backup og meta

Ruptur Perineum

Ruptur Perineum

Saat melahirkan normal, area di antara vagina dan anus Anda mungkin saja robek. Komplikasi persalinan yang disebut ruptur perineum ini dapat menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman bagi wanita yang baru saja melakukan persalinan.

Apa itu ruptur perineum?

Ruptur perineum adalah robekan pada jaringan kulit atau otot selama persalinan yang terjadi pada perineum, yakni bagian antara vagina dan anus.

Kondisi yang juga disebut sebagai perineal tear atau perineal laceration ini terjadi secara alami akibat tekanan atau regangan perineum selama persalinan normal.

Robekan alami ini berbeda dengan gunting vagina atau episiotomi (pembuatan sayatan kecil pada area perineum). Episiotomi dilakukan untuk melancarkan proses persalinan.

Episiotomi atau gunting vagina juga berfungsi untuk mencegah robekan vagina yang lebih besar selama melahirkan.

Kebanyakan wanita yang melakukan persalinan normal bisa mengalami robekan vagina selama melahirkan. Hal ini menjadikan ruptur perineum sebagai komplikasi yang umum terjadi.

Namun, penanganan robekan vagina bisa berbeda-beda pada setiap wanita. Hal ini bergantung pada tingkat keparahannya.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Studi yang dimuat dalam Bali Medical Journal (2022) menemukan terdapat 6.191 kasus ruptur perineum (75,7%) dari 8.178 wanita yang melahirkan normal. Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita yang berusia di bawah 20 tahun, hamil pertama kali, dan melahirkan prematur.

Derajat ruptur perineum

melahirkan normal

Ruptur perineum dibedakan dalam empat derajat atau tingkat keparahan yang menggambarkan sejauh mana robekan memengaruhi perineum. Berikut ini penjelasannya.

1. Tingkat 1

Ini adalah robekan paling ringan yang hanya melibatkan jaringan kulit sekitar vagina. Kondisi ini biasanya jarang membutuhkan jahitan dan bisa sembuh sendiri dalam waktu sekitar satu minggu.

Ketika mengalami robekan ini, Anda mungkin dapat merasakan perih atau nyeri saat buang air kecil atau besar, duduk, batuk, bersin, dan berhubungan intim.

2. Tingkat 2

Ini adalah derajat ruptur perineum yang paling umum terjadi. Robekan akan meluas hingga memengaruhi jaringan kulit dan otot perineum, tetapi tidak mencapai otot sfingter anus.

Jahitan umumnya dibutuhkan untuk menutup luka dan mencegah infeksi. Dokter akan menjahit luka robek dengan bius lokal. Prosedur ini dapat dilakukan langsung di ruang bersalin.

3. Tingkat 3

Jenis robekan ini meluas dari vagina hingga anus. Otot sfingter anus yang menjaga agar anus tetap tertutup dan mengontrol buang air besar juga akan terpengaruh.

Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat. Tindakan operasi ini cenderung lebih rumit dan waktu pemulihan akan berlangsung lebih lama, yakni sekitar 2–3 minggu.

4. Tingkat 4

Ruptur perineum yang paling parah, tetapi juga paling jarang terjadi saat persalinan. Kondisi ini terjadi saat robekan sampai memengaruhi anus, rektum, hingga bagian usus besar.

Dokter akan langsung membawa Anda ke ruang operasi untuk menjahit luka robek. Operasi ini bertujuan mencegah komplikasi jangka panjang, seperti inkontinensia alvi (kesulitan untuk mengontrol keinginan buang air besar).

Penyebab ruptur perineum

Anda akan melakukan banyak usaha dan pergerakan yang tidak biasa saat bersalin. Kondisi ini membuat persalinan terasa sakit bagi wanita yang melakukannya secara normal (melalui vagina).

Selama proses ini, Anda mungkin tidak menyadari adanya robekan pada vagina atau perineum.

Terlebih lagi bila dokter Anda memberikan anestesi epidural maupun obat pereda nyeri lainnya yang mampu mengurangi intensitas rasa sakit selama persalinan.

Ruptur perineum terjadi karena bayi yang meregangkan jaringan kulit dan otot pada sekitar area vagina dan perineum saat melahirkan normal.

Kondisi-kondisi lain, seperti proses kelahiran yang terlalu cepat, kepala bayi yang besar, serta penggunaan alat bantu forsep atau vakum, juga dapat meningkatkan risiko robekan.

Faktor risiko ruptur perineum

Dilansir dari laman Pregnancy, Birth and Baby, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ruptur perineum adalah sebagai berikut.

  • Persalinan normal atau vagina untuk pertama kali.
  • Persalinan menggunakan alat bantu, seperti forsep dan vakum ekstraktor.
  • Riwayat ruptur perineum derajat ketiga atau keempat pada persalinan sebelumnya.
  • Bayi dalam kandungan berukuran besar dengan berat badan lebih dari empat kilogram.
  • Bayi dalam posisi posterior, yakni posisi kepala bayi berada di bawah dan badan menghadap ke bagian punggung ibu.
  • Bahu bayi tersangkut pada jalan lahir sehingga persalinan berlangsung lebih lebih lama.

Penanganan ruptur perineum

operasi besar

Setelah bayi Anda lahir, dokter atau bidan akan memeriksa vagina, perineum, lubang anus, dan rektum secara cermat untuk melihat ada atau tidaknya robekan.

Tenaga medis akan menilai tingkat keparahan saat robekan terlihat. Selanjutnya, tenaga medis akan memberi tahu Anda seputar kondisi robekan sebelum melakukan tindakan lebih lanjut.

Berikut ini adalah beberapa metode yang umum dilakukan untuk menangani ruptur perineum.

