backup og meta

1

Bagikan

Melahirkan dengan Forceps, Ini Prosedur hingga Risikonya

DefinisiIndikasiKontraindikasiProsedurRisiko

Persalinan normal melalui vagina terkadang bisa mengalami masalah sehingga menghambat proses keluarnya bayi melalui jalan lahir. Pada situasi seperti ini, dokter mungkin akan menggunakan alat yang disebut forceps untuk mempermudah jalannya persalinan.

Apa itu forceps?

Forceps atau forsep adalah alat bantu persalinan yang berbentuk mirip sendok atau penjepit besar. Terdapat dua capitan pada kedua ujungnya dan satu gagang sebagai pegangannya.

Sama seperti ekstraksi vakum, fungsi forceps adalah membantu melancarkan persalinan. Alat ini digunakan untuk memandu kepala bayi agar bayi bisa keluar melalui jalan lahir.

Umumnya, alat ini dibutuhkan ketika proses melahirkan normal mengalami hambatan, misalnya kontraksi yang tidak cukup kuat atau upaya mengejan yang kurang optimal.

Dikutip dari situs UT Southwestern Medical Center, forsep tidak menarik bayi secara langsung, tetapi membantu mengarahkan bayi keluar melalui jalan lahir.

Walaupun menggunakan forceps, Anda tetap harus mengejan saat melahirkan. Kombinasi tekanan kuat dari kontraksi dengan tarikan dari forceps akan mempermudah proses keluarnya bayi.

[embed-health-tool-due-date]

Kapan forceps digunakan saat melahirkan?

ngeden mengejan saat melahirkan

Persalinan dengan forceps biasanya dipilih ketika sudah saatnya bayi lahir dan ibu masih memiliki kekuatan untuk kontraksi serta mengeluarkan bayi.

Beberapa syarat untuk melahirkan dengan forsep adalah sebagai berikut.

  • Sudah terjadi pembukaan lengkap.
  • Janin cukup bulan (usia kehamilan di atas 37 minggu).
  • Bagian janin yang dekat dengan panggul ibu adalah kepala.
  • Kepala sudah turun mendekati liang vagina.
  • Kontraksi melahirkan terbilang baik dan ibu tidak gelisah.
  • Ketuban sudah pecah.
  • Tindakan dilakukan di rumah sakit rujukan.

Berikut ini adalah beberapa kondisi melahirkan yang biasanya perlu melibatkan penggunaan forceps.

  • Bayi tidak mengalami pergerakan sama sekali meski ibu sudah berupaya melakukan kontraksi berkali-kali.
  • Ada masalah pada detak jantung bayi sehingga bayi harus segera dilahirkan, tetapi dengan catatan bayi tidak dalam kondisi gawat janin.
  • Ibu memiliki riwayat masalah kesehatan tertentu, seperti penyakit jantung, sehingga waktu persalinan perlu dipersingkat.

Pada beberapa kasus, dokter mungkin harus melakukan tindakan gunting vagina (episiotomi) untuk memperlebar ukuran jalur lahir.

Episiotomi dilakukan di sepanjang otot antara vagina dan anus agar bayi bisa segera dikeluarkan. Setelah bayi berhasil keluar, bagian tersebut akan dijahit kembali seperti semula.

Seberapa umum melahirkan dengan forceps?

Artikel dalam Journal of Mother and Child (2023) menemukan bahwa persalinan dengan forsep dilakukan pada 2,2% kasus persalinan normal. Tindakan ini paling umum dilakukan untuk mengatasi gawat janin atau kondisi ketika janin tidak mendapatkan cukup pasokan oksigen.

Kondisi yang tidak ditangani dengan penggunaan forceps

Forceps memang akan membantu melancarkan proses melahirkan normal atau melalui vagina.

Akan tetapi, pemakaian forsep untuk melahirkan tidak disarankan untuk kondisi tertentu seperti berikut ini.

  • Bayi memiliki masalah dengan tulang atau kelainan perdarahan, seperti osteogenesis imperfecta dan hemofilia.
  • Kepala bayi belum sampai di titik tengah jalan lahir.
  • Posisi kepala bayi tidak terdeteksi.
  • Bahu atau lengan bayi yang keluar terlebih dahulu melalui vagina, bukan kepalanya.
  • Ukuran panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran kepala bayi sehingga bayi tidak dapat masuk ke dalam panggul.
  • Ibu sudah lelah dan tidak ada tenaga untuk mengejan saat kontraksi.

Penggunaan forceps hanya dilakukan bila ibu hamil melahirkan di rumah sakit, bukan di rumah.

Jika diperlukan, dokter juga akan memberikan induksi persalinan agar rahim dapat berkontraksi dengan optimal.

Proses melahirkan dengan forceps

melahirkan normal

Membayangkan ada sebuah alat yang dimasukkan ke dalam vagina ketika melahirkan mungkin membuat Anda sedikit merasa takut.

Padahal, Anda tidak perlu cemas karena penggunaan forceps sebenarnya aman asalkan dilakukan oleh ahlinya. 

Sebagai gambaran, berikut ini adalah tahapan proses melahirkan dengan menggunakan forsep.

1. Sebelum penggunaan forceps

Tim medis akan memasangkan kateter untuk mengosongkan urine dari dalam kandung kemih. Selanjutnya, dokter mungkin membuat sayatan episiotomi di antara vagina dan anus.

Hal ini bertujuan untuk mempermudah masuknya forsep saat melahirkan dan membuat proses keluarnya bayi berjalan dengan lancar.

2. Selama penggunaan forceps

Selayaknya melahirkan normal, Anda harus berada dalam posisi berbaring dengan kedua kaki terbuka lebar sesaat sebelum penggunaan forceps.

Di sela-sela kontraksi yang teratur terjadi selama melahirkan normal, dokter akan memasukkan forsep ke dalam vagina sampai alat ini menyentuh kepala bayi.

Dokter menempatkan salah satu capitan forceps di samping kepala bayi. Lalu, capitan satunya akan ditempatkan di sisi lain kepala bayi.

Sambil Anda mengejan sesuai instruksi, dokter akan menggerakkan alat ini untuk membimbing bayi keluar secara perlahan melalui jalan lahir.

Terkadang, melahirkan dengan bantuan forceps tidak selalu berhasil. Sebagai alternatif, dokter mungkin menyarankan penggunaan alat bantu persalinan berupa vakum ekstraktor.

Jika cara tersebut juga tidak membuahkan hasil, operasi caesar dapat menjadi pilihan terakhir.

3. Setelah penggunaan forceps

Karena proses melahirkan normal dengan forceps melibatkan alat bantu, terdapat risiko cedera pada kepala bayi.

Setelah bayi berhasil lahir dengan selamat, dokter dan tim medis akan memeriksa kondisi bayi Anda.

Dokter juga akan memeriksa kondisi Anda untuk memastikan apakah terdapat komplikasi akibat penggunaan forsep saat melahirkan.

Jika Anda mendapat sayatan episiotomi selama menjalani persalinan ini, dokter akan menjahit dan memperbaiki area sayatan tersebut.

Risiko forceps pada persalinan

Melahirkan dengan forceps setidaknya bisa membantu mempermudah proses kelahiran normal.

Hal ini karena melahirkan dengan forsep membutuhkan waktu yang lebih singkat sehingga bisa mengurangi kemungkinan komplikasi persalinan pada ibu dan bayi.

Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan melahirkan dengan forceps dapat menimbulkan cedera, baik pada Anda maupun bayi.

Beberapa kemungkinan risiko melahirkan dengan forsep bagi bayi adalah sebagai berikut.

  • Cedera pada wajah karena tekanan dari forsep.
  • Kelemahan otot wajah untuk sementara waktu atau kelumpuhan pada wajah.
  • Fraktur tengkorak atau retak pada tulang tengkorak.
  • Perdarahan pada tengkorak.
  • Tubuh kejang.

Sementara bagi ibu melahirkan, beberapa efek samping yang dapat terjadi adalah sebagai berikut.

  • Timbul rasa nyeri atau sakit di antara vagina dan anus setelah melahirkan.
  • Muncul cedera pada kandung kemih dan saluran kemih (uretra).
  • Mengalami inkontinensia urine atau sulit mengontrol keinginan buang air kecil.
  • Mengalami anemia karena perdarahan selama persalinan.
  • Mengalami ruptur uteri atau rahim robek.
  • Otot ligamen yang menopang panggul melemah sehingga membuat posisi panggul berubah.

Cedera serius biasanya jarang terjadi pada bayi yang dilahirkan dengan menggunakan forceps.

Pada awal kelahiran, bayi akan memiliki sedikit tanda kecil pada wajahnya sebagai bekas cengkraman forsep. Namun, tanda tersebut lama-kelamaan akan menghilang dengan sendirinya.

Kesimpulan

  • Forceps adalah alat bantu persalinan berbentuk seperti sendok atau tang besar yang digunakan untuk memandu bayi keluar melalui jalan lahir.
  • Alat ini umumnya digunakan ketika persalinan normal mengalami hambatan, misalnya akibat kontraksi yang lemah atau upaya mengejan yang kurang optimal.
  • Walaupun membantu melancarkan persalinan, penggunaan forceps juga membawa risiko, seperti cedera pada wajah janin dan nyeri vagina pada ibu melahirkan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Assisted delivery (forceps or ventouse). (2023). Pregnancy, Birth and Baby. Retrieved March 5, 2025, from https://www.pregnancybirthbaby.org.au/assisted-delivery-forceps-or-ventouse

Forceps or vacuum delivery. (2020). NHS UK. Retrieved March 5, 2025, from https://www.nhs.uk/pregnancy/labour-and-birth/what-happens/forceps-or-vacuum-delivery/

Forceps delivery: What to expect, risks & recovery. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved March 5, 2025, from https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/23260-forceps-delivery

Lo, J. Y. (2022). What moms should know about forceps and vacuum deliveries. UT Southwestern Medical Center. Retrieved March 5, 2025, from https://utswmed.org/medblog/forceps-vacuum-delivery/

Evanson, S.M., & Riggs, J. (2023). Forceps Delivery. StatPearls Publishing. Retrieved March 5, 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538220/

Zając, K., Rybnik, M., Kęsiak, M., & Kalinka, J. (2023). Is There Still a Place for Forceps Delivery in Modern Obstetrics?. Journal of mother and child, 27(1), 176–181. https://doi.org/10.34763/jmotherandchild.20232701.d-23-00057

Versi Terbaru

18/03/2025

Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari

avatar

Ditinjau oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None · Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Diperbarui 18/03/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan