Plasenta atau ari-ari merupakan organ yang berperan penting selama kehamilan. Salah satu komplikasi persalinan yang bisa terjadi pada plasenta adalah plasenta akreta atau ari-ari lengket.
Komplikasi persalinan yang satu ini bisa membahayakan ibu dan janin. Simak gejala, penyebab, hingga penanganannya di sini.
Apa itu plasenta akreta?
Plasenta akreta adalah kondisi ketika plasenta tumbuh terlalu dalam di dinding rahim. Kondisi ini termasuk dalam gangguan yang disebut retensio plasenta (plasenta tertahan).
Plasenta yang lengket tetap akan berada di dalam rahim meski ibu hamil sudah melahirkan. Padahal, normalnya plasenta akan ikut luruh saat proses persalinan.
Jika tidak diatasi, plasenta akreta bisa menyebabkan perdarahan hebat saat melahirkan. Kondisi ini bahkan bisa mengancam nyawa ibu yang telah melahirkan.
Tanda dan gejala plasenta akreta
Ibu hamil dengan plasenta akreta biasanya tidak merasakan gejala apa pun. Akan tetapi, tidak semua kasus ari-ari lengket seperti ini.
Mengutip laman Boston Hospital & Medical Center, ibu hamil bisa mengalami perdarahan hebat atau nyeri panggul jika ia juga mengalami plasenta previa.
Gejala tersebut biasanya ditemukan pada minggu ke 28–40 atau trimester tiga kehamilan. Jika terjadi perdarahan, ibu hamil harus segera mendapatkan perawatan oleh dokter.
Penyebab plasenta akreta
Placenta accreta diketahui berkaitan dengan kondisi rahim yang tidak normal karena jaringan parut setelah caesar atau operasi rahim lainnya.
Meski begitu, penyebab plasenta atau ari-ari lengket belum diketahui secara pasti. Ibu hamil yang tidak memiliki riwayat operasi rahim pun bisa mengalaminya.
Selain itu, ibu hamil dengan berbagai kondisi berikut dinilai lebih berisiko mengalami plasenta lengket.
- Riwayat caesar atau operasi rahim lainnya, seperti miomektomi (pengangkatan fibroid).
- Hamil di atas usia 35 tahun.
- Kondisi abnormal pada plasenta, seperti plasenta previa.
- Hamil melalui program bayi tabung.
- Riwayat placenta accreta.
Jika Anda hamil dengan salah satu berbagai kondisi di atas, pastikan untuk melahirkan di rumah sakit.
Saat pergi ke rumah sakit, jangan lupa untuk melakukan persiapan persalinan, termasuk menyediakan perlengkapan melahirkan.
Komplikasi plasenta akreta
Apabila ari-ari tidak terlepas dari dinding rahim usai melahirkan karena placenta accreta, berikut adalah berbagai komplikasi yang bisa terjadi pada ibu melahirkan.
- Cedera pada organ sekitar rahim, termasuk usus dan kandung kemih.
- Gangguan pembekuan darah sehingga menyebabkan perdarahan hebat.
- Gagal paru-paru atau jantung karena perdarahan hebat.
- Kelahiran prematur, jika plasenta akreta menyebabkan perdarahan sebelum melahirkan.
- Kematian pada ibu melahirkan.
Sementara itu, bayi yang terlahir dengan plasenta lengket biasanya perlu dirawat terlebih dahulu di NICU. Umumnya, kondisi ini memang tidak berdampak langsung pada bayi.
Diagnosis placenta accreta
Plasenta akreta biasanya terdeteksi melalui pemeriksaan rutin USG selama kehamilan karena kondisi ini tidak memiliki gejala khusus.
Dokter akan menegakkan diagnosis dengan pemeriksaan MRI. Melalui pemeriksaan ini, dokter bisa mengetahui seberapa dalam plasenta yang tertanam.
Melalui hasil MRI, dokter juga bisa membedakan placenta accreta menjadi tiga jenis berdasarkan tingkat keparahannya seperti berikut.
- Plasenta akreta: plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim. Jenis yang paling sering ditemukan.
- Plasenta inkreta: plasenta tumbuh lebih dalam hingga mencapai otot rahim.
- Plasenta perkreta: plasenta menembus dinding rahim atau bahkan melekat pada organ di sekitar, seperti kandung kemih atau usus. Pada kondisi ini, bisa terjadi kerusakan organ.
Pengobatan plasenta akreta
Jika plasenta akreta terdiagnosis sebelum melahirkan dan tidak menimbulkan keluhan, dokter akan melakukan pemantauan kehamilan secara berkala.
Sementara itu, jika placenta accreta didiagnosis pada trimester ketiga karena adanya perdarahan, dokter akan menganjurkan pasien untuk istirahat total dan menjalani perawatan di rumah sakit.
Ibu hamil dengan plasenta akreta biasanya dianjurkan untuk menjalani operasi caesar dengan atau tanpa histerektomi (pengangkatan rahim).
Melahirkan secara normal umumnya tidak disarankan untuk ibu hamil dengan plasenta akreta.
1. Operasi caesar dengan histerektomi
Setelah mengeluarkan janin melalui operasi caesar, dokter akan melanjutkan prosedur pengangkatan rahim (histerektomi) dengan plasenta yang masih melekat.
Operasi caesar dengan histerektomi merupakan pilihan pengobatan utama plasenta lengket, terutama jika sudah berada dalam fase inkreta dan perkreta.
Prosedur ini banyak dianjurkan karena bisa mencegah perdarahan hebat yang membahayakan pasien. Namun, karena rahimnya ikut diangkat, pasien tidak bisa hamil lagi.
2. Operasi caesar tanpa histerektomi
Prosedur ini dilakukan dengan tetap mempertahankan rahim. Dokter akan membiarkan plasenta luruh dengan sendirinya atau menyatu dengan dinding rahim dalam beberapa minggu.
Akan tetapi, prosedur ini memiliki risiko perdarahan hebat dan infeksi. Jika terjadi perdarahan atau infeksi selama penyembuhan, pasien tetap harus menjalani histerektomi.
Sejauh ini, belum ada cara khusus yang bisa mencegah ibu hamil dari komplikasipersalinan yang satu ini.
Namun, dengan pemeriksaan kehamilan secara rutin, ibu hamil bisa memastikan kondisi janin dan melakukan deteksi dini atas berbagai masalah kehamilan, termasuk plasenta akreta.
Semua tentang plasenta akreta
- Placenta accreta adalah kondisi saat ari-ari lengket pada rahim sehingga tidak bisa dikeluarkan saat persalinan.
- Lebih sering ditemukan pada ibu hamil yang memiliki riwayat operasi rahim, seperti caesar atau miomektomi.
- Membahayakan nyawa ibu janin karena berisiko menyebabkan perdarahan hebat.
- Solusi penanganannya adalah operasi caesar dengan atau tanpa histerektomi.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]