1. Penjahitan luka robek

Kebanyakan ruptur perineum tingkat satu dan dua hanya membutuhkan jahitan sederhana. Dokter bisa melakukannya secara langsung di ruangan yang sama saat Anda bersalin.

Namun, bila Anda mengalami robekan tingkat tiga dan empat, dokter akan segera memindahkan Anda ke ruang operasi untuk mendapatkan tindakan yang lebih baik.

Prosedur perbaikan perineum dan sfingter anus dapat melibatkan dokter spesialis bedah. Ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan inkontinensia alvi atau tinja.

Setelah prosedur penjahitan selesai, dokter akan meresepkan obat pereda nyeri dan menempelkan kompres dingin pada jahitan untuk meredakan rasa sakit.

2. Perawatan di rumah

Pasien umumnya akan dipersilakan pulang pada hari yang sama. Beberapa wanita mungkin baru boleh pulang ke rumah beberapa hari setelah melahirkan.

Perawatan luka menjadi kunci utama supaya proses pemulihan ruptur perineum berjalan dengan optimal. Berikut ini beberapa perawatan rumahan yang umumnya disarankan dokter.

  • Bersihkan luka jahitan setiap kali buang air, lalu keringkan dengan kain lembut atau tisu secara perlahan hingga kering.
  • Tempelkan kompres dingin pada luka jahitan untuk meredakan nyeri dan pembengkakan.
  • Istirahat sebanyak mungkin dengan tidur atau berbaring dalam posisi miring. 
  • Hindari olahraga, jongkok, jalan menuruni tangga, atau mengangkat beban berat untuk mengurangi tekanan pada perineum.
  • Duduk memakai bantal yang empuk atau bantal donat bila Anda mengalami ruptur perineum derajat tiga atau empat.
  • Minum banyak air putih, konsumsi makanan tinggi serat, serta gunakan obat pencahar sesuai resep dokter untuk mencegah sembelit.
  • Minum antibiotik dan obat pereda nyeri sesuai resep dokter untuk mencegah infeksi serta mengurangi rasa sakit.

Pencegahan ruptur perineum

Perlu dipahami bahwa ruptur perineum tidak sepenuhnya bisa Anda hindari. Meski begitu, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menurunkan risikonya.

  • Olahraga rutin, misalnya dengan senam Kegel untuk memperkuat otot dasar panggul serta meningkatkan kelenturan jalan lahir dan perineum.
  • Lakukan pijat perineum untuk melenturkan vagina dan perineum mendekati waktu persalinan atau mulai pada usia kehamilan 34 minggu.
  • Hangatkan area perineum dengan kompres hangat selama proses persalinan normal.
  • Lakukan posisi persalinan yang dianjurkan dokter atau bidan untuk mengurangi risiko terjadinya ruptur perineum.

Ruptur perineum merupakan komplikasi persalinan yang umum terjadi. Anda mungkin masih bisa merasakan nyeri atau perih pada area sekitar robekan selama 2–3 minggu.

Dalam kasus yang lebih parah, penyembuhan total dapat memakan waktu selama 6–8 minggu.

Hubungi dokter bila Anda mengalami gejala tidak wajar, seperti rasa sakit berkelanjutan, infeksi, perdarahan, kebocoran atau inkontinensia tinja, ataupun nyeri saat berhubungan intim.

Dokter akan memeriksa Anda dan memberikan tindakan lebih lanjut. Jika Anda memiliki kekhawatiran terhadap kondisi ini, konsultasikan dengan dokter Anda.

Kesimpulan

  • Ruptur perineum adalah robekan area antara vagina dan anus yang terbentuk saat seseorang melahirkan secara normal.
  • Tergantung tingkat keparahannya, kondisi ini bisa menimbulkan gejala berupa rasa perih, nyeri ringan, perdarahan, hingga kebocoran atau inkontinensia tinja.
  • Komplikasi ini umumnya disebabkan oleh ukuran bayi yang besar, persalinan pertama kali, dan penggunaan alat bantu persalinan, seperti forsep dan vakum ekstraktor.
  • Penanganan robekan perineum melibatkan jahitan untuk menutup luka. Senam Kegel dan pijat perineum dianggap bisa mengurangi risiko kondisi ini.

[embed-health-tool-due-date]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Vaginal Tears During Childbirth. (2023). Cleveland Clinic. Retrieved January 19, 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21212-vaginal-tears-during-childbirth

Perineal tears. (2023). Pregnancy, Birth and Baby. Retrieved January 19, 2024, from https://www.pregnancybirthbaby.org.au/perineal-tears

Perineal tears during childbirth. (n.d.). Royal College of Obstetricians & Gynaecologists. Retrieved January 19, 2024, from https://www.rcog.org.uk/for-the-public/perineal-tears-and-episiotomies-in-childbirth/perineal-tears-during-childbirth/

How to do perineal massage: A step-by-step guide. (2021). National Childbirth Trust. Retrieved January 19, 2024, from https://www.nct.org.uk/pregnancy/worries-and-discomforts/common-discomforts/how-do-perineal-massage-step-step-guide

Ramar, C.N., & Grimes, W.R. (2023). Perineal Lacerations. StatPearls. Retrieved January 19, 2024, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559068/

Megadhana, I. W., Indrawan, I. G., Sanjaya, I. N., & Aryana, M. B. (2022). The prevalence and characteristics of perineal rupture during vaginal delivery at Sanglah General Hospital and regional hospitals in Bali from January 2018 until December 2019 period. Bali Medical Journal, 11(1), 356-359. https://doi.org/10.15562/bmj.v11i1.3067

Versi Terbaru

25/01/2024

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Apakah Mungkin Ibu Melahirkan Normal Tanpa Jahitan?

Tips Melahirkan Normal agar Lancar, Cepat, dan Nyaman


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 25/01/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan