Mendapatkan nilai sempurna, bonus pekerjaan, atau memenangkan undian pasti membuat Anda senang bukan kepalang. Perasaan gembira yang Anda rasakan ini adalah euforia (euphoria).
Meski euforia dapat muncul secara alami, beberapa orang bisa mengalami kegembiraan ini lewat cara yang tidak sehat. Lantas, bagaimana kondisi ini sebenarnya memengaruhi emosi Anda? Temukan jawabannya lewat uraian berikut.
Apa itu euforia?
Euforia adalah perasaan gembira atau bahagia yang berlebihan atau ekstrem. Berbeda dengan kebahagiaan pada umumnya, euforia biasanya terasa lebih intens, tetapi dengan durasi lebih singkat.
Euforia biasanya dipicu oleh momen puncak yang bersifat sesaat. Sementara itu, kebahagiaan bisa didapatkan dari hal-hal sederhana.
Kegembiraan karena euphoria bisa muncul dengan sendirinya ketika Anda mendapatkan penghargaan yang tidak terduga, seperti mencapai puncak gunung, mendapat bonus tambahan, atau mendapat perhatian dari orang yang disukai.
Sayangnya, tidak sedikit orang yang berusaha mendapatkan euphoria dengan cara kurang tepat, bahkan bersifat merugikan. Contoh yang paling sering terjadi adalah penyalahgunaan obat-obatan.
Apa yang bisa menyebabkan euforia?
Menurut laman Good Therapy, euforia bisa tercipta secara alami, karena efek obat-obatan, atau muncul akibat kondisi mental tertentu.
Kepuasan seksual, pencapaian, dan olahraga adalah beberapa cara alami untuk mendapatkan euphoria. Sementara itu, kokain, heroin, ganja, dan metamfetamin adalah beberapa jenis obat yang bisa menyebabkan euforia.
Obat-obatan tersebut akan menimbulkan euforia dengan cara memengaruhi bagian otak yang mengatur kebahagiaan atau emosi positif lainnya.
Ketika sudah terbiasa merasakan euphoria dengan dosis tertentu, otak Anda akan membutuhkan dosis tambahan untuk menciptakan kegembiraan serupa.
Itulah alasan mengapa obat-obatan tersebut bisa menimbulkan kecanduan dan memberikan dampak buruk lainnya pada tubuh seseorang yang mengalaminya. Hal serupa juga bisa terjadi saat Anda kecanduan alkohol atau rokok.
Di samping itu, euforia bisa muncul karena masalah mental, seperti gangguan bipolar, skizofrenia, atau gangguan siklotimik. Fase euphoria pada seseorang dengan gangguan bipolar disebut sebagai kondisi manik.
Selain itu, seseorang yang baru saja mencapai puncak gunung atau dataran tinggi bisa merasakan euforia karena rendahnya kadar oksigen dalam tubuh (hipoksia). Kondisi ini dikenal dengan sebutan hypoxia-induced euphoria.
Meski jarang terjadi, gangguan otak atau cedera kepala juga dinilai bisa menimbulkan euphoria. Contohnya ketika tumor otak mengganggu mekanisme otak yang menyalurkan dopamin.
Perbedaan euforia positif dan negatif
Selain dari penyebabnya, euforia yang baik dan buruk bisa dibedakan dari pengaruhnya pada tubuh Anda.
Euforia yang berasal dari hal positif biasanya ditunjukkan dengan bahasa tubuh, seperti senyuman, teriakan, atau bahkan tangisan bahagia.
Anda mungkin juga melakukan gerak tubuh berulang, seperti tepuk tangan atau melompat kegirangan.
Sementara itu, euphoria yang berasal dari hal negatif akan memberikan efek buruk pada tubuh Anda. Bahkan, penyalahgunaan obat-obatan bisa merusak berbagai organ tubuh hingga mengancam nyawa.
Efek tersebut biasanya diawali dengan peningkatan tekanan darah dan detak jantung, mata merah, mulut kering, hingga penurunan koordinasi tubuh.
Pada seseorang dengan bipolar disorder yang sedang berada dalam episode manik, euforia akan membuatnya penuh semangat dan mendorongnya melakukan tindakan impulsif, seperti menghambur-hamburkan uang.
Sementara itu, euphoria pada seseorang dengan skizofrenia biasanya diikuti dengan gejala delusi atau halusinasi. Kondisi ini akan membuatnya mendengar atau melihat hal-hal yang tidak nyata.
Bagaimana cara mengatasi euforia negatif?
Euforia yang terbentuk karena hal-hal positif tidak perlu dikhawatirkan. Pasalnya, Anda justru bisa merasakan manfaat dari rasa bahagia itu sendiri.
Sebaliknya, euphoria akibat penyalahgunaan obat-obatan atau kondisi mental perlu mendapatkan perawatan yang tepat untuk mencegah efek berkelanjutan.
Setiap orang bisa mendapatkan perawatan yang berbeda berdasarkan kondisi yang mendasarinya.
Bagi seseorang yang mengalami euphoria karena hipoksia, penangannya perlu dilakukan dengan pemberian terapi oksigen.
Sementara itu, seseorang yang kecanduan obat-obatan biasanya akan disarankan untuk menjalani rehabilitasi.
Dokter mungkin juga menyarankan perawatan intensif di rumah sakit jika orang tersebut sudah menunjukkan gejala overdosis obat.
Seseorang dengan gangguan mental perlu mendapatkan perawatan melalui psikoterapi. Salah satu jenis psikoterapi yang umum digunakan adalah terapi perilaku kognitif.
Demi mendukung psikoterapi, dokter mungkin juga meresepkan obat-obatan berikut.
- Penstabil suasana hati, seperti natrium divalproex atau lamotrigine untuk mengurangi episode manik atau hipomanik.
- Antidepresan, seperti benzodiazepin untuk mengurangi kecemasan.
- Antipsikotik, seperti olanzapine, ziprasidone, atau quetiapine untuk mengurangi halusinasi.
Pada dasarnya, euphoria yang ditawarkan oleh obat-obatan tidak sebanding dengan risiko efek sampingnya. Oleh karena itu, hindarilah cara ini untuk mendapatkan kebahagiaan dalam hidup.
Ada banyak cara mendapatkan kebahagiaan lain yang patut Anda coba dan minim efek samping. Jika kesulitan merasakan atau mendapatkan kebahagiaan, Anda juga bisa berkonsultasi kepada psikolog.
- Euphoria artinya adalah kegembiraan intens yang bisa memberikan dampak positif atau negatif, tergantung sumbernya.
- Euforia positif bisa didapatkan dari prestasi yang diperoleh. Sementara itu, cara mendapatkan euforia negatif yang merugikan adalah menggunakan obat-obatan.
- Seseorang yang kecanduan obat-obatan demi mendapatkan euforia perlu mendapatkan rehabilitasi. Bila kecanduan sudah menyebabkan overdosis, orang tersebut perlu mendapatkan perawatan intensif.