Sebagian orang berpikir homoseksualitas merupakan penyakit mental yang membuat seseorang suka pada sesama jenis. Oleh sebab itu, beberapa kalangan menggunakan terapi konversi sebagai cara untuk “sembuh” dari menjadi gay dan lesbian. Lantas, seperti apa terapi penyembuhan homoseksual ini?
Apa itu terapi konversi?
Terapi konversi (conversion theraphy) adalah praktik yang bertujuan untuk membantu seorang gay dan lesbian mengubah orientasi seksual mereka.
Melalui prosedur yang juga dikenal sebagai reparative therapy ini, mereka diharapkan dapat berubah dari homoseksual menjadi heteroseksual alias penyuka lawan jenis.
American Academy of Child & Adolescent Psychiatry juga menemukan bahwa terapi konversi dilakukan untuk orang dengan identitas gender yang tidak sesuai jenis kelamin biologisnya.
Faktanya, gay dan lesbian tidak bisa “disembuhkan” dengan terapi konversi. Terapi ini justru berdampak negatif bagi orang-orang yang dipaksa menjalaninya.
Seperti apa prosedur terapi penyembuhan homoseksual?
Keinginan untuk mengubah homoseksualitas sudah berakar sejak beberapa dekade silam. Gay dan lesbian saling dikaitkan dengan gejala depresi dan trauma masa kecil.
Pada 1920, Sigmund Freud menuliskan tentang seorang ayah yang menginginkan anak perempuannya yang lesbian untuk diubah menjadi heteroseksual dan menyukai pria.
Kemudian, Freud membatalkannya karena menganggap terapi tak mungkin berhasil dilakukan.
Freud beralasan bahwa homoseksualitas bukanlah sesuatu yang memalukan, kecacatan, ataupun keburukan. Homoseksualitas menurutnya tidak dapat diklasifikasikan sebagai penyakit.
Sepanjang tahun 1960 hingga 1970-an, terapi konversi sering menerapkan metode penyiksaan agar bisa mengaitkan homoseksualitas dengan pengalaman yang tidak menyenangkan.
Terapi ini kerap dilakukan dengan kejut listrik sampai membuat kejang dan hilang ingatan, atau pemberian obat perangsang mual sambil menunjukkan gambar porno sesama jenis.
Metode lain yang bisa dilakukan yaitu terapi bicara (psikoterapi), konsumsi obat hormon, dan operasi untuk mengurangi rangsangan seksual pada gay serta lesbian.
Dalam ruang lingkup keagamaan, homoseksualitas dan identitas gender sering dianggap sebagai sesuatu yang “jahat”. Terapi penyembuhan homoseksual ini biasanya melibatkan pemuka agama.
Ritual dan doa untuk pengusiran setan cukup sering dilakukan. Pada kasus yang parah, terapi ini juga bisa melibatkan tindakan pemukulan dan pengurungan secara paksa.
Bentuk-bentuk lain terapi konversi di Indonesia
- Pemaksaan berbusana, ekspresi, dan penampilan sesuai jenis kelamin biologisnya.
- Hubungan seksual hingga perkawinan paksa dengan lawan jenis.
- Pemotongan alat kelamin pada orang interseks.
- Terapi bernuansa agama, seperti rukiah.
Dampak terapi konversi pada komunitas LGBT
Terapi konversi tidak dianggap sebagai pengobatan psikologis. Jadi, terapi ini tidak memiliki standar profesional atau pedoman konkret tentang pelaksanaannya.
Homoseksualitas tidak dianggap sebagai penyakit mental. American Psychological Association (APA) tidak menganjurkan untuk “menyembuhkan” ketertarikan sesama jenis dalam hal apa pun.
Bahkan, APA di dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) telah lama menghapus homoseksualitas dari kategori gangguan mental sejak 1973.
Setiap tenaga profesional kesehatan pun diperintahkan untuk menerapkan metode pengobatan yang mendukung martabat manusia. Tentunya, terapi konversi tidak memenuhi syarat ini.
Selain tidak etis dan bertanggung jawab, terapi penyembuhan homoseksual ini juga didukung oleh “bukti-bukti ilmu” yang tidak memadai dan sangat dipertanyakan.
Tidak pernah ada bukti ilmiah kuat yang menunjukkan bahwa orientasi seksual manusia dapat diubah. Tidak ada pula dukungan empiris untuk mendukung gagasan perubahan ini.
Studi lain justru menemukan bahwa terapi konversi berbahaya bagi “pasiennya”. Efek negatif termasuk hilangnya hasrat seksual, depresi, kecemasan, hingga bunuh diri.
Kesimpulan
- Terapi konversi dianggap sebagai salah satu langkah penyembuhan homoseksual.
- Hal ini bertujuan supaya gay atau lesbian bisa kembali memiliki orientasi seksual terhadap lawan jenis.
- Terapi ini dilakukan dengan berbagai cara, seperti psikoterapi, penggunaan obat-obatan, hingga tindakan berbahaya, mulai dari sengatan listrik hingga pengurungan paksa.
- Orientasi seksual tidak bisa diubah. Tindakan tersebut malah akan meningkatkan risiko depresi, gangguan kecemasan, dan bahkan percobaan bunuh diri.