Kehamilan ektopik terganggu menjadi salah satu masalah kehamilan yang dapat mengancam nyawa ibu hamil.
Oleh sebab itu, penting bagi ibu hamil untuk mengetahui ciri-ciri dan langkah penanganan KET pada kehamilan.
Apa itu kehamilan ektopik terganggu?
Kehamilan ektopik terganggu atau KET adalah kondisi lanjutan akibat kehamilan ektopik atau hamil di luar kandungan yang tidak segera ditangani.
Secara umum, kehamilan ektopik (KE) adalah kondisi saat sel telur yang sudah dibuahi sperma menempel di luar rahim, biasnya tuba falopi.
Selain tuba falopi, KE bisa terjadi pada bagian tubuh lain di luar rahim, seperti ovarium, serviks, atau rongga perut.
Ketika tidak diatasi, kehamilan ektopik yang terus tumbuh bisa menyebabkan pecahnya tuba falopi. Kondisi ini bisa berujung pada perdarahan hebat yang mengancam nyawa.
KET bisa menyebabkan sakit kepala, pingsan, hingga syok hipovolemik atau kondisi gawat darurat akibat perdarahan hebat.
Menurut American Family Physicians, kehamilan ektopik memengaruhi 1–2% ibu hamil. Kondisi ini diperkirakan menyumbang 2,7% kematian terkait kehamilan.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]
Tanda kehamilan ektopik terganggu

Di tahap awal, kehamilan ektopik sering kali tidak bergejala. Artinya, seorang wanita tetap bisa merasakan tanda-tanda kehamilan, seperti terlambat menstruasi, nyeri di payudara, mual, muntah sering buang air kecil, dan mudah kelelahan.
Kehamilan ektopik juga bisa memberikan hasil positif pada pemeriksaan menggunakan test pack karena tubuh tetap memproduksi hormon human chorionic gonadotropin (hCG).
Menurut laman National Health Service (NHS), gejala kehamilan ektopik biasanya baru dirasakan ibu hamil ketika kehamilan memasuki usia 4–12 minggu.
Supaya tidak berkembang menjadi KET, Anda sebaiknya segera ke dokter jika merasakan gejala kehamilan ektopik berikut.
- Bercak darah atau flek yang tidak normal.
- Kram pada salah satu sisi panggul.
- Nyeri ringan pada perut, panggul, dan punggung bawah.
- Sakit saat berhubungan intim.
- Peningkatan detak jantung.
Ketika KE sudah menyebabkan tuba falopi atau jaringan di sekitarnya pecah, Anda mungkin merasakan kondisi berikut.
- Nyeri punggung bagian bawah.
- Nyeri perut atau panggul yang tiba-tiba dan parah.
- Tubuh lebih lemah dari biasanya.
- Nyeri bahu karena kebocoran darah ke perut menekan diafragma.
- Pusing sampai merasa ingin pingsan.
Diagnosis kehamilan ektopik
Dokter biasanya mengawali proses diagnosis KET melalui pemeriksaan panggul. Dari sini, dokter bisa tahu apakah ukuran rahim membesar.
Pada kehamilan normal, rahim akan membesar seiring bertambahnya usia janin.
Selain itu, dokter akan melakukan tes darah dan pemeriksaan ultrasound (USG) untuk mengetahui kondisi rahim serta tuba falopi ibu hamil dengan lebih jelas.
Perawatan untuk kehamilan ektopik
Sel telur yang sudah dibuahi tidak akan bisa berkembang normal di luar rahim.
Demi mencegah komplikasi yang mengancam nyawa, dokter perlu menghentikan perdarahan di dalam dan mengangkat sel telur yang menempel di luar rahim.
Jika sel telur yang sudah dibuahi tidak luruh dengan sendirinya, dokter bisa melakukan aborsi dengan beberapa cara berikut.
1. Obat-obatan

Kehamilan ektopik dini biasanya dapat diatasi dengan metotreksat. Ini adalah obat yang bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan sel embrio.
Sisa sel embrio akan diserap dengan sendirinya oleh tubuh selama 4–6 minggu. Dengan cara ini, dokter tidak perlu melakukan pembedahan tuba falopi.
Demi memastikan keberhasilannya, dokter akan meminta Anda melakukan tes human chorionic gonadotropin secara berkala.
2. Laparoskopi
Salpingostomi dan salpingektomi adalah dua metode laparoskopi yang bisa digunakan untuk menangani kehamilan ektopik terganggu.
Laparoskopi itu sendiri adalah operasi yang dilakukan dengan membuat sayatan kecil di perut. Melalui sayatan ini, dokter akan memasukkan tabung tipis dengan lensa kamera dan cahaya (laparoskop).
Salpingektomi dilakukan jika dokter perlu mengangkat kehamilan ektopik sekaligus tuba falopi.
Sementara itu, salpingostomi akan berfokus pada pengangkatan kehamilan ekopik dan membiarkan tuba falopi sembuh dengan sendirinya.
3. Operasi darurat
Jika KET sudah disertai perdarahan hebat, dokter perlu segera melakukan operasi daruat, baik melalui laparoskopi maupun laparoptomi (sayatan terbuka di perut).
Dalam kondisi ini, pasien mungkin membutuhkan transfusi darah.
Perawatan darurat untuk KET juga termasuk stabilisasi pasokan oksigen, cairan infus, dan mengangkat kaki supaya posisinya lebih tinggi dari jantung.
Pencegahan kehamilan ektopik terganggu
Cara terbaik untuk mencegah KET adalah melakukan USG rutin sejak awal kehamilan.
Selain untuk memastikan bahwa sel telur tumbuh di rahim, USG pada minggu ke-1 hingga ke-12 kehamilan bisa menjadi langkah deteksi awal pertumbuhan abnormal pada janin.
Meski salah satu tuba falopinya sudah diangkat, sekitar 70% wanita dengan riwayat kehamilan ektopik tetap bisa hamil normal dan sehat.
Dokter biasanya menyarankan untuk menunggu hingga 2–3 kali siklus menstruasi normal sebelum Anda merencanakan kehamilan usai KEK.
Meski sudah menjalani pengobatan, kehamilan ektopik adalah kondisi yang bisa terjadi berulang. Oleh karena itu, dokter mungkin melakukan pemantauan lebih ketat pada ibu hamil dengan riwayat kehamilan ektopik.
Kesimpulan
- Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kondisi ketika pertumbuhan janin di luar rahim memicu gejala-gejala yang mengancam nyawa ibu hamil.
- KET dapat menyebabkan pecahnya tuba falopi dan perdarahan dalam.
- Komplikasi KET antara lain sakit kepala, nyeri, pingsan, syok hipovolemik, hingga kematian.
- Penanganan KET disesuaikan dengan tingkat keparahannya, mulai dari obat-obatan, laparoskopi, hingga operasi darurat.
- Konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui langkah penanganan dan pemulihan yang tepat.