Ibu yang menjalani masa nifas sering kali merasa lelah karena masih dalam masa pemulihan setelah melahirkan sekaligus mengurus bayi. Meskipun hal ini wajar, terkadang lelah, lesu, dan letih setelah melahirkan juga bisa menjadi tanda postpartum anemia.
Lantas, bagaimana cara membedakan kelelahan yang normal dengan postpartum anemia? Lalu, tindakan seperti apa yang sebaiknya dilakukan? Simak informasinya melalui ulasan berikut.
Apa itu postpartum anemia?
Postpartum anemia adalah kondisi ketika seorang wanita mengalami kekurangan darah setelah melahirkan.
Kondisi ini ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 110 g/L pada satu minggu setelah melahirkan atau kurang dari 120 g/L pada 8 minggu pascapersalinan.
Hemoglobin merupakan protein di dalam sel darah merah yang bertugas mengikat oksigen. Salah satu komponen yang membentuk hemoglobin adalah zat besi.
Wajar bagi seorang wanita untuk mengalami kekurangan sedikit zat besi, sebab ia akan mengeluarkan darah saat melahirkan dan selama masa nifas.
Kondisi ini seharusnya membaik seiring pemulihan. Namun, jika kekurangan zat besi terus berlangsung dan bahkan bertambah parah, hal ini dapat menyebabkan postpartum anemia.
Gejala postpartum anemia
Kelelahan merupakan hal yang wajar dialami wanita dalam masa pemulihan pascapersalinan. Namun, kelelahan yang disertai kondisi berikut mungkin saja adalah gejala anemia.
- Peningkatan detak jantung (palpitasi).
- Sesak napas.
- Perubahan selera makan.
- Sakit kepala.
- Telinga bedenging (tinnitus).
- Kulit pucat.
- Mudah marah atau sensitif.
Setiap orang bisa mengalami gejala postpartum anemia yang berbeda-beda, termasuk yang tidak tertulis di atas.
Jika Anda khawatir dengan kondisi Anda setelah melahirkan, sebaiknya kunjungi dokter. Begitu juga apabila lemah, letih, lesu, dan lelah yang Anda alami tidak kunjung membaik usai beristirahat.
Apa penyebab postpartum anemia?
Umumnya, kurang darah atau anemia setelah melahirkan terjadi karena kombinasi dari berbagai faktor berikut.
1. Anemia saat hamil
Seorang ibu yang sudah memiliki anemia saat hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami postpartum anemia.
Anda dikatakan mengalami anemia saat hamil jika kadar Hb Anda kurang dari 110 g/L pada trimester pertama dan terakhir serta kurang dari 105 g/L pada trimester kedua.
Kekurangan sel darah merah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh rendahnya asupan zat besi, folat, dan vitamin B12.
2. Perdarahan selama persalinan
Melansir dari laman Children’s Hospital of Philadelphia, wanita yang melahirkan melalui vagina biasanya kehilangan 500 ml darah. Sementara itu, persalinan caesar bisa menghasilkan 1.000 ml darah.
Namun, karena beberapa hal, perdarahan selama persalinan bisa menjadi lebih berat. Kondisi ini dikenal dengan istilah postpartum hemorrhage.
Meski sudah ditangani saat itu juga, postpartum hemorrhage tetap bisa meningkatkan risiko anemia selama masa nifas.
3. Kurangnya asupan zat besi
Tidak hanya menghambat pertumbuhan janin, kekurangan zat besi saat hamil juga meningkatkan risiko postpartum anemia. Pasalnya, zat besi berperan penting dalam proses produksi hemoglobin.
Oleh karena itu, penuhilah kebutuhan zat besi Anda selama kehamilan dengan meningkatkan konsumsi sayuran hijau, seafood, dan daging merah. Pastikan Anda mengolah bahan-bahan ini dengan benar.
Cara mengatasi postpartum anemia
Anemia setelah melahirkan merupakan kondisi yang perlu segera diatasi. Sebab, postpartum anemia tidak hanya berdampak pada ibu, tapi juga anak.
Rasa lelah yang disebabkan oleh anemia bisa membuat Anda sulit menyusui. Belum lagi, emosi yang lebih sensitif juga meningkatkan risiko depresi postpartum.
Penanganan postpartum anemia bagi setiap orang bisa berbeda-beda, tergantung pada kondisi kesehatan tiap individu.
Pada postpartum anemia ringan hingga sedang, dokter biasanya memberikan suplemen zat besi oral dengan dosis 100–200 mg per hari.
Setelah dua minggu masa pengobatan, Anda mungkin diminta untuk melakukan pengecekan kadar hemoglobin. Dengan begitu, dokter bisa menentukan apakah pengobatannya berhasil.
Sementara itu, pada postpartum anemia yang cukup parah, dosis suplemen zat besi akan ditingkatkan menjadi 800–1.500 mg dan diberikan langsung melalui pembuluh darah (intravena).
Meski jarang terjadi, dokter juga bisa memberikan transfusi darah pada wanita yang mengalami anemia berat pascamelahirkan.
Di samping perawatan dari dokter, seseorang dengan anemia setelah melahirkan biasanya juga diminta untuk meningkatkan konsumsi makanan tinggi zat besi.
Selain itu, dokter juga bisa menyarankan Anda untuk mengonsumsi makanan atau minuman tinggi vitamin C. Pasalnya, vitamin C dapat membantu proses penyerapan zat besi dalam tubuh.
Namun, proses penyembuhan anemia tentu tidak lengkap tanpa perawatan diri setelah melahirkan. Selain makan makanan bergizi, Anda juga perlu tidur cukup dan mengelola stres dengan sebaik mungkin.
Pastikan bahwa Anda dan suami telah membagi peran di rumah dengan setara. Jika Anda merasa terbebani dengan pekerjaan rumah atau tanggung jawab mengurus anak, jangan ragu untuk meminta bantuan dari orang-orang terdekat.
Kesimpulan
- Postpartum anemia adalah anemia yang dialami wanita setelah melahirkan. Kondisi ini terjadi saat hemoglobin kurang dari 110 g/L satu minggu setelah melahirkan atau kurang 120 g/L setelah 8 minggu melahirkan.
- Risiko anemia pada ibu dalam masa nifas bisa meningkat jika ada riwayat anemia sejak hamil, perdarahan selama persalinan, dan kekurangan zat besi.
- Selain mudah merasa lelah, anemia setelah melahirkan juga ditandai dengan jantung berdebar, sesak napas, sakit kepala, dan tinnitus.
- Pemberian suplemen zat besi merupakan penanganan pertama pada anemia setelah melahirkan. Meski jarang terjadi, dokter juga bisa memberi transfusi darah.
[embed-health-tool-due-date]