Salah satu mitos kehamilan yang banyak dipercaya yakni ibu hamil tidak boleh menjahit karena dapat berbahaya untuk si jabang bayi nantinya. Sebenarnya, apakah ibu hamil boleh menjahit? Yuk, ketahui fakta lengkapnya di bawah ini.
Apakah ibu hamil boleh menjahit pakai tangan?
Saat melihat baju suami atau anak robek, mungkin Anda ingin segera memperbaikinya. Namun, pantangan menjahit saat hamil membuat Anda maju-mundur untuk melakukannya.
Pantangan menjahit saat hamil ini berakar dari mitos bahwa aktivitas ini bisa menyebabkan bayi mengalami cacat lahir, khususnya bibir sumbing.
Aktivitas menggunting kain dan menusuk dengan jarum ini dipercaya bisa membuat janin dalam kandungan merasa kesakitan. Hal ini juga diyakini bisa membuat proses persalinan jadi lebih sulit.
Lantas, apakah Anda benar-benar tidak boleh menjahit pakai tangan selama kehamilan? Tentu saja, tidak. Ini adalah satu dari banyak mitos kehamilan yang dipercaya turun-temurun.
Hingga saat ini, tidak ada penelitian yang membahas dampak buruk menjahit ketika hamil untuk kesehatan ibu maupun janin dalam kandungan.
Mitos seputar ibu hamil yang menjahit
Beberapa orang percaya bahwa ibu hamil tidak boleh menjahit karena alasan berikut ini.
1. Bayi cacat lahir
Menjahit saat hamil dianggap bisa membuat bayi lahir dengan bibir sumbing. Bentuk cacat lahir pada wajah ini ditandai dengan munculnya celah pada mulut bayi.
Kelainan ini terjadi saat jaringan pembentuk bibir dan langit-langit mulut gagal menyatu dengan sempurna selama janin berkembang dalam kandungan.
Dikutip dari Mayo Clinic, beberapa faktor yang meningkatkan risiko cacat lahir ini antara lain:
- memiliki riwayat keluarga dengan bibir sumbing,
- mengidap diabetes gestasional atau gula darah tinggi saat hamil,
- mengalami kelebihan berat badan atau obesitas saat hamil, hingga
- paparan zat saat hamil, termasuk dari rokok, alkohol, atau obat-obatan tertentu.
2. Proses persalinan yang sulit
Dalam dunia medis, persalinan yang terasa sulit atau macet disebut distosia (dystocia), failure to progress, atau prolonged labor.
Kondisi ini membuat ibu hamil membutuhkan waktu lebih lama untuk bersalin, yakni sekitar 20 jam atau bahkan lebih.
Distosia tidak terjadi karena ibu hamil menjahit, melainkan karena faktor-faktor berikut ini.
- Postur tubuh ibu pendek atau kurang dari 140 sentimeter (cm).
- Usia ibu lebih dari 35 tahun saat hamil dan melahirkan.
- Usia kehamilan lebih dari 41 minggu.
- Ibu mengandung bayi kembar dua, tiga, atau bahkan lebih.
- Kelainan pada jalan lahir, seperti panggul sempit atau leher rahim sulit terbuka.
- Pengaruh psikologis dan obat-obatan tertentu yang melemahkan kontraksi.
Tahukah Anda?
Dari mana asal mitos tidak boleh menjahit saat hamil?
Tidak hanya menjahit, beberapa mitos kehamilan kerap kali berhubungan dengan benda tajam, seperti ibu hamil tidak boleh menggunting kuku atau memotong rambut.
Kemunculan mitos tentu bukan tanpa alasan. Di balik kata-katanya yang umumnya menakutkan dan melebih-lebihkan, ada saran yang bertujuan menjaga kesehatan ibu hamil dan janin.
Berikut ini adalah beberapa risiko yang perlu Anda waspadai bila hendak menjahit saat hamil.
1. Terlalu lama duduk
Anda akan duduk dalam waktu yang lama saat menjahit. Kebiasaan ini bisa meningkatkan risiko nyeri punggung bawah dan gangguan sirkulasi darah saat hamil.
Selain itu, posisi duduk yang tidak tepat juga dapat menimbulkan tekanan pada perut. Hal ini mungkin bisa berdampak negatif bagi perkembangan janin.
2. Kurang fokus
Studi dalam Scientific Reports (2021) menemukan bahwa fungsi kognitif (kemampuan berpikir) wanita dapat menurun selama kehamilan. Kondisi ini umumnya dikenal sebagai pregnancy brain.
Kondisi ini bisa membuat Anda kurang fokus dan awas ketika hamil. Akibatnya, penggunaan benda tajam saat menjahit, seperti jarum dan gunting, berpotensi melukai diri Anda.
3. Kontraksi dini
Gerakan mengayuh mesin jahit manual atau getaran akibat mesin jahit elektrik juga dianggap dapat menyebabkan munculnya kontraksi pada ibu hamil.
Kondisi ini memang tidak memengaruhi semua ibu hamil. Namun, pada ibu hamil yang sensitif, kontraksi dini dapat meningkatkan risiko keguguran atau kelahiran prematur.