backup og meta

Emotionally Unavailable, Saat Anda Tak Mampu Berbagi Emosi

Emotionally Unavailable, Saat Anda Tak Mampu Berbagi Emosi

Mengekspresikan emosi membantu Anda mengenali diri dan menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain. Sayangnya, beberapa orang mengalami emotionally unavailable sehingga kesulitan mengekspresikan dirinya. Yuk, kenali kondisi psikis ini lebih dalam!

Apa itu emotionally unavailable?

Emotionally unavailable adalah ketidakcakapan seseorang untuk terlibat secara emosional dalam hubungan atau interaksi dengan orang lain.

Seseorang perlu mengekspresikan berbagai jenis emosi dalam diri mereka dengan cara yang sehat untuk membentuk ikatan emosional dengan orang lain.

Bila seseorang tidak mau berbagai emosi, menutup diri, atau bahkan menyangkalnya, inilah yang dinamakan ketidaktersediaan emosional. 

Orang yang mengalami kondisi ini cenderung kesulitan untuk berbagi emosi dan menerima emosi orang-orang di sekitar mereka. 

Padahal, keterikatan emosional dengan diri sendiri dan orang lain merupakan pondasi untuk membangun suatu hubungan yang sehat, baik itu dengan keluarga, teman, maupun pasangan.

Tanda-tanda orang yang emotionally unavailable

Seseorang dengan ketidaktersediaan emosional biasanya menunjukkan tanda-tanda berikut.

  • Menyendiri, bersikap dingin, dan menjaga jarak dengan orang lain.
  • Kesulitan untuk berbicara mengenai perasaan maupun emosi yang dirasakan.
  • Kurang intim dalam menjalin hubungan.
  • Tidak mampu memahami perasaan orang lain (berempati).
  • Cenderung menutup diri atau menghindari topik yang membutuhkan keterbukaan emosional.
  • Menarik diri dari orang atau situasi yang memicu reaksi emosional.

Tanda emotionally unavailable pada setiap orang dapat berbeda-beda. Beberapa orang mungkin tersedia secara emosional di beberapa area kehidupan mereka, tetapi tertutup di area lain.

Penyebab seseorang menjadi emotionally unavailable

Ketidaktersediaan emosional dapat terjadi karena banyak faktor. Berikut adalah beberapa di antaranya.

1. Budaya dan sosial

Beberapa orang, terutama laki-laki, tumbuh dengan aturan bahwa mengekspresikan emosi secara terang-terangan adalah tanda kelemahan.

Akibatnya, muncul omongan seperti, “Duh, kayak gitu aja nangis, lemah banget.” Hal tersebut merupakan salah satu penyebab utama timbulnya toxic masculinity.

Supaya tidak terlihat lemah, mereka membentuk strategi dan pola untuk menanggapi emosi tersebut dengan mematikan atau menekan sinyal-sinyal emosi yang terlihat. 

2. Pengalaman masa kanak-kanak

Karakteristik orang-orang yang emotionally unavailable dapat tumbuh pada anak-anak yang merasa bahwa orang tuanya tidak dapat menanggapi kebutuhannya. 

Anak-anak ini belajar untuk beradaptasi dengan menekan emosinya dan meminimalkan akses orang lain ke dalam kehidupan emosionalnya. Dengan demikian, mereka tidak akan diabaikan lagi.

3. Peristiwa traumatis dan pengalaman masa lalu

Ketidaktersediaan emosional juga bisa muncul karena dipicu oleh perpisahan, perceraian, atau trauma psikologis.

Hal tersebut membuat seseorang menutup diri secara emosional untuk mempertahankan fungsinya sehari-hari.

Selain itu, ketidaktersediaan emosional juga mungkin terjadi pada orang yang telah belajar dalam hubungan sebelumnya. Menurut mereka, menunjukkan emosi hanya akan menyebabkan rasa sakit dan penderitaan.

Dampak sikap emotionally unavailable pada kehidupan

menghilangkan cuek

Ketidakmampuan mengekspresikan emosi sendiri dan memahami emosi orang lain dapat berdampak buruk pada kehidupan sosial orang-0rang yang emotionally unavailable.

Pasalnya, hal ini mungkin membuat Anda memandang percakapan tentang perasaan sakit hati, perilaku, dan hubungan yang dijalani sebagai hal yang terlarang. 

Tidak hanya akan menutup diri, Anda bahkan mungkin marah atau mencari cara untuk menyalahkan orang lain.

Karena Anda begitu terbiasa mematikan emosi, Anda jadi sulit untuk berempati, berhubungan, dan menghormati kebutuhan orang lain.

Ketidaktersediaan emosional juga dapat merusak hubungan Anda dengan pasangan. Ketidakterbukaan emosi bisa membuat pasangan menjadi frustrasi karena sulitnya meruntuhkan tembok pertahanan Anda. 

Pasangan mungkin menganggap bahwa Anda tidak menyukai atau mempercayai dirinya.

Kondisi ini bisa bertambah buruk jika Anda cenderung menghindari komitmen pada hubungan yang lebih dalam, seperti pernikahan. 

Ini bisa memicu pertengkaran bahkan perpisahan karena Anda yang tidak ingin menjalin hubungan yang lebih serius. Pada akhirnya, dampak buruknya bisa menurunkan kesehatan mental.

Cara mengatasi sikap emotionally unavailable

Supaya dampak buruknya tidak terjadi pada Anda, ketidaktersediaan emosional perlu diatasi. Berikut berbagai tips yang bisa Anda ikuti.

1. Cari tahu jawabannya

Langkah pertama yang perlu Anda lakukan adalah mengetahui penyebab yang mendasarinya. Ini bisa situasional karena trauma atau Anda kehilangan orang yang disayangi baru-baru ini. 

Dalam hal ini, penting untuk bersabar dengan diri sendiri dan memberi diri Anda waktu untuk memproses apa yang terjadi. 

Alternatifnya, jika penyebabnya adalah pengabaian pada masa kanak-kanak, akan sangat membantu jika Anda memproses pengalaman-pengalaman ini.

Tidak ada gunanya mengabaikan emosi Anda sendiri seperti yang pernah dilakukan oleh orangtua maupun keluarga di masa lalu. 

2. Berlatih mengekspresikan emosi

Temukan cara aman untuk memahami dan berbagi emosi yang Anda rasakan. Cara terbaik untuk mengatasi kecenderungan diri yang emotionally unavailable adalah dengan introspeksi diri

Anda dapat melakukan ini dengan membuat jurnal berisikan segala macam perasaan Anda. Kemudian, Anda dapat mencari teman, saudara, atau orang tepercaya untuk mulai berbagi emosi.

3. Mencari bantuan profesional

Jika cara di atas tidak membantu, sudah saatnya Anda mempertimbangkan bantuan tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater.

Mereka dapat membantu menemukan penyebab ketidaktersediaan emosional Anda sekaligus mengajari Anda untuk memahami berbagai emosi tersebut.

Perawatannya dapat berupa konseling dengan psikolog atau menjalani terapi lainnya yang diperlukan.

Sudah paham mengenai makna istilah emotionally unavailable dengan lebih baik? Coba luangkan waktu sejenak dan temukan tanda-tandanya dalam diri Anda.

Jika Anda memiliki tanda-tandanya dan tidak tahu bagaimana cara menghadapinya, jangan ragu untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter.

Kesimpulan

  • Emotionally unavailable adalah ketidakcakapan seseorang untuk terlibat secara emosional dalam hubungan atau interaksi dengan orang lain.
  • Orang-orang dengan karakteristik ini cenderung menarik diri, menjaga jarak dengan orang lain, serta kesulitan untuk berempati maupun membicarakan emosinya sendiri.
  • Anda bisa mengatasinya dengan mencari tahu penyebabnya, berlatih mengekspresikan emosi, dan mencari bantuan profesional jika perlu.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Peter K. Gerlach, M. (2023). Options for relating to an emotionally-unavailable person. Retrieved 16 July 2023, from http://sfhelp.org/cx/apps/unavailable.htm

Saunders, H., Kraus, A., Barone, L., & Biringen, Z. (2015). Emotional availability: theory, research, and intervention. Frontiers in psychology, 6, 1069. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2015.01069 

Frigerio, A., Porreca, A., Simonelli, A., & Nazzari, S. (2019). Emotional Availability in Samples of Mothers at High Risk for Depression and With Substance Use Disorder. Frontiers in psychology, 10, 577. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.00577

Biringen, Z., & Easterbrooks, M. A. (2012). Emotional availability: Concept, research, and window on developmental psychopathology. Development and Psychopathology, 24(1), 1–8. https://doi.org/10.1017/s0954579411000617 

Saunders, H., Kraus, A., Barone, L., & Biringen, Z. (2015). Emotional availability: Theory, research, and intervention. Frontiers in Psychology, 6. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2015.01069

Versi Terbaru

25/08/2023

Ditulis oleh Aprinda Puji

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Pasangan Suka Marah-Marah dan Emosian? Mungkin 4 Hal Ini Penyebabnya

12 Cara Mengendalikan Emosi agar Anda tetap Tenang


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 25/08/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan