Dalam melakukan persiapan kehamilan, yang menjadi pusat perhatian sering kali hanyalah soal kesehatan istri. Padahal, istri tidak bisa hamil begitu saja tanpa peran suami. Suami sebagai pemilik sel sperma punya peran penting dalam terjadinya pembuahan dan program hamil (promil) itu sendiri.
Peran utama suami dalam program kehamilan (promil)
Isu kesuburan seharusnya milik kedua pihak, yaitu suami dan istri. Faktor kesuburan pria memberi sumbangan 48% dari semua kasus ketidaksuburan.
Sementara itu, ketidaksuburan pria itu sendiri kira-kira sepertiga dari semua kasus ketidaksuburan.
Dalam satu kali ejakulasi, pria menghasilkan sekitar 50 juta sperma. Akan tetapi, tidak semua sperma itu dalam kondisi baik atau matang.
Biasanya, hanya ratusan sperma yang betul-betul matang dan bisa membuahi sel telur.
Pada akhirnya, hanya satu sperma yang bisa mencapai sel telur. Keberhasilan pembuahan tergantung pada produksi sperma yang sehat karena sperma harus berenang menempuh perjalanan panjang untuk mencapai sel telur.
Ini sering diabaikan oleh banyak pasangan. Dampaknya, mereka menganggap bahwa hubungan seksual yang teratur akan dengan sendirinya membuahkan kehamilan.
Padahal, tiga hal penting yang menentukan apakah pembuahan berhasil adalah jumlah sperma, kualitas sperma dan gerak sperma. Bila ketiganya sehat, pembuahan pun akan mudah terjadi.
Selain memelihara kesehatan dan kualitas sperma, peran lain suami dalam promil yaitu:
- menjaga berat badan ideal,
- tidak merokok atau minum alkohol,
- mengelola stres dengan baik,
- mengajak istri berhubungan intim secara rutin untuk meningkatkan peluang hamil,
- menjaga kesehatan mental dengan sebaik mungkin,
- menghindari paparan zat beracun (misalnya dari semprotan serangga atau zat kimia di tempat kerja),
- memeriksa riwayat kesehatan pribadi, serta
- rutin berolahraga, jauh sebelum berencana hamil.
Faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan sperma
Salah satu peran suami dalam promil adalah memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan dan kualitas sperma. Berikut di antaranya.
1. Konsumsi makanan mengandung antioksidan
Ingat bahwa sperma merupakan sebuah sel. Antioksidan dibutuhkan untuk mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas yang dihasilkan oleh tubuh ketika memproses makanan.
Radikal bebas terbentuk ketika seseorang mengonsumsi obat-obatan, merokok, terkena radiasi dan polutan.
Untuk memiliki sperma yang sehat, suami sebaiknya memperbanyak konsumsi makanan mengandung antioksidan seperti berikut.
- Buah-buahan, terutama tomat, pepaya, jambu biji, dan semangka.
- Sayuran hijau, seperti bayam, selada, dan brokoli.
- Produk hewani, seperti makanan laut, telur, yoghurt, dan keju.
- Kacang-kacangan.
- Minyak nabati.
2. Paparan nikotin
Nikotin yang mengandung kotinin dapat mengubah sperma normal menjadi tidak subur. Jenis racun ini melemahkan kepala sperma untuk menembus zona sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan.
3. Berat badan
Terlalu banyak lemak tubuh dapat menghambat produksi hormon yang dibutuhkan untuk reproduksi.
Hal ini akan berpengaruh pada jumlah sperma dan meningkatkan persentase sperma yang tidak sehat atau abnormal.
Peran suami dalam hal ini adalah menjaga berat badan hingga mencapai berat badan normal atau ideal sebelum promil. Dengan begitu, kualitas sperma dan kesuburan pun dapat meningkat.
4. Usia
Tidak jarang ditemui seorang pria menjadi ayah pada usia yang tidak muda lagi. Itu bisa saja terjadi.
Namun, tetap harus diketahui bahwa kualitas gen di dalam sperma, juga volume dan kecepatan geraknya cenderung menurun dengan bertambahnya usia.
Kemunduran kualitas gen dan kromosom terjadi pada pria yang berusia di atas 31 tahun.
Pasangan suami-istri yang berencana memiliki momongan setelah mencapai usia ini dapat berkonsultasi terlebih dulu untuk memilih program hamil yang tepat.
5. Suhu
Sperma sangat peka dan tidak dapat bertahan hidup dalam suhu tinggi.
Tubuh memang dilengkapi dengan mekanisme penurunan suhu, tetapi paparan panas yang terus-menerus pada tubuh bagian bawah atau area testis berdampak pada kesehatan sperma.
6. Stres dan gangguan emosi
Gangguan emosi dan stres dapat meningkatkan kadar adrenalin dalam tubuh. Tingginya kadar adrenalin dapat menghambat hormon lain yang dibutuhkan untuk produksi sperma.
Menghindari stres hampir mustahil, tetapi yang dapat dilakukan adalah mengelola stres tersebut.
Olahraga merupakan salah satu cara mengurangi stres karena merangsang produksi endorfin pada otak yang membuat pikiran menjadi lebih rileks.
Keberhasilan program kehamilan (promil) melibatkan peran suami dan istri. Pada suami, fokus utamanya adalah menjaga kesehatan sperma sebaik mungkin demi meningkatkan peluang kehamilan.
“Apabila pasangan sudah menikah satu tahun, melakukan hubungan suami-istri secara rutin namun belum memiliki momongan, sudah harus segera memeriksakan diri ke dokter kandungan. Jika terdapat kelainan pada organ reproduksi, setidaknya masih cukup waktu untuk diobati. Menunda kehamilan sampai batas usia (lebih dari 32 tahun) akan menurunkan kualitas sel sperma dan sel telur sehingga berdampak pada kesuburan,” jelas Dr. dr. Arie A. Polim, D.MAS, MSc, Sp.OG(K)-FER, Direktur Medis PT. Morula Indonesia.
Artikel ini adalah hasil kerja sama antara Hello Sehat dan PT. Morula Indonesia.
[embed-health-tool-ovulation]