backup og meta

Tonic Immobility, Penyebab Korban Perkosaan Diam Tak Melawan

Tonic Immobility, Penyebab Korban Perkosaan Diam Tak Melawan

Beberapa dari Anda mungkin sudah memahami apa saja tindakan yang harus dilakukan ketika menjadi korban pelecehan seksual. Namun, saat pelecehan terjadi, tidak jarang tubuh tiba-tiba diam mematung tanpa perlawanan. Kondisi tersebut dikenal dengan istilah tonic immobility.

Apa itu tonic immobility?

Tonic immobility pada manusia adalah ketidakmampuan diri untuk berbicara, bergerak, atau melawan ketika berhadapan dengan situasi ekstrem atau traumatis.

Ini merupakan perilaku naluriah yang terlihat pada hewan sebagai bentuk respons terhadap ancaman.

Sebagai contoh, saat menemui makhluk hidup lain yang berpotensi memberi ancaman, tikus akan memilih untuk tidak bergerak sementara waktu dan berpura-pura mati.

Tonic immobility pada manusia sering dialami oleh orang yang mengalami dampak pemerkosaan. Kondisi ini membuat korban kehilangan kemampuan untuk melawan saat diperkosa. 

Studi dalam jurnal Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica menyebut, sekitar 70% korban perkosaan mengalami tonic immobility. Akibatnya, mereka tak mampu bergerak untuk melawan pelaku.

Penyebab tonic immobility

Penyebab tonic immobility yaitu terhambatnya sementara kemampuan motorik akibat ketakutan ekstrem. Hambatan tersebut kemudian membuat tubuh Anda seolah mengalami kelumpuhan.

Penelitian yang dirilis dalam Journal of Experimental Psychopathology menjelaskan, kondisi ini sering ditemui pada orang yang pernah mengalami situasi seperti:

Dampak tonic immobility terhadap kesehatan mental

depresi merupakan salah satu dampak tonic immobility

Tonic immobility dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental. Kondisi ini sering kali dikaitkan dengan stres dan kecemasan berlebih serta gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Dalam hatinya, korban menyalahkan diri sendiri karena tidak berdaya melawan serangan pelaku. Sikap ini dapat mengganggu kejiwaan dan menyebabkan trauma psikologis serius.

Dampaknya terhadap kesehatan mental akan bertambah parah ketika korban dihakimi dan disalahkan karena tidak dianggap tidak memberikan perlawanan terhadap pelaku kekerasan.

Umumnya, gejala gangguan mental akan muncul dalam waktu beberapa bulan sejak terjadinya pelecehan seksual atau kekerasan. Namun, semua bergantung pada kondisi masing-masing korban.

Cara mengatasi dampak tonic immobility

Beragam cara dapat dilakukan untuk mengatasi dampak tonic immobility. Pengobatan difokuskan untuk mengatasi trauma psikologis yang dirasakan korban.

Berikut sejumlah cara mengatasi dampak tonic immobility yang bisa Anda coba.

1. Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif merupakan cara mengatasi gangguan mental dengan memperbaiki pola pikir dan perilaku korban. Korban juga diajarkan mekanisme koping untuk mengatasi gejala.

Agar pengobatan bisa dilakukan secara maksimal, pastikan Anda:

  • rajin mengikuti sesi terapi yang dijadwalkan dengan baik, 
  • berkomunikasi secara terbuka dengan terapis, dan 
  • berkomitmen untuk menjalani terapi sebaik mungkin.

2. Prolonged exposure 

Dalam terapi prolonged exposure, korban diajak untuk menghadapi rasa takut mereka terhadap trauma. Nantinya, mereka akan dipaparkan dengan ingatan dan situasi yang menjadi penyebabnya.

Selama pemaparan, korban akan diajarkan untuk berpikir bahwa trauma mereka bukanlah sesuatu yang berbahaya dan perlu dihindari.

Pada beberapa kasus, terapis mungkin juga akan melakukan hipnoterapi untuk membantu korban mengatasi trauma akibat tonic immobility yang dialaminya.

3. Terapi EMDR

Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR) merupakan terapi yang bertujuan untuk mengganti emosi negatif terkait trauma dengan pikiran dan perasaan positif.

Korban nantinya akan diminta mengingat situasi yang memicu trauma. Pada saat yang sama, terapis akan melakukan gerakan tertentu untuk mengalihkan konsentrasi mereka.

Cara ini disebut dapat membantu mengurangi emosi negatif terhadap peristiwa traumatis. Terapis juga akan mengajarkan cara untuk mengubah emosi negatif menjadi positif.

4. Self-care

olahraga merupakan salah satu bentuk self-care

Selama menjalani terapi, penting bagi korban untuk menerapkan self-care. Aktivitas ini dapat membantu proses pemulihan dari trauma dan dampak tonic immobility.

Beberapa aktivitas self-care yang bisa dicoba meliputi:

  • rutin berolahraga, 
  • istirahat dengan cukup, 
  • menghabiskan waktu dengan orang terdekat, atau 
  • melakukan kegiatan yang disuka.

Dalam beberapa kasus, pelaksanaan terapi mungkin akan dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan tertentu.

Hal ini biasa dilakukan untuk mendapatkan efek yang lebih maksimal terhadap kesehatan mental korban.

Tips menghilangkan trauma dengan lebih cepat


  • Menerima kenyataan karena penyangkalan akan memicu kemunculan emosi negatif yang membuat kondisi Anda bertambah parah.
  • Berbagi cerita kepada orang terdekat dan tepercaya atau bergabung dalam kelompok orang yang pernah mengalami tindakan serupa.
  • Menulis buku harian untuk meluapkan emosi negatif dalam diri Anda.
  • Berhenti menyalahkan diri sendiri, khususnya untuk trauma seperti pelecehan seksual karena terjadi di luar kendali Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Trauma and the Brain: Understanding Tonic Immobility. (2022).Retrieved 29 September 2022, from https://mcasa.org/newsletters/article/trauma-and-the-brain-understanding-tonic-immobility

EMDR Therapy: What It Is, Procedure & Effectiveness. (2022). Retrieved 29 September 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/22641-emdr-therapy

How to cope with traumatic stress. (2022). Retrieved 29 September 2022, from https://www.apa.org/topics/trauma/stress

Prolonged Exposure (PE) . (2022). Retrieved 29 September 2022, from https://www.apa.org/ptsd-guideline/treatments/prolonged-exposure

Versi Terbaru

07/09/2023

Ditulis oleh Bayu Galih Permana

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Panduan yang Harus Dilakukan Setelah Alami Kekerasan Seksual

Mengenali Jenis Pelecehan Seksual, Bukan Cuma Rayuan


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 07/09/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan