Apakah Ibu saat ini sedang hamil dan ingin mempercantik diri dengan pakai henna di kuku atau kulit? Mengingat tato permanen berisiko menimbulkan infeksi, pemakaian tato temporer seperti henna sering menjadi pilihan. Sebenarnya, amankah jika ibu hamil membuat tato dari henna? Berikut penjelasannya.
Bolehkah ibu pakai henna saat hamil?
Mengutip dari American Pregnancy Association (APA), henna termasuk tato temporer yang aman untuk ibu hamil.
Namun, ibu hamil harus lebih jeli karena ada berbagai tipe henna yang dijual di pasaran. Jenis tato henna yang aman untuk ibu yang terbuat dari bahan alami.
Henna alami terbuat dari daun henna yang sudah melalui proses pengeringan dan penumbukkan hingga halus. Jenis henna yang satu ini bisa ibu pakai di kulit atau kuku.
Setelah menempelkan pada kulit atau kuku, henna ini meninggalkan bekas kecokelatan, oranye kecokelatan, atau cokelat kemerahan selama 1-3 minggu.
Cara mengetahui bahan henna yang alami
Henna yang tidak alami cenderung berwarna hitam.
Henna hitam ini mengandung zat kimia para-phenylenediamine (PPD) yang rentan menimbulkan reaksi gatal, ruam, dan iritasi kulit.
Foods and Drugs Administration (FDA) Amerika Serikat tidak menyarankan penggunaan henna yang mengandung PPD pada kulit.
Walaupun tidak ada larangan, henna belum tentu aman bagi semua orang, terutama orang-orang yang memiliki kulit sensitif atau kondisi medis tertentu.
Penggunaan henna yang masih simpang siur keamanannya pasti membuat ibu hamil jadi bingung.
Bila ibu yang sedang mengandung masih ragu, menghindari penggunaan henna merupakan langkah yang bijak.
Pasalnya, saat hamil menggunakan bahan tertentu bisa sangat riskan.
Bukan hanya kesehatan sang ibu, janin dalam kandungan juga bisa terganggu perkembangan dan kesehatannya.
Tips aman menggunakan tato henna bagi ibu hamil
Selain bersifat tidak permanen, menggunakan henna juga mudah dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Cara pakai henna cukup mencampurkan bubuknya dengan air, kemudian mulai melukiskan pada kulit dan tunggu beberapa saat.
Setelah mengering, bilas henna dengan air dan akan meninggalkan bekas ukiran berwarna oranye atau cokelat pada kulit.
Akan tetapi, tidak hanya itu karena ada beberapa hal yang perlu ibu perhatikan agar menggunakan henna dengan aman dan nyaman.
1. Pilih henna tanpa kandungan para-phenylenediamine (PPD)
Pastikan henna tidak mengandung para-phenylenediamine (PPD). Ibu bisa periksa pada kemasan produk dan melihat bagian bahan baku atau ingredients.
Para-phenylenediamine (PPD) biasanya dipakai sebagai bahan pewarna rambut, tetapi sering juga terkandung dalam henna.
Kandungan para-phenylenediamine (PPD) pada henna bisa memicu alergi kulit berat. Kondisi awal yang akan ibu rasakan adalah gatal, nyeri, sampai kulit memerah.
2. Uji alergi
Untuk mengetahui keamanan henna, ibu hamil bisa melakukan uji alergi sebelum penggunaan cat untuk kuku dan kulit.
Caranya, ibu bisa mengoleskan sedikit henna pada bagian kecil kulit, seperti kaki atau lengan. Setelah mengoleskan pada kulit, tunggu selama satu sampai tiga jam.
Jika tidak ada reaksi alergi, ibu boleh menggunakan henna. Namun, bila muncul sensasi hangat, seperti terbakar pada kulit, sebaiknya hentikan penggunaan henna.
Kondisi yang membuat ibu perlu ke dokter
Segera periksa ke dokter jika ibu merasakan gejala setelah memakai henna, seperti:
- mual,
- kepala pusing,
- gatal-gatal, atau
- demam.
Membuat tato dari henna sudah jadi tradisi berabad tahun lamanya, terutama di beberapa negara wilayah Timur Tengah.
Salah satu tradisinya adalah membuat tato di perut dengan henna oleh para ibu hamil.
Sebelum menggunakan henna, ada baiknya ibu melakukan konsultasikan pada dokter lebih dulu untuk menyesuaikan dengan kondisi kesehatan.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]