Mendekati waktu persalinan, rahim akan berkontraksi untuk mempersiapkan jalan lahir. Namun, kontraksi mungkin tidak terjadi karena beberapa hal sehingga ibu hamil butuh induksi. Di samping manfaatnya, tak dapat dipungkiri bahwa induksi persalinan memiliki bahaya tersendiri.
Untuk memahami risiko efek samping dari prosedur induksi persalinan, simak informasi berikut.
Apa saja bahaya induksi persalinan?
Ada banyak kondisi yang membuat ibu hamil harus menerima induksi, mulai dari kehamilan yang sudah lewat HPL, pecah air ketuban terlalu dini, atau kehamilan berisiko tinggi.
Apa pun penyebabnya, alasan utama dokter melakukan induksi persalinan adalah demi keselamatan ibu dan janin. Durasi induksi persalinan biasanya memakan waktu 1—2 hari sampai waktu melahirkan tiba.
Sebelum memberikan induksi persalinan, dokter biasanya akan menjelaskan pula bahaya prosedur ini. Berikut adalah beberapa di antaranya.
1. Meningkatkan risiko melahirkan caesar
Salah satu tujuan induksi persalinan adalah melancarkan upaya melahirkan melalui pervaginaan. Namun, prosedur ini ternyata juga meningkatkan peluang Anda menjalani operasi caesar.
Menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal BMC Pregnancy and Childbirth, ibu hamil yang diinduksi mengalami peningkatan peluang operasi caesar hingga dua kali lipat dibandingkan ibu hamil dengan persalinan spontan.
Operasi caesar saat induksi persalinan biasanya terjadi ketika kontraksi justru terlalu kuat atau tidak kunjung berhasil.
2. Risiko timbulnya masalah kesehatan pada janin
Induksi persalinan alami maupun obat-obatan yang dilakukan lebih awal dari hari perkiraan lahir (HPL) bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan pada janin.
Pada janin yang belum memenuhi HPL, induksi justru dikhawatirkan membuat janin sulit bernapas.
Belum lagi, hati janin belum cukup matang untuk melakukan tugasnya sehingga berdampak pada peningkatan kadar bilirubin dalam darah janin.
Akibatnya, bayi mungkin terlahir dengan kulit dan mata menguning. Bayi dengan kondisi yang dikenal sebagai penyakit kuning ini biasanya harus menghabiskan lebih banyak waktu di rumah sakit.
3. Meningkatkan risiko infeksi pada janin
Menurut laman Kids Health for Parents, salah satu metode induksi persalinan adalah dengan membuat lubang kecil pada kantung ketuban atau amniotomi.
Setelah air ketuban habis, janin diharapkan segera keluar. Sayangnya, ada beberapa kondisi yang bisa membuatnya tetap bertahan di dalam rahim.
Induksi bisa meningkatkan risiko infeksi pada bayi dalam rahim. Pasalnya, salah satu fungsi air ketuban adalah melindungi janin dari kuman dan bakteri penyebab infeksi.
Infeksi selama proses induksi dikhawatirkan bisa memberikan efek jangka panjang pada janin.
4. Perdarahan usai melahirkan
Tak hanya selama persalinan, otot-otot rahim masih harus berkontraksi setelah melahirkan untuk menghentikan perdarahan.
Namun, ternyata induksi persalinan bisa meningkatkan risiko atonia uteri, yaitu kondisi ketika rahim tidak bisa berkontraksi dengan cukup kuat.
Atonia uteri perlu segera mendapat penanganan karena bisa menyebabkan perdarahan pascapersalinan.
5. Rahim robek
Metode induksi persalinan dengan obat-obatan biasanya tidak disarankan untuk ibu hamil yang memiliki riwayat operasi caesar atau operasi lainnya di daerah rahim.
Sebab, efek obat perangsang yang memberikan kontraksi terlalu kencang dapat meningkatkan risiko rahim robek atau ruptur uteri.
Oleh karena itu, bicarakan dengan dokter terlebih dahulu untuk mengetahui metode induksi paling tepat.
6. Penurunan detak jantung janin
Bahaya lain yang dikhawatirkan bisa terjadi saat mendapatkan induksi persalinan adalah penurunan detak jantung bayi.
Pasalnya, obat-obatan yang digunakan untuk induksi persalinan akan membuat kontraksi lebih sering dan terlalu berdekatan. Akibatnya, detak jantung janin bisa menjadi tidak stabil dan membahayakannya.
Dengan begitu, induksi persalinan harus dilakukan dengan pengawasan dan pemantauan langsung dari dokter kandungan.
7. Proses induksi bisa gagal
Sama seperti prosedur perawatan lainnya, induksi persalinan juga memiliki risiko kegagalan. Induksi dianggap gagal jika tanda-tanda kontraksi tidak kunjung terlihat setelah 24 jam.
Berikut adalah beberapa kondisi yang dinilai menjadi faktor penyebab induksi persalinan gagal.
- Usia kehamilan lebih dari 41 minggu.
- Ketuban pecah lebih awal atau terlalu sedikit.
- Punya riwayat medis, seperti diabetes gestasional atau hipertensi.
- Usia ibu hamil lebih dari 35 tahun.
Apabila induksi gagal dilakukan, dokter akan menyarankan operasi caesar demi keselamatan ibu dan janin.
Kesimpulan
[embed-health-tool-due-date]