juga salah.”
Meminta maaf berarti Anda sadar betul apa yang telah dilakukan. Cobalah untuk duduk sejenak dan tarik napas perlahan, lalu pikirkan beban yang akan menghantui.
Bayangkan bila hubungan Anda dan orang tersebut tidak kunjung membaik karena Anda tidak meminta maaf dengan tulus.
Tumbuhkan empati dan posisikan diri Anda sebagai pihak yang tersakiti. Pikirkan apa yang akan Anda rasakan dan lakukan jika melalui hal yang sama.
Dengan begitu, fungsi kalimat permintaan maaf bukan hanya sekadar ucapan, melainkan niat tulus Anda untuk memperbaiki hubungan dengan orang yang disakiti.
Meski nanti mengalamipenolakan, setidaknya meminta maaf juga punya manfaat lain, yaitu meringankan rasa bersalah yang menghantui pikiran Anda.
Kesimpulan
Kebanyakan orang enggan meminta maa karena tidak ingin dirinya dianggap lemah.
Padahal, meminta maaf memiliki manfaat untuk kesehatan tubuh dan pikiran, seperti menurunkan amarah, meredakan stres, dan membangun kesadaran diri.
Usahakan untuk melakukan permintaan maaf secara tulus, baik melalui ucapan maupun perbuatan.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Engel, B. (2016). The Power of Apology. Psychology Today. Retrieved January 13, 2023, from https://www.psychologytoday.com/us/articles/200207/the-power-apology
Forster, D. E., Billingsley, J., Burnette, J. L., Lieberman, D., Ohtsubo, Y., & McCullough, M. E. (2021). Experimental evidence that apologies promote forgiveness by communicating relationship value. Scientific reports, 11(1), 13107. https://doi.org/10.1038/s41598-021-92373-y
Satyjeet, F., Naz, S., Kumar, V., Aung, N. H., Bansari, K., Irfan, S., & Rizwan, A. (2020). Psychological Stress as a Risk Factor for Cardiovascular Disease: A Case-Control Study. Cureus, 12(10), e10757. https://doi.org/10.7759/cureus.10757
Ma, F., Wylie, B. E., Luo, X., He, Z., Jiang, R., Zhang, Y., Xu, F., & Evans, A. D. (2019). Apologies Repair Trust via Perceived Trustworthiness and Negative Emotions. Frontiers in psychology, 10, 758. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.00758
McCullough, M. E., Pedersen, E. J., Tabak, B. A., & Carter, E. C. (2014). Conciliatory gestures promote forgiveness and reduce anger in humans. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 111(30), 11211–11216. https://doi.org/10.1073/pnas.1405072111
Versi Terbaru
31/01/2023
Ditulis oleh Satria Aji Purwoko
Ditinjau secara medis olehdr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.