backup og meta

Bertengkar Terus Selama Pacaran, Apakah Bisa Sampai Bikin Depresi?

Meski indah dijalani, lika-liku pacaran tetap tidak pernah luput dari konflik yang datang silih berganti. Jika terus dibiarkan, konflik asmara berkepanjangan dapat memicu masalah mental seperti depresi. Lantas, apakah ini berarti pacaran bisa menyebabkan depresi?

Hubungan antara pacaran dan depresi

Pacaran sebenarnya tidak secara langsung menjadi pemicu depresi. Namun, beberapa masalah yang kerap terjadi selama berpacaran dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan psikis dan akhirnya memicu penyakit ini.

Berikut adalah beberapa masalah terkait pacaran yang berisiko menimbulkan depresi:

1. Hubungan toksik

Hubungan toksik adalah hubungan yang merusak kondisi emosional Anda. Berbeda dengan pacaran sehat yang membuat Anda merasa bahagia dan bersemangat, hubungan toksik justru menyebabkan stres, cemas, depresi, hingga masalah medis.

Berikut adalah beberapa tanda hubungan toksik yang perlu Anda waspadai:

  • Saat bersama pasangan, Anda justru merasa letih dan hampa.
  • Setelah menghabiskan waktu bersama, Anda merasa lebih buruk.
  • Pasangan Anda tidak memberikan rasa aman, tapi malah membuat Anda merasa terancam.
  • Anda adalah pihak yang selalu memberi, sedangkan pasangan hanya mau enaknya menerima.
  • Hubungan Anda penuh dengan pertengkaran, drama, dan kesedihan.
  • Anda merasa telah berubah demi pasangan.

2. Hubungan penuh kekerasan (abusive)

Faktor lain yang menyebabkan depresi terkait pacaran adalah perilaku abusive, atau kekerasan. Hubungan abusive merupakan bentuk yang lebih berbahaya dari hubungan toksik.

Melansir laman organisasi nonprofit internasional loveisrespect, kekerasan dalam pacaran bisa terjadi dalam bentuk fisik, emosional, psikologis, hingga seksual.

Sering kali, korban tidak menyadari atau bahkan mengakui bahwa pasangannya telah melakukan tindak kekerasan karena pelaku meminta maaf dan bersikap baik. Namun, siklus ini dapat terus berulang dan lambat laun memengaruhi kesehatan psikis korban, termasuk memicu depresi.

3. Pertengkaran yang berulang-ulang

Menjalin hubungan yang bahagia dengan pasangan memberikan dampak positif bagi kesehatan mental. Sejumlah penelitian menemukan bahwa hubungan yang sehat berkaitan erat dengan penurunan risiko stres dan depresi.

Namun, efek sebaliknya turut berlaku jika hubungan asmara Anda diisi dengan banyak interaksi negatif. Pertengkaran yang kerap terjadi selama masa pacaran dapat menyebabkan stres, depresi, hingga keinginan bunuh diri.

pasangan mengancam putus

4. Menurunnya rasa percaya diri akibat konflik

5. Putus cinta

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

The Hidden Health Hazards of Toxic Relationships. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/high-octane-women/201108/the-hidden-health-hazards-toxic-relationships Diakses pada 8 Agustus 2019.

21 Warning Signs of an Emotionally Abusive Relationship. https://psychcentral.com/blog/21-warning-signs-of-an-emotionally-abusive-relationship/ Diakses pada 8 Agustus 2019.

What Are the Different Types of Dating Abuse? https://www.loveisrespect.org/is-this-abuse/types-of-abuse/ Diakses pada 8 Agustus 2019.

Mental health statistics: relationships and community. https://www.mentalhealth.org.uk/statistics/mental-health-statistics-relationships-and-community Diakses pada 8 Agustus 2019.

Is Low Self-Esteem Making You Vulnerable to Depression? https://www.psychologytoday.com/us/blog/fulfillment-any-age/201302/is-low-self-esteem-making-you-vulnerable-depression Diakses pada 8 Agustus 2019.

Dealing with Depression After a Breakup. https://www.healthline.com/health/depression/after-break-up Diakses pada 8 Agustus 2019.

Versi Terbaru

18/01/2021

Ditulis oleh Diah Ayu Lestari

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Mengapa Ada Orang yang Mudah Menangis Saat Marah?

Nervous Breakdown


Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus · · · Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Diperbarui 18/01/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan