Meski Anda sudah merencanakan semuanya dengan matang, ada beberapa kondisi yang kemungkinan baru Anda ketahui saat proses melahirkan dimulai.
Beberapa di antaranya tidak akan mengganggu proses persalinan. Akan tetapi, ada pula yang membuat ibu mungkin membutuhkan perawatan tambahan. Apa sajakah itu?
Hal tak terduga yang mungkin terjadi selama persalinan
Dengan mempersiapkan diri terhadap berbagai kemungkinan selama persalinan, ibu hamil dan suami diharapkan bisa lebih tenang saat menantikan kehadiran si Kecil.
Berikut adalah beberapa hal tak terduga yang bisa terjadi saat melahirkan.
1. Perubahan rencana persalinan
Ibu hamil biasanya sudah membuat rencana persalinan dengan bantuan dokter supaya bisa menyesuaikan persiapan melahirkan yang dibutuhkan.
Rencana ini biasanya berupa metode persalinan, ruang bersalin, pendamping persalinan, hingga jenis bius pereda nyeri yang akan digunakan.
Meski sudah disusun sedemikian rupa, bukan tidak mungkin rencana persalinan tersebut berubah menjelang atau bahkan di tengah-tengah proses persalinan.
Sebagai contoh, ibu hamil yang sudah diizinkan melakukan persalinan pervaginam mungkin harus menerima operasi caesar darurat karena beberapa hal.
Dokter biasanya menyarankan atau bahkan mengharuskan pergantian metode persalinan ini demi keselamatan ibu dan janin.
2. Buang air kecil setelah menerima bius
Untuk mengurangi rasa sakit saat melahirkan, Anda akan menerima bius epidural. Setelah disuntikkan, bius akan menyebabkan mati rasa atau sensasi lemas pada otot panggul dan sekitarnya.
Selain mengurangi rasa sakit, efek epidural akan membuat Anda tidak bisa menahan keluarnya urine. Untuk mengantisipasi hal ini, dokter mungkin sudah memasang kateter sebelum persalinan.
Akan tetapi, jika urine tidak bisa tertahan sebelum kateter terpasang, petugas medis akan membersihkannya tanpa sungkan.
Anda hanya perlu menyiapkan perlengkapan melahirkan berupa baju ganti untuk mengantisipasi hal ini.
3. Buang air besar saat mengejan
Meski bayi dan feses keluar lewat jalur yang berbeda, proses persalinan melibatkan otot yang Anda gunakan saat buang air besar.
Oleh karena itu, ada kemungkinan bagi ibu untuk buang air besar saat melahirkan.
Jika hal ini terjadi, Anda tidak perlu merasa sungkan atau malu karena dokter dan petugas medis yang mendampingi pasti sudah memperkirakannya.
Mereka akan dengan sigap membersihkan tinja yang keluar sehingga Anda dapat melanjutkan proses persalinan dengan nyaman
4. Sering kentut atau buang angin
Mengutip laman Unity Point Health, stres, kondisi hormon, dan kontraksi yang semakin sering menjelang persalinan dapat mengiritasi usus dan membuat perut kembung.
Alhasil, Anda mungkin sering buang angin atau kentut menjelang atau selama proses persalinan. Fungsi usus yang melambat karena bius juga akan memberikan efek serupa.
Lagi-lagi, Anda tidak perlu merasa malu karena hal ini merupakan sesuatu yang normal dan tidak mengganggu persalinan.
Umumnya, dokter dan petugas medis akan bersikap seolah-olah hal itu tidak pernah terjadi karena ini memang hal yang lazim.
5. Perlu episiotomi untuk mengeluarkan janin
Episiotomi adalah pembuatan sayatan kecil pada perineum atau area antara vagina dan anus sehingga janin memiliki jalan keluar yang lebih besar.
National Health Services menyebutkan bahwa kemungkinan episiotomi dilakukan untuk mengurangi risiko robekan alami Miss V yang terlalu besar saat melahirkan. Pasalnya, waktu pemulihan robekan Miss V mungkin akan lebih lama jika semakin lebar.
Meski begitu, ibu tidak perlu khawatir jika vagina terlanjur robek sebelum mendapatkan episiotomi.
Jika ukurannya tidak terlalu lebar, luka pada Miss V mungkin sembuh sendirinya. Apabila robekannya terlalu lebar, ibu mungkin mendapatkan beberapa jahitan.
6. Mual dan muntah
Bukan hanya menjelang persalinan, mual dan muntah juga merupakan hal tak terduga yang bisa terjadi selama proses persalinan. Kondisi ini umumnya terjadi pada tahap pertama persalinan ketika serviks mulai melunak.
Menjelang persalinan, otot rahim akan menegang untuk berkontraksi. Sebaliknya, otot pencernaan justru akan melemah sehingga meningkatkan risiko mual dan muntah.
Demi meminimalkan risiko ini, ibu hamil yang akan segera melahirkan biasanya diminta untuk memilih makanan yang mudah dicerna.
Pada beberapa ibu hamil, penggunaan obat bius seperti epidural juga berpotensi menyebabkan rasa mual dan muntah karena tekanan darah yang menurun.
7. Plasenta tertinggal di rahim
Biasanya, plasenta yang menjadi “rumah” bagi janin akan keluar dengan sendirinya kira-kira 5–20 menit setelah bayi Anda lahir. Akan tetapi, plasenta bisa juga tertinggal di rahim karena beberapa hal.
Dalam dunia medis, hal tak terduga seperti ini dikenal sebagai retensio plasenta dan termasuk sebagai salah satu komplikasi persalinan.
Untuk mengatasinya, dokter akan berusaha mengeluarkan plasenta secara manual (dengan tangan) atau memberikan obat-obatan supaya rahim berkontraksi dan mengeluarkannya dengan sendirinya.
Retensio plasenta perlu segera diatasi karena bisa meningkatkan kemungkinan komplikasi lain saat melahirkan, seperti infeksi rahim dan polip.
8. Rahim robek saat melahirkan
Tekanan yang terlalu besar selama persalinan bisa menyebabkan rahim ibu hamil robek. Meski begitu, kemungkinannya sangat kecil, yakni kurang dari satu persen.
Kondisi yang secara medis disebut ruptur uteri ini lebih sering terjadi pada ibu dengan riwayat operasi di area rahim, seperti caesar.
Ruptur uteri sebenarnya bisa berkembang selama kehamilan, tetapi gejalanya memang baru terlihat saat proses persalinan.
Karena kondisi ini bisa berakibat fatal, dokter akan segera memberi tindakan dengan mengganti metode persalinan menggunakan operasi caesar.
Beberapa hal tak terduga yang mungkin terjadi selama persalinan adalah perubahan metode persalinan, buang air kecil atau air besar saat tindakan, rahim yang robek, hingga dibutuhkannya episiotomi untuk membuka jalan lahir. Apa pun yang terjadi, petugas medis akan mengupayakan berbagai tindakan demi keselamatan ibu dan janin.
[embed-health-tool-due-date]