Schizoaffective disorder atau gangguan skizoafektif adalah gangguan mental yang sering kali disangka sebagai “gila” atau kesurupan. Bagaimana penyakit ini bisa terjadi? Tindakan apa yang harus dilakukan untuk menanganinya?
Apa itu gangguan skizoafektif?
Gangguan skizoafektif adalah penyakit mental yang ditandai gabungan gejala skizofrenia, yaitu halusinasi atau delusi, juga gejala gangguan suasana hati berupa depresi atau mania.
Dilansir dari Mayo Clinic, schizoaffective disorder terbagi menjadi dua tipe berikut.
- Tipe bipolar: meliputi episode mania dan terkadang depresi berat.
- Tipe depresi: hanya meliputi episode depresi berat.
Gangguan skizoafektif sangat sulit untuk dipahami dan tidak seperti penyakit mental lainnya. Ini karena gejalanya cenderung berbeda pada masing-masing pasien.
Karena sering dianggap sebagai gila atau kesurupan, pengidapnya biasanya tidak segera mendapat perawatan. Hal ini bisa menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya, pengidap gangguan skizoafektif dapat mengalami penurunan dalam produktivitas kerja dan prestasi di sekolah akibat gejala penyakit mental yang dialaminya.
Seberapa umumkah kondisi ini?
Tanda dan gejala gangguan skizoafektif
Gejala gangguan skizoafektif berbeda pada tiap orang, tergantung pada tipenya.
Pengidap penyakit mental ini umumnya mengalami sebuah siklus gejala. Ada saat-saat ketika mereka mengalami gejala berat, lalu diikuti dengan membaiknya gejala.
Berikut gejala yang biasa ditunjukkan oleh seseorang yang mengalami gangguan skizoafektif.
- Delusi, yakni meyakini sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
- Halusinasi dalam bentuk melihat, mendengar, mencium bau, atau merasakan hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
- Gejala depresi, seperti kerap merasa hampa, sedih, dan tidak berharga.
- Perubahan suasana hati atau peningkatan energi secara tiba-tiba yang tidak sesuai dengan perilaku atau karakter pasien.
- Ketika diberikan pertanyaan, pasien hanya akan menjawab sebagian pertanyaan atau memberikan jawaban yang sama sekali tidak berhubungan.
- Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mengalami penurunan produktivitas kerja dan prestasi di sekolah.
- Ketidakpedulian dengan penampilan dan/atau kebersihan serta ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri.
Penyebab gangguan skizoafektif
Hingga saat ini, penyebab gangguan skizoafektif belum diketahui secara pasti.
Namun, beberapa faktor berikut ini diduga berperan dalam kemunculan gejala gangguan mental ini pada diri seseorang.
- Struktur otak: kelainan komposisi atau ukuran bagian tertentu pada otak, misalnya pada hipokampus dan talamus.
- Genetik: memiliki anggota keluarga yang mengidap gangguan skizoafektif, skizofrenia atau gangguan bipolar.
- Lingkungan: masalah maupun orang sekitar yang menyebabkan stres berlebihan atau trauma secara emosional.
- Konsumsi obat: efek samping dari penggunaan obat psikoaktif dan psikotropika yang mengganggu pikiran.
Dampak gangguan skizoafektif
Gangguan skizoafektif merupakan masalah kesehatan mental yang perlu ditangani dengan serius.
Apabila dibiarkan begitu saja, penyakit ini bisa mengakibatkan gangguan kesehatan yang lebih serius atau bahkan kematian pada pengidapnya.
Sejumlah dampak schizoaffective disorder yang perlu Anda waspadai meliputi:
- hilangnya pekerjaan,
- komplikasi kesehatan,
- gangguan kecemasan,
- kemiskinan dan tunawisma,
- konflik keluarga atau dengan orang lain,
- perasaan terkucilkan dari lingkungan sekitar,
- keterlibatan dalam penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan terlarang, serta
- munculnya pikiran atau upaya untuk bunuh diri.