Keberadaan badut sering kali dimanfaatkan untuk mengisi suatu acara supaya suasana menjadi lebih meriah dan menghibur. Namun, bagi seseorang dengan coulrophobia, badut merupakan sosok yang menyeramkan.
Bukan hanya ketika bertemu badut secara langsung, orang yang mengalami coulrophobia bahkan bisa merasa sangat ketakutan hanya dengan membayangkan atau melihat gambar badut.
Apa itu coulrophobia?
Coulrophobia adalah salah satu jenis fobia spesifik yang membuat seseorang takut terhadap badut.
Rasa takut yang disebabkan oleh fobia berbeda dengan ketakutan sesaat yang biasa kita hadapi sehari-hari.
Fobia membuat seseorang merasakan ketakutan dan kecemasan yang intens. Ketakutan ini bahkan bisa memengaruhi perilaku dan produktivitas sehari-hari.
Seseorang yang fobia badut sebenarnya sadar bahwa ketakutan yang mereka rasakan tidaklah normal. Namun, mereka tetap merasa kesulitan untuk mengendalikan ketakutan tersebut.
Coulrophobia memang lebih banyak ditemukan pada anak-anak. Namun, bukan berarti bahwa kondisi ini tidak bisa dialami oleh orang dewasa.
Tanda dan gejala coulrophobia
Selain rasa takut yang intens, berikut adalah gejala lain yang kerap dirasakan oleh seseorang dengan fobia spesifik ketika melihat atau membahas tentang badut.
- Panik.
- Mual.
- Sesak napas.
- Peningkatan detak jantung.
- Ingin menangis atau berteriak.
- Kulit memucat.
- Gemetar.
- Telapak tangan berkeringat dan gemetar.
- Mulut kering.
- Serangan panik.
Seseorang dengan kondisi ini juga akan selalu berusaha menghindari kegiatan yang memungkinkan mereka bertemu badut.
Penyebab coulrophobia
Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab phobia terhadap badut. Namun, beberapa kondisi berikut bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami coulrophobia.
1. Pengaruh tontonan
Badut yang digambarkan dalam film, terutama film-film horor, sering kali bertolak belakang dengan sosok badut yang sesungguhnya.
Banyak film yang mengenalkan badut sebagai sosok yang menyeramkan dan suka membunuh sehingga menimbulkan ketakutan.
Orang yang sering menonton film horor tentang badut, terutama ketika masih kecil, bisa saja terpengaruh sehingga mengalami ketakutan terhadap badut.
2. Peristiwa traumatis
Pengalaman negatif di masa lalu yang terkait badut, misalnya ditakut-takuti atau dipaksa bermain dengan badut, juga bisa membuat seseorang trauma pada karakter ini.
Dari pengalaman tersebut, mereka akan menganggap badut sebagai ancaman. Alhasil, mereka akan menunjukkan respons fight-or-flight saat menjumpai badut.
3. Lingkungan atau keluarga
Sampai saat ini, coulrophobia memang belum termasuk dalam gangguan mental sehingga belum diketahui apakah kondisi ini bisa diturunkan melalui genetik.
Namun, ketika seseorang hidup bersama orang-orang dengan coulrophobia, mereka mungkin lebih berisiko mengalami hal serupa.
Komplikasi coulrophobia
Pada kondisi yang sudah parah, fobia spesifik seperti coulrophobia bisa membuat seseorang mengisolasi dirinya sendiri.
Ini karena mereka selalu menghindari datang ke tempat atau acara yang mungkin ada badut di dalamnya, bahkan meski kekhawatiran tersebut belum tentu terjadi.
Jika terus dibiarkan, berikut adalah dampak jangka panjang yang bisa ditimbulkan dari coulrophobia.
- Gangguan kecemasan.
- Stres.
- Depresi.
- Isolasi sosial.
- Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan.
Dengan adanya berbagai risiko komplikasi tersebut, coulrophobia bukanlah kondisi yang bisa disepelekan.
Diagnosis coulrophobia
Pada sesi konsultasi, seorang psikolog atau dokter spesialis kejiwaan akan melakukan wawancara untuk memahami gejala yang Anda alami serta riwayat kesehatan Anda dan keluarga.
Jika dibutuhkan, dokter mungkin juga melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan bahwa rasa takut Anda tidak disebabkan oleh penyakit lain.
Melansir dari laman Cleveland Clinic, berikut adalah beberapa penilaian yang kerap digunakan untuk mendiagnosis coulrophobia.
- Ketakutan saat melihat badut.
- Berusaha menghindari situasi seperti pesta atau film tertentu yang mungkin menyertakan badut.
- Rasa takut berlangsung selama enam bulan atau lebih.
- Rasa takut memengaruhi kualitas hidup.
Pengobatan coulrophobia
Setiap orang bisa menerima penanganan yang berbeda untuk mengatasi fobia badut, tergantung sejauh mana ketakutan tersebut dan apa saja gejala yang menyertainya.
Berikut adalah beberapa pengobatan yang bisa diberikan pada orang-orang dengan fobia badut.
1. Psikoterapi
Setidaknya ada dua jenis psikoterapi yang biasa diberikan pada pasien fobia, yaitu terapi eksposur dan terapi perilaku kognitif. Berikut adalah penjelasanya.
- Terapi eksposur: psikolog akan membantu Anda melatih rasa takut secara bertahap, misalnya dengan mengajak Anda melihat foto atau video tentang badut.
- Terapi perilaku kognitif: membantu Anda menemukan sumber ketakutan terhadap badut dan membantu mengubah pemikiran Anda terhadap ketakutan tersebut.
2. Obat-obatan
Pemberian obat biasanya dilakukan bukan untuk mengobati, tetapi mengurangi gejala fobia yang menyertai.
Obat anticemas dan antidepresan merupakan jenis obat yang kerap diberikan pada pasien fobia, termasuk coulrophobia.
Namun, pastikan untuk hanya minum obat sesuai yang diresepkan. Penggunaan obat di luar resep dokter dikhawatirkan justru bisa memperburuk kondisi tersebut.
3. Perawatan rumahan
Selain mengikuti pengobatan dari dokter, orang yang mengalami coulrophobia biasanya juga diminta untuk melakukan perawatan rumahan seperti berikut.
- Terapkan pola hidup sehat.
- Olahraga rutin.
- Pelajari teknik pernapasan.
- Tidur yang cukup.
- Ikuti jadwal terapi.
Sampai saat ini, memang belum diketahui secara pasti bagaimana cara yang tepat untuk mencegah coulrophobia.
Namun, Anda bisa mengurangi risikonya dengan memberikan pemahaman pada anak-anak sedini mungkin bahwa badut bukanlah sosok yang mengerikan.
Selain itu, hindari menakut-nakuti seseorang dengan badut meskipun Anda hanya menganggapnya sebagai bahan bercandaan.
Kesimpulan
- Coulrophobia adalah ketakutan yang berlebihan terhadap badut.
- Kondisi ini bisa berakar dari trauma masa kecil, pengaruh tontonan, serta pengaruh keluarga dan lingkungan.
- Anda bisa mengatasinya dengan terapi bersama seorang psikolog, perawatan rumahan, dan konsumsi obat-obatan jika perlu